Foto: Ngasiran
Cuaca hujan yang mengguyur Wonosobo pada Minggu, 15 Mei 2025, ternyata tidak mampu meredam semangat umat Buddha dalam memperingati Hari Waisak di Vihara Budhi Rahayu. Meski lokasi vihara terbatas dan umat yang hadir begitu banyak hingga harus berdesakan, kekhidmatan acara tetap terjaga dengan baik.
Rangkaian perayaan Waisak berlangsung penuh makna. Umat dengan khidmat mengikuti setiap prosesi, mulai dari puja bakti, meditasi, hingga mendengarkan ceramah Dharma. Suara merdu lagu Malam Suci Waisak menggema di seluruh ruangan, menambah sakralnya suasana. Puncak acara ditandai dengan ritual pemercikan tirta paritta yang diikuti dengan penuh penghayatan oleh seluruh hadirin. Suasana religius yang tercipta bukan hanya mencerminkan kedalaman spiritual, tetapi juga memperlihatkan kebersamaan dan keteguhan hati dalam menjalankan tradisi.
Yang menarik, meski Hari Waisak secara resmi telah berlalu lebih dari sebulan, semangat umat Buddha—khususnya di daerah pelosok—ternyata masih tetap menyala. Antusiasme mereka terlihat dari kehadiran dalam berbagai perayaan Waisak di sejumlah daerah, termasuk di Vihara Budi Rahayu ini.
Kehadiran umat Buddha dari berbagai daerah, seperti Temanggung dan Kendal, menjadi bukti nyata eratnya tali persaudaraan. Mereka rela menempuh perjalanan jauh, tak peduli cuaca yang tak menentu atau keterbatasan ruang di vihara. Semangat ini menunjukkan kesetiaan yang luar biasa dalam menjalankan ajaran agama, sekaligus memperkuat rasa kebersamaan di antara mereka.
Perayaan Waisak di Vihara Budi Rahayu bukan sekadar ritual tahunan, melainkan cerminan dari keteguhan keyakinan dan kekuatan komunitas. Di balik keterbatasan fisik lokasi dan tantangan cuaca, justru terpancar cahaya kebersamaan yang mampu mengatasi segala rintangan. Inilah esensi Waisak yang sesungguhnya—di mana semangat berbagi, persaudaraan, dan ketulusan hati menjadi pengikat yang tak tergantikan.
