• Thursday, 19 May 2016
  • Sutar Soemitro
  • 0

Anak-anak Buddhis Indonesia masa kini beruntung sekali dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kini mereka bisa mengenal Buddhisme dan belajar Dhamma bukan hanya di vihara atau sekolah, tapi juga di mall. Dan tentu saja caranya juga lebih menarik.

Seperti yang terlihat dalam dua perayaan Waisak yang digelar dua hari berturut-turut. Pada Sabtu (14/5) digelar “Shine of Happiness” di Baywalk Mall, Jakarta Utara dan Minggu (15/5) digelar “Vesak in the Jungle” di Mall Balekota, Tangerang. Kedua acara tersebut diselenggarakan oleh Anak Buddhis Indonesia yang merupakan panitia gabungan Sekolah Minggu dan Sekolah Buddhis yang dipelopori oleh Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya dan Vihara Dharma Ratna Tangerang. Untuk di Jakarta, ini adalah gelaran keenam, sedangkan di Tangerang merupakan yang perdana.

Walaupun di bawah kepanitiaan yang sama, tapi kedua acara tersebut memiliki tema yang berbeda. “Tema harus beda karena mall nggak mau temanya sama, lokasinya juga beda,” beber Daudy Gunadi, ketua panitia Waisak Anak Buddhis Indonesia.

“Tujuan Anak Buddhis sendiri agar Waisak masuk di mall-mall. Di mall mana, maka vihara terdekat yang mengisi. Ini mulai kita implementasikan. Sekarang Tangerang siap, punya sumber daya yang mendukung, maka Tangerang mengadakan sendiri,” jelas Daudy.

Dalam kedua acara tersebut, ratusan pengisi acara dari berbagai Sekolah Minggu dan Sekolah Buddhis mempertontonkan bakatnya, mulai dari nari, nyanyi, wushu, hingga drama. Penonton yang merupakan keluarga atau teman serta masyarakat umum pengunjung mall dibuat terkesan oleh aksi anak-anak yang penuh talenta, ceria, dan menggemaskan.

Anak-anak diminta membawa good karma card yang telah dibagikan beberapa bulan sebelumnya. Tiap kali sang anak berbuat kebajikan, misalnya membantu orangtua mencuci piring, maka ia berhak mendapatkan satu bintang kebajikan. Bintang tersebut dibuat dari selembar kertas kecil, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang diberikan oleh panitia. Bintang kebajikan yang disimpan dalam wadah tersebut disimpan di kamar masing-masing anak. Bintang-bintang kebajikan tersebut bisa ditukarkan dengan hadiah di tempat acara.

“Kenapa good karma card disimpan di kamar? Biar kita bisa lihat terus sehingga mau bikin kebajikan lagi, lama-lama jadi banyak seperti bintang di langit,” jelas Veilaria Lee, sang MC.

20160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 2 20160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 3 20160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 4 20160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 5

Tapi kalau kita tidak menjaga tabiat kita, lama-lama bintang-bintang tersebut cahayanya akan berkurang. Seperti yang diceritakan dalam drama musikal ‘Shine of Kindness’ di Baywalk. Drama musikal yang dibawakan oleh Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya ini berkisah tentang makhluk-makhluk bercahaya yang saling congkak mengklaim sebagai yang paling terang dan indah. Karena saling egois, lama-lama cahaya tubuh mereka jadi semakin meredup. Mereka pun menjadi panik sehingga mencaritahu jawabannya pada seorang pertapa bijaksana.

“Hanya kalian sendirilah yang bisa menolong diri kalian sendiri dengan menghilangkan keegoisan, berbuat kebajikan dan cinta kasih kepada sesama,” pesan sang pertapa. Dan ternyata benar, setelah mereka menyadari kesalahan masing-masing dan saling memaafkan serta memperbanyak perbuatan baik, cahaya tubuh mereka muncul kembali.

Sementara itu di Mall Balekota, drama musikal ‘Vesak in the Jungle’ dibawakan oleh Vihara Dharma Ratna. Drama berkisah tentang sekelompok binatang yang ditangkap oleh sekelompok anak berandal dari kampung yang berantakan karena penduduknya tidak menjalani hidup dengan baik.

Setelah bisa meloloskan diri, ketika anak-anak berandal tersebut luka karena saling bertubrukan, binatang-binatang tersebut bukannya cepat-cepat melarikan diri malah menolong anak-anak berandal tersebut. Alhasil, anak-anak berandal menjadi tersentuh dan mulai mengubah tabiatnya menjadi lebih baik. Kampung mereka pun lama-lama menjadi lebih baik.

Bagi umat Buddha Tangerang, acara Waisak di mall seperti ini masih merupakan kesempatan langka. “Saya sangat semangat! Excited! Anak-anak Buddhis jadi tahu sejarahnya riwayat guru mereka, yaitu Buddha Gotama. Gema Waisaknya berasa banget di sini,” ujar Damai, guru sekolah minggu Pusdiklat Sikkhadhamma Santibhumi, BSD.

“Kita sebagai orangtua juga ikut gembira karena untuk (acara seperti ini) mengenalkan hari Waisak, Happy Vesak Day. Bagus untuk perkembangan anak,” timpal Suwardi dan istrinya yang mengajak tiga anaknya.

20160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 7 20160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 620160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 8 20160519 Taburan Bintang Kebajikan di Perayaan Waisak Anak Buddhis 9

Sementara itu, melihat antusiasme anak-anak pengisi acara dan pengunjung yang mencapai ribuan orang, Daudy Gunadi menjadi teringat kembali waktu pertama kali mengadakan Waisak Anak Buddhis di mall.

“Pertama kita ke mall harus mendekor sendiri segala macam, sekarang di Baywalk panggung, lighting dan sound system disiapkan oleh mereka. Mereka juga mengagendakan sebagai acara mall. Bisa dibilang, ide awal kita mulai masuk. Nah sekarang mall sudah melihat ini sebagai kebutuhan. Jauh-jauh hari mereka sudah menawarkan diri. Suatu saat mungkin saja mall yang akan membayar kita. Jika sudah menjadi kebutuhan mall, mall mungkin akan bersedia membayar,” ujar Daudy.

Dengan pengalaman Anak Buddhis selama enam tahun, mall melihat bahwa mereka punya kualitas dan punya massa. “Selain kita bisa menampilkan performance yang bagus, kita juga bisa membawa massa yang banyak datang ke mall. Sebagai bisnis, mall akan mendapat keuntungan dengan datangnya banyak massa. Tenant-tenant mereka juga senang,” lanjut Daudy.

“Satu anak datang, pasti papa mamanya datang. Belum lagi kalau ada saudaranya, kakek neneknya. Itulah kenapa Anak Buddhis selalu bisa mendatangkan massa yang sangat banyak,” ujarnya.

Memang penampilan seperti apa sih yang membuat orang-orang tertarik untuk menonton? Daudy menjelaskan, “Anak TK, cuma goyang sedikit saja, karena dia cute dan lucu, orang ketawa. Kita ke mall bukan hanya untuk main-main, tapi kita datang membawa misi Dhamma. Anak kecil tentu saja memang harus dengan cara main, tapi kita selalu menyisipkan pesan Dhamma. Kita selalu memberikan tampilan yang baru. Tahun ini kita bawa cup song, tahun lalu bawa layang-layang tapi ada pesan Dhamma. Kita mengadopsi kemajuan zaman, tapi harus tetap ada pesan Dhammanya.”

Daudy juga menjelaskan, vihara dan sekolah Buddhis mana pun bisa ikut bergabung dalam Anak Buddhis Indonesia, tanpa memandang perbedaan sekte.

“Anak Buddhis ini walaupun dipelopori oleh Vihara Dhammacakka, vihara Theravada, tapi kita tidak membatasi hanya Theravada. Kita tidak melihat sektenya, entah itu Theravada, Mahayana, Buddhayana, atau Tantrayana, kita tidak masalah. Semua bisa bergabung tanpa membeda-bedakan. Karena kita ingin menyatukan semua anak-anak. Anak-anak tuh tahunya Buddhis, Waisak, ngumpul ramai-ramai di mall, dan menyebarkan Dhamma,” tutup Daudy.

Catatan: BuddhaZine adalah media partner Waisak Anak Buddhis Indonesia

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *