
Banyak sekali legenda atau mitos terkait Candi Borobudur. Kini berbagai pihak mencoba melacak mitos-mitos tersebut, guna semakin membuat Borobudur populer. Salah satunya adalah apa yang dilakukan Kementerian Pariwisata RI, yang menggelar seminar berjudul “Legenda Borobudur”, Jumat (15/2) di Royal Ambarukmo Yogyakarta.
Staf Ahli Menteri pariwisata Bidang Budaya, Taufik Rahzen yang menjadi salah satu pembicara seminar mengatakan, ada mitologi terkait kenapa Borobudur dibuat di sekitar Kabupaten Magelang. Ini terkait dengan adanya konsep tempat yang terberkati. Menurutnya, Jawa disebut sebagai salah satu tempat yang terberkati. Sementara Gunung Tidar dahulu dianggap sebagai pusatnya pulau Jawa, bahkan pusatnya dunia (axis mundi).
“Ini hampir sama dengan apa yang diyakini di Gunung Arunachala atau Arunagiri di Tamil Nadu (India Selatan),” terangnya dalam sesi pemaparan berjudul, “Legenda, Nilai-nilai Strategis Borobudur dan Pemanfaatannya untuk Kesejahteraan dan Kemanusiaan.”
Ia menerangkan, kawasan Karesidenan Kedu, Magelang, dan sekitarnya, (termasuk Tidar) telah dipakai sebagai orientasi spiritual orang-orang Jawa masa lampau. Ini membuat, akhirnya, pada abad ke 7-11, pusat dunia bagi banyak orang bergeser ke Jawa, kala berbagai kelompok agama Buddha baik dari India Tiongkok maupun daerah lain datang ke Nusantara, ke sekitar Borobudur.
“Dan harus diingat, dari data-data yang ada, Borobudur tidak dibangun oleh sebuah kerajaan. Borobudur dibangun oleh sebuah persaudaraan para Buddhis, yang melakukan dengan kreativitasnya. Raja hanya memberikan tempat itu, bahwa [tempat] itu tidak diambil pajak. Itulah yang ada di Prasasti Kamulan Bhumi Sambara,” terangnya.
Ia meneruskan, sebenarnya yang menciptakan Borobudur justru diduga adalah kalangan yang sangat globalis, dari berbagai kawasan di dunia. Kerajaan hanya memberikan tempat.
“Karena tidak ada tanda-tanda, bahwa raja yang memerintah itu kepercayaannya sama dengan apa yang dibangun oleh para pembangun dari Borobudur,” ujarnya.
Ia meyakini, Borobudur kedudukannya dahulu sama dengan Silicon Valley pada saat ini. Bedanya, bila Silicon Valley adalah pusatnya teknologi, Borobudur adalah pusatnya spiritualitas.
Yang unik, menurutnya hampir semua para pendatang Borobudur mengembangkan tradisi kepercayaannya ke dalam bentuk yang baru. Ia mencontohkan Atisha yang datang dari India ke Nusantara yang lalu mereformasi Buddhis di Tibet.
“Begitu juga tradisi Zen yang berkembang di Jepang, Chan di China, dan kemudian gamelan di Jawa. Jadi semuanya mengambil inspirasi dari Borobudur ini. Ada kepercayaan di situ bahwa Borobudur itu dianggap sebagai suatu terrestrial paradise, itu suatu surga yang ada di kahyangan, tapi hadir di dalam kenyataan ini,” katanya.
Baca juga: 4 Salah Kaprah Tentang Candi Borobudur
Selanjutnya, pada masa abad ke-11 hingga ke-17 hingga, di Jawa Tengah muncul kepercayaan Agartha, kepercayaan bahwa sebuah kota itu hilang dan masuk ke bumi. Pusat dunia bagi orang Jawa pun bergeser ke timur, ke Gunung Penanggungan, Jawa Timur. itulah yang disebut dalam teks Tantu Pagelaran. Pada era inilah, Majapahit yang bernapaskan Siwa-Buddha mencapai puncak kejayaannya.
Selanjutnya pada abad 19 sampai 21, konsep Agartha lalu menurutnya berubah menjadi Nagara. Muncul tokoh Pangeran Dipanegara (Diponegoro) yang memimpin Perang Jawa, era ketika Borobudur baru saja ditemukan. Perang Jawa ini menurutnya membatasi masa lampau dan masa depan Indonesia. Diponegoro sendiri mencoba membuat kekuasaan baru di luar Kesultanan Ngayogyakarta, dengan memusatkan wilayah kekuasaan di daerah Jawa Tengah Selatan, daerah Kedu.
Selanjutnya, tahun 1948, Jenderal Sudirman, yang sesudah menghadiri kongres kebudayaan di Borobudur, memperlihatkan kepada dunia, fotonya dengan para tentara di Borobudur. Ini menunjukkan ke dunia bahwa Indonesia yang sebelumnya dianggap bangsa barbar, mampu mewarisi warisan dunia.
“Ini lalu mengubah posisi Indonesia di internasional,” katanya.
Mitos terkait Borobudur yang pernah ada dan bisa diangkat menurutnya adalah mitos “Seribu Ksatria dalam Kurungan”. Sebab, Borobudur zaman dahulu dianggap sebagai tempat pembuangan, tempat yang dihindari. “Ini tercatat dalam Babad Tanah Jawa,” ujarnya.
Sementara, kisah dari Candi Borobudur sangat menarik untuk diangkat adalah kisah relief Gandavyuha, yang mengisi sekitar sepertiga Borobudur. Relief ini mengisahkan perjalanan pemuda Sudhana yang berguru pada banyak orang, dari berbagai kalangan dan kepercayaan, guna menemukan kebijaksanaan tertinggi. Cerita Gandavyuha yang berasal dari India menurutnya mencapai puncaknya di Jawa, karena di pulau inilah kisah itu dibuat tiga dimensinya di relief candi.
“Saya membayangkan bahwa jika cerita ini masuk ke dalam satu games atau dalam kisah virtual reality akan menjadi menarik untuk generasi millenial,” katanya.
Pembicara lain dalam seminar ini, Dr. Djoko Dwiyanto, dosen arkeologi UGM mengatakan, sejak tahun 70-an, ia sudah bekerja untuk restorasi Borobudur. Yang menarik, dan bisa diangkat menjadi legenda, menurutnya adalah temuan banyak batu akik saat dilakukan penggalian di Borobudur. Oleh para penggali, batu-batu akik itu menurutnya diserahkan kepadanya, karena takut terjadi apa-apa. Batu-batu itu pun menurutnya dipelihara sejauh ia mampu.
“Itu di setiap diagonal, di setiap titik [Borobudur] itu ada batu akik, dan itu bagus-bagus semua,” ungkap mantan Kepala Dinas Kebudayaan DIY ini.
Sementara, pembicara selanjutnya, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, Guru Besar Antropologi UGM menyampaikan, Borobudur saat ia kecil sungguh berbeda suasananya dengan saat ini. ketika ia kecil dahulu, masih ada beberapa desa di sekitar Borobudur. Desa-desa ini lalu pada masa Orde Baru diberikan ganti rugi untuk pindah, karena diubah menjadi taman wisata Candi Borobudur. Yang menarik, menurutnya sebelum diberikan ganti rugi, warga berbondong-bondong menanam banyak pohon pisang, pohon yang cepat tumbuh, agar nilai tanahnya naik.
“Dahulu masih ada desa-desa, masih ada pasar. lalu terjadi bedol desa, dua desa seingat saya,” ungkapnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara