Yuli Setyanto | Saturday, 14 April 2018 6.00 AM Dharma
Ngasiran
Ceramah Dhamma merupakan hal yang penting bagi umat Buddha, karena terdapat kata-kata atau perenungan yang dapat meningkatkan kemajuan batin.
Menurut Bhikkhu Dhammasubho, ceramah Dhamma lebih mengena apabila terdapat sajak-sajak yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Manusia akan mengalami lima “ek”
Beliau mengatakan bahwa seseorang akan mengalami lima (ek) dalam kehidupan nyata ini;
Pertama, “melek” yaitu seseorang memulai kegiatan sehari-hari setelah bangun pagi.
Kedua, “golek” yaitu seseorang akan terus berusaha mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.
Ketiga, “nyekek” yaitu seseorang akan merawat tubuhnya dengan melakukan kegiatan makan dan akan merasakan kenikmatan pada tubuhnya.
Keempat, “nelek” yaitu seseorang memiliki hasrat untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan pada tubuhnya.
Kelima, “matek” yaitu seseorang akan mengalami kematian dan hal tersebut tidak dapat dihindari oleh siapa pun.
Pesan Dhamma seperti ini memang sangat efektif untuk masyarakat luas dan mudah untuk dipahami bagi umat Buddha yang hidup di Desa.
Keingintahuan seseorang untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan, yang nantinya dapat diterapkan dan dipraktikkan oleh masyarakat luas khususnya umat beragama Buddha.
Ceramah yang mudah dipahami
Kata-kata yang lebih mengena dapat membuat kemajuan batin seseorang meningkat dengan terus berusaha menghayati pesan Dhamma yang telah disampaikan. Ceramah Dhamma tidak harus mengatakan hal yang indah-indah, tetapi harus mengetahui makna yang terdapat dari ceramah tersebut.
Seseorang lebih paham dalam perkataan yang disampaikan oleh seorang yang menyampaikan, apabila perkataan tersebut memberi pemahaman yang lebih untuk dipahami oleh umat Buddha maupun umat yang berbeda agama.
Manfaat yang didapat oleh umat Buddha, adanya ceramah Dhamma yang disampaikan oleh Bhikkhu Dhammasubho adalah masyarakat yang nantinya akan perlahan-lahan mengetahui alur kehidupan yang dialami.
Seseorang yang terus berusaha menjalankan kehidupan yang baik dan benar akan dapat mengetahui bahwa dalam kehidupan ini selalu terjadi perubahan.
Pesan moral yang tersirat dalam ceramah Dhamma yang disampaikan Bhikkhu Dhammasubo yaitu,
“Wong Urip Rasah Kakean Tumindak Sing Ora Becik, Amargo Menungso Sakwajare Ngalami Sing Jenenge Mati.”
(Pada prinsipnya, orang hidup tak perlu bertindak yang tidak baik, karena siapa pun yang namanya manusia, pasti akan menghadapi proses kematian.)
Yuli Setyanto
Mahasiswa STAB Syailendra, mengambil jurusan Dharma Acarya.
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung