• Thursday, 15 May 2014
  • Sutar Soemitro
  • 0

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang lebih akrab dipanggil Ahok benar-benar menjadi pusat perhatian dalam Perayaan Waisak di Wihara Ekayana Arama, Duri Kepa, Jakarta Barat pada Kamis (15/5/2014). Sekitar 8000 umat yang hadir begitu antusias menyambut dan mengelu-elukannya.

“Daya tarik Ahok ini luar biasa,” puji Kepala Wihara Ekayana Bhiksu Arya Maitri yang disambut tawa dan tepuk tangan. Pujian tersebut meluncur bukan hanya karena sambutan meriah dari umat, namun juga dari banyaknya pers yang berebut mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut. “Saya belum pernah melihat sahabat-sahabat pers sedemikian banyaknya datang ke Wihara Ekayana Arama,” lanjut Bhiksu Arya Maitri.

Tahun lalu sebenarnya Ahok juga diundang, tapi berhalangan hadir. Bhiksu Arya Maitri kemudian menceritakan bagaimana proses akhirnya Ahok bisa diundang. Ada suatu kejutan terjadi ketika sedang dalam proses mengundang Ahok yang difasilitasi oleh Eddie Kusuma. Ketika Eddie Kusuma datang ke kantor dinas Ahok, Eddie memberikan langsung telepon genggamnya kepada Ahok. Bhiksu Arya Maitri pun berbicara langsung kepada Ahok.

Kata pertama yang diucapkan Ahok di ujung telepon sangat membuat Bhiksu Arya Maitri kaget. Ahok menyapa, “Amitofo!”

Tepuk tangan meriah langsung terdengar mengiringi penuturan Bhiksu Arya Maitri ini. Ia melanjutkan, “Itu berarti secara bebas beliau mendoakan kita senantiasa berumur panjang, hidup di dalam kebenaran. Semoga kita senantiasa juga dipenuhi dengan cahaya kebenaran.”

Bhiksu Arya Maitri tak mau menyia-nyiakan kesempatan bertemu langsung dengan Ahok. Ia menceritakan bagaimana Tanjung Duren, tempat Ekayana berada, sering banjir. Menurutnya, itu karena sungai di Tanjung Duren yang ditanggul hanya sebagian. Ahok menanggapinya dengan menjelaskan untuk wilayah Pesanggrahan, Green Garden, dan sekitarnya, Pemda DKI menargetkan dua tahun ke depan sudah tidak lagi banjir dengan pembangunan waduk dan pengerukan sungai.

Ahok memulai sambutannya dengan mengucap salam “Namo Buddhaya” dan “Amitofo”. Ia menceritakan tentang jumlah orang miskin di Jakarta yang menurut statistik berjumlah 3,5%, tapi menurutnya jumlah sebenarnya mencapai 60%. Menurut standar yang ada saat ini, yang dikatakan orang miskin adalah berpenghasilan di bawah Rp 400 ribu per bulan. Tapi menurut hitung-hitungan Ahok, yang masuk kategori orang miskin adalah berpenghasilan di bawah Rp 2 juta.

Menurutnya, salah satu indikator kemiskinan adalah kemampuan untuk berobat di saat sakit. Semua orang tidak ada yang mau sakit. “Kalau tidak sakit, seperti ajaran Buddha, sedekah dong buat yang sakit,” Ahok berseloroh.

Kemudian ia melanjutkan, “Ajaran merasa sehat, merasa cukup adalah ajaran dari Sang Buddha Gautama. Termasuk cia cai (vegetarian –red). Tapi saya ga tahan nih (untuk cia cai). Haha.”

Menurutnya, vegetarian itu sesuatu yang sehat, sesuatu yang baik. Mengajarkan agar pikiran kita sadar, eling. Seperti tema Waisak kali ini, “Buddha Memimpin Kita Hidup Berkesadaran”.

Ahok mengungkapkan bahwa hari raya Waisak ini harus jadi momen perubahan bagi seluruh umat. Keteladanan Buddha, kata Ahok, harus menjadi contoh bagi umat manusia. “Mau meninggalkan kemauan sendiri demi kepentingan orang banyak. Pengorbanan diri adalah yang paling penting,” ujar Ahok.

Ahok mencontohkan, zaman sekarang banyak manusia yang justru jauh dari keteladanan itu. Sebagai contoh paling dekat, kata Ahok, masih banyak orang buang sampah sembarangan di Ibu Kota. Hal itu adalah contoh orang yang tak mau berkorban demi orang lain. Ia mengutip sebuah ajakan yang disuarakan oleh Tzu Chi, “Kalau satu orang menyimpan satu genggam sampah saja, tidak dibuang sembarangan, itu bagus sekali.”

“Makanya, coba deh mulai sekarang orang tak buang segenggam sampah saja di Jakarta. Jika begitu, ya enggak penuh juga Jakarta ini sama sampah,” ujarnya.

Ahok juga bercerita tentang kebiasaannya yang sering marah-marah. Ia mengakui itu tidak sesuai dengan ajaran Buddha.

“Banyak orang salah pengertian tentang cinta kasih dan pengampunan. Ketika hak orang lain, Anda ambil, terpaksa kami tindak. Ajaran Buddha juga sama, kalau Anda mau hidup nyaman harus tertib, harus disiplin. Kalau Anda disiplin, Anda harus taat pada hukum, taat pada ajaran. Harus ada penegakan hukum,” jelas Ahok yakin.

20140515 Inilah Pesan Waisak dari Ahok_2

Usai berbicara, Ahok yang mengenakan batik berwarna biru menghampiri umat di pelataran. Orang-orang segera berebut menyalami dan memfotonya. Ahok juga mendapat kenang-kenangan sebuah tulisan kaligrafi Mandarin dari Bhiksu Arya Maitri. Tulisan kaligrafinya kurang lebih memiliki arti “Terampil dalam menata pemerintahan yang baik dan dekat dengan rakyat”.

“Kami menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas kehadiran Pak Ahok. Ada satu harapan di dalam diri kita, semoga Jakarta semakin maju, pemerintahan makin bersih,” tutup Bhiksu Arya Maitri.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara