• Monday, 1 January 2024
  • Surahman Ana
  • 0

Foto     : Ngasiran dan Surahman Ana

Sesi demi sesi lengkap dengan tantangan, kesan, dan pelajarannya telah dilalui penuh semangat oleh ratusan muda-mudi Buddha Tatrayana dalam Jambore Ikatan Muda-mudi Zhenfozong Indonesia (IMZI), di Vila Vanaprasta, Candi Gedong Songo, Semarang.

Selama tiga hari sejak Minggu – Selasa (24-26/12/2023) para peserta yang berasal dari berbagai daerah digembleng dengan berbagai seminar dan permainan. Di hari pertama peserta mendapatkan wejangan mencerahkan dari Lian Pu Sang Shi tentang Dasar-Dasar Tantrayana, sementara malam harinya mengikuti renungan malam. Hari kedua, menjadi hari paling sibuk namun penuh keseruan.

Ada dua sesi talkshow di hari kedua yakni “Menjadi Minoritas yang Berkualitas” oleh Dharmacarya Lianru (TBF-Taiwan) dan Dharmacarya Lianzhu (TBS-Youth Singapure), serta talkshow “Membina Keluarga Buddhis” oleh tiga nara sumber yaitu Kustiani, Ph.D., Pandita Js. Walyono, S.Pd., dan kesaksian dari Kel. Adi. Ada pun satu sesi workshop “Cakep Maksimal, Kece Fenomenal” dari Make Up Artist Beauty Entusiast menambah satu wawasan berbeda bagi kawula muda.

Kehadiran sesi simulasi pernikahan menjadi keunikan dan daya tarik tersendiri dalam kegiatan ini, semua peserta hanyut dalam suasana yang seakan nyata sedang menghadiri pemberkahan pernikahan. Menjelang petang, para peserta melakukan pradaksina di Candi III dipimpin Lian Pu Sang Shi dengan mendaraskan mantra, menambah kesakralan candi. Sementara itu, sesi makrab menjadi penutup kegiatan hari kedua dengan penuh keriangan, beragam permainan digalakan mengelilingi kobaran api unggun menghangatkan udara malam.  

Pagi harinya, dimana menjadi hari terakhir, para peserta mengikuti zumba bersama Ms. Karin untuk mendukung kebugaran para peserta, juga untuk persiapan fisik mengikuti sesi selanjutnya yaitu outbound. Keseruan dan jalinan keakraban di penghujung kegiatan ini semakin kuat saat peserta menyelesaikan tantangan demi tantangan di setiap post, solidaritas dan tanggung jawab setiap peserta pun diuji. Setidaknya ada empat post yang mereka lalui mulai dari Candi II dan berakhir di Candi IV. Lewat tengah hari, sekitar pukul 13.00 WIB, semua peserta telah menyelesaikan permainan dan bersiap mengikuti penutupan kagiatan.

Kesan Tak  Terlupakan

Begitu banyak kesan dan pengalaman yang mereka bawa, akan menjadi kenangan yang tak terlupakan, mulai dari merasakan dinginnya cuaca pegunungan, pengetahuan yang didapat, serta kedisiplinan yang harus mereka bangun selama acara. Kabiasaan yang bertahun-tahun melekat terpaksa mereka ubah seketika selama tiga hari.

Suharto Dwi Laksono (20), peserta asal Wonosobo mengaku sangat berat ketika harus belajar mandiri. Namun demikian, dibalik beratnya merubah kebiasaan, lebih banyak keseruan dan hal bermanfaat yang ia dapatkan selama mengikuti kegiatan ini. Ia bahkan bertekad akan menerapkan kebiasaan baru yang ia bangun dalam kesehariannya di rumah

“Paling berat belajar mandiri, kalau di rumah masih ngrepotin ortu. Tapi saya kurang begitu suka bangun pagi, karena cuaca dingin, jadi malas sekali bangun pagi apalagi harus mandi. Ada satu sesi paling seru yaitu mission-X, lebih menantang dan bisa menjaga kekompakan dari anggota kelompok. Dan ternyata ada juga sesi simulasi pernikahan, menurut saya ini bagus karena menjadi tahu tata cara pernikahan di Tantrayana. Saya kepingin kalau di rumah bisa membiasakan bangun pagi dan lebih disiplin, bisa mandiri dan menjadi pribadi yang lebih baik serta beribadah lebih rutin,” ungkapnya pada BuddhaZine, Selasa (26/12/2023).

Bukan hanya Suharto, keseruan dan kesan lainnya juga dirasakan peserta asal Cilacap, Rarka Asmita (14). Ia mengaku tidak bisa tidur karena cuaca dingin di malam hari, meski begitu dia merasa senang. “Kegiatannya mulai bangun pagi sekitar jam 05.30 WIB terus mandi, terus makan, ke aula berkumpul mendengarkan ceramah, talkshow dan tanya jawab. Biasanya di rumah bangun jam enam lewat, di sini jam setengah enam harus bangun, dan harus mandi. Kalau di rumah panas gerah, di sini dingin sampai tidak bisa tidur, lumayan berat tapi senang,” ujar Rarka.

Rarka bahkan merasakan kesan yang tidak semua peserta mendapatkannya, ia terpilih sebagai pasangan pengantin dalam sesi simulasi pernikahan. Dia juga mengajak semua teman-temannya untuk ikut di kesempatan mendatang.

“Saya senang ikut kegiatan ini, apalagi ada sesi simulasi pernikahan. Yang pasti saya sangat senang karena disimulasikan dengan cowok yang memang sedang dekat, bisa gandengan juga. Tapi yang bikin malas itu sesi outbound, karena jalan kaki jauh jadi lumayan malas. Buat teman-teman yang belum ikut,  ke depan semoga bisa ikut acara dari IMZI ini, karena acara ini seru, asyik, kalau kalian tidak ikut rugi,” tambah peserta dari Vihara Vajrabumi Giri Putra Cipari-Cilacap tersebut.

Adanya sesi simulasi pernikahan memang menjadi hal terunik dalam kegiatan ini, dan jarang ditemukan dalam kegiatan-kegiatan serupa dari organisasi muda-mudi Buddhis lainnya. Sesi ini juga menjadi salah satu upaya untuk mencapai salah satu tujuan kegiatan ini.

Keseruan dan kekhidmatan pelaksanaan kegiatan ini tidak lepas dari peran para panitia yang dengan semangat mempersiapkan segalanya. Kepedulian akan keberlanjutan generasi muda Tantrayana telah mengilhami pergerakan dan antusiasme para panitia. Segenap pemikiran, waktu, dan tenaga mereka kerahkan sepenuhnya dalam momen yang berharga ini. 

Adi Nugroho (26), panitia asal Salatiga, yang membantu perlengkapan dan konsumsi mengaku sangat senang terlibat dalam acara ini meskipun harus lelah dengan kebiasaan-kebiasaan baru. “Sebagi paitia saya harus komitmen untuk mempersiapkan segala keperluan para peserta. Mulai dari saya harus bangun lebih pagi daripada peserta, terus menyiapkan segala sesuatu kebutuhan yang peserta butuhkan contohnya makanan, ketika peserta harus pindah posisi dari satu tempat ke tampat lain, kita sudah harus standby terlebih dahulu di lokasi tersebut. Dan ketika ada peserta yang sakit kita harus sigap membantu mereka dengan memanggil bidan atau membawa ke tempat yang lebih terjangkau oleh para panitia,”kata Adi.

Menyoroti keadaan umat Buddha sebagai minoritas di Indonesia, melalui acara ini Adi berharap terjalin pertemanan dan komunikasi yang lebih baik di antara muda-mudi Tantrayana. Dengan saling mengenal teman-teman dari daerah lain, menurut Adi, akan menjaga kepercayaan diri dan meningkatkan keyakinan dalam diri peserta terhadap Buddha Dhamma. Muda-mudi Buddhis, khususnya Tantrayana akan menjadi terbuka wawasan bahwa masih banyak teman seDhamma di luar daerah mereka.

Sesi outbound, menjadi sesi yang dinilai paling menarik dari seluruh rangkaian kegiatan.  Adi melanjutkan bahwa outbound bertujuan untuk menjalin kerjasama antara satu sama lain, dimana peserta juga dituntut lebih mengenal satu sama lain. Berawal dari keakraban yang terjalin dari outbound ini, Adi berharap para peserta menjalin hubungan lebih jauh.

“Tidak cukup sampai sini, diharapkan bahkan ada yang bisa menjalin hubungan yang lebih serius dan bisa menjadi pasangan hidup sesama Buddhis. Maka dari itu salah satu sesi dalam kegiatan ini juga ada simulasi pernikahan sebagai usaha untuk mengkondisikan perjodohan di antara muda-mudi Buddhis,” lanjut Adi.

Lebih jauh mendorong perjodohan sesama Budddhis, Adi menambahkan, bahwa IMZI telah merancang satu aplikasi biro jodoh, untuk menjaring para single Buddhis. Aplikasi ini diharapkan akan lebih memudahkan pencarian jodoh satu keyakinan bagi muda-mudi Buddhis khususnya Tantrayana agar generasi muda Buddhis di Indonesia tidak terputus.

Hal senada juga diungkapkan Serly Permatasari (23), panitia asal Cipari-Cilacap. Serly telah mengikuti persiapan ini kurang lebih satu bulan meskipun tidak secara langsung karena dia sendiri tinggal di Tengerang dan jauh dari lokasi kegiatan. Dengan semangat ia bercerita suka dukanya menjadi penita dalam kegiatan ini.

“Kami sebagai panitia mulai bangun pukul 05.00 WIB. Saya pribadi membantu konsumsi untuk sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Harapan saya, yang pertama menambah keyakinan muda-mudi Buddhis kepada Buddha Dhamma karena ini kegiatan keagaaman yang dikemas menjadi lebih menarik,” terang Serly.  

Sepemikiran dengan panitia maupun peserta lainnya, Serly juga merasa terkesan dengan adanya sesi simulasi perikahan. Melalui acara ini, Serly berharap akan bisa membangun keakraban dan memunculkan pasangan hidup sesama Buddhis “Dan kedua, tentu kami ingin menambah keakraban di antara teman-teman Buddhis dari berbagai daerah, sehingga generasi muda Buddhis Zhenfozong  akan terus berkembang. Ada sesi simulasi pernikahan kemarin, selain untuk menambah wawasan, bagi mereka yang kesulitan mencari jodoh sesama Buddhis semoga bisa menemukan jodoh dari acara ini,” pungkas Serly.  

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *