• Thursday, 20 December 2018
  • Surahman Ana
  • 0

Sebagai bagian dari kampanye perdamaian, sebuah organisasi berjejaring internasional The Asosiation Muslim Network (AMAN) Indonesia menjadi fasilitator untuk kegiatan Training Peace Leader yang diadakan di YAKUM Rehabilitasi, Kaliurang, Yogyakarta. Training diadakan selama tiga hari, Jumat – Minggu (7-9/12) dengan peserta kurang lebih dua puluh tiga orang dari berbagai latar belakang agama dan pendidikan.

Misi dari Traning Peace Leader adalah untuk menanamkan kesadaran kepada kaum muda dan remaja akan pentingnya menerima perbedaan dan memaknainya sebagai sarana mewujudkan perdamaian. “Harapan diadakannya training ini adalah yang pertama membekali para pemuda dengan nilai-nilai toleransi dan perdamaian, kenapa pemuda? Karena banyaknya kasus ekstremisme yang terjadi pelakunya mayoritas melibatkan anak-anak muda. Harapan yang kedua mendorong para pemuda untuk menjadi pemimpin yang menjunjung tinggi perdamaian dan mampu menciptakan perdamaian di tengah situasi saat ini yang sedang marak akan kasus intoleransi dan kekerasan,” jelas Maskur selaku penanggung jawab acara.

Menyesuaikan dengan peserta yang mayoritas anak-anak muda, panitia pun menyajikan training dengan gaya anak muda sehingga training terasa tidak mainstream dan membosankan. Bahkan membawa keasyikan tersendiri ketika di sela-sela training diisi dengan permainan-permainan dan diskusi bebas tanpa harus melibatkan pembicara.

Hari pertama training adalah pembukaan yang diisi dengan perkenalan antarpeserta dan pengenalan AMAN sebagai organisasi yang aktif dalam menyuarakan perdamaian.

Hari kedua menghadirkan pembicara Agnes dari Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika Indonesia (AMBTI) Yogyakarta. Mengenai intoleransi di Indonesia, Agnes lebih menitikberatkan pada tindakan intoleransi yang berlatar belakang agama, yang mana menurut Agnes agama di Indonesia sering kali dijadikan topeng untuk tindakan-tindakan intoleran dan kekerasan.

Dengan alasan tersebut Agnes memaparkan hukum Negara Indonesia yang memayungi kebebasan beragama bagi setiap orang, “Dalam UUD 1945 sebagai dasar hukum di Indonesia terkandung dalam pasal 28 dan 29 telah menjelaskan bagaimana setiap orang warga Indonesia berhak dan bebas untuk menganut agama dan kepercayaan yang diyakininya pun dijelaskan bahwa setiap orang berhak untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan yang dianutnya,” tutur Agnes.

“Dengan dasar hukum ini jelaslah bahwa hal beragama dan beribadah merupakan hak yang hakiki bagi setiap orang, tanpa harus ada paksaan untuk menganut agama tertentu. Kita diberi kebebasan untuk menganut agama sesuai pilihan hati nurani kita tanpa harus takut akan tekanan dan paksaan dari pihak lain. Dengan dasar ini pula tidak ada alasan bagi setiap orang untuk memusuhi, mengusik, merusak atau bahkan bertindak kekerasan terhadap pemeluk agama lain,” pungkasnya.

Dua pembicara lain dihadirkan di hari terakhir training, Yunan Helmi seorang komposer dan Della Fadiela Putri Indonesia Perdamaian 2018.

Sebagai seorang seniman Yunan menyampaikan bagaimana seni berpengaruh terhadap perdamaian. Menurut Yunan seni bagai pisau bermata dua, jika digunakan untuk kampanye perdamaian akan berpengaruh sangat besar. “Seni mampu menyajikan kritikan dan opini dalam kemasan yang indah sehingga meminimalkan adanya ketersinggungan dari pihak-pihak tertentu. Seni mampu memengaruhi pola pikir masyarakat dengan cara yang halus, karena seni mampu mengolah rasa. Rasa sangat berpengaruh terhadap bagaimana seseorang berpikir, jika rasa itu senang, terharu, bahagia maka pikiran-pikiran baik mudah untuk muncul, namun sebalikya jika rasa itu tidak senang atau tidak bahagia maka pikiran-pikiran baik sulit untuk muncul,” ungkap Yunan.

Sudut pandang lain hal perdamaian pun disampaikan oleh Della yang tentu sudah lebih memahami arti perdamaian hingga mendapatkan gelar Putri Indonesia Perdamaian 2018.

Baca juga: Peace Train Indonesia, Pertemuan Generasi Muda Penggerak Perdamaian

Della menyampaikan bahwa untuk mewujudkan perdamaian di berbagai skala harus dimulai dari diri sendiri. Belajar dari pengalamannya, Della berbagi prinsip-pinsip untuk menjadi damai. “Saya ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mencegah permusuhan, dan saya ingin berbagi rasa sedih saya melihat banyaknya tindakan intoleran, supaya nantinya temen-temen tidak saling benci satu sama lain. Yang pertama kita harus menjadi pribadi yang baik tanpa harus mengharap imbalan, kita harus belajar ikhas dalam berbuat kebaikan. Yang kedua berhenti menghakimi orang lain, jangan mudah berprasangka buruk. Yang ketiga berhenti berperan sebagai korban, ketika kita salah belajarlah untuk mengakui kesalahan dan minta maaf. Yang keempat cintailah orang lain, cintailah sesama”, jelasnya.

Training menjadi lebih menarik saat para peserta mengikuti sesi diskusi dan debat. Nampak para peserta sangat antusias dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing, dan para peserta pun sangat aktif dalam berdebat.

Bagi anak-anak muda Training Peace Leader sangatlah berkesan dan seakan membuka sudut pandang baru dari perbedaan, seperti komentar salah satu peserta dari perwakilan Forum Muda-Mudi Buddhis Temanggung Febriyanto, “Saya sangat senang dan terharu bisa mengikuti Training Peace Leader, saya melihat sudut pandang lain mengenai perbedaan yang selama ini saya hadapi. Sebelumnya saya memandang perbedaan seakan menjadi sekat pembatas yang begitu kuat, namun ketika saya mengikuti training ini saya merasakan bagaimana kita bisa berbaur dan bekerja sama tanpa adanya sekat pembatas. Terlebih dalam hal agama. Namun saya sedikit menyesal kenapa tidak dari dulu ketika saya masih menjadi mahasiswa aktif bertemu training seperti ini,” katanya.

Sebelum training selesai secara keseluruhan, peserta diajak untuk membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) dengan harapan training tidak hanya sekadar training namun mampu memberikan dampak nyata untuk mewujudkan perdamaian dalam menghadapi fenomena intoleransi dan ekstremisme di tengah masyarakat.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara