• Thursday, 26 November 2015
  • Ngasiran
  • 0

Jumat (20/11) umat Buddha Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah mengadakan Kathina dan Sangha Dana. Acara yang diadakan di Vihara Vidyasasana, Dusun Candi, Desa Candi Garon ini dihadiri oleh delapan bhikkhu Sangha dari Sangha Theravada Indonesia (STI), di antaranya Bhikkhu Dhammasubho, Bhikkhu Jagaro, Bhikkhu Cattamano, Bhikkhu Sujano, dan beberapa bhikkhu muda. Lebih dari 500 umat Buddha dari seluruh Kecamatan Sumowono hadir dalam acara ini.

Kecamatan Sumowono adalah salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Semarang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Temanggung. Di Kecamatan Sumowono terdapat komunitas Buddhis yang tersebar di enam daerah, di antaranya Kebunabung dan Candi Garon, namun yang paling banyak berada di Dusun Candi dengan 99 KK.

Ada yang berbeda dalam perayaan Kathina kali ini. Jika biasanya Nidhikandha Sutta dibacakan dalam bahasa Pali, namun pada perayaan kali ini dibacakan dalam bahasa Jawa kromo alus oleh Supri, pandita muda Vihara Vidyasasana. Bukan hanya itu, ceramah Dhamma dan pembacaan persembahan pun dilakukan dengan bahasa Jawa.

Sangha dana dilaksanakan sebagai bagian dari perayaan hari Kathina, yaitu setelah para bhikkhu menjalankan vassa selama tiga bulan di suatu daerah tertentu yang berakhir pada tanggal 27 Oktober lalu. Setelah berakhirnya massa vassa, umat Buddha di seluruh Indonesia memberikan persembahan dana kepada bhikkhu Sangha.

Bhikkhu Dhammasubho menyatakan bahwa hari Khatina adalah salah satu ‘bodo’ (hari raya) umat Buddha, selain Waisak, Magha, dan Asadha. Namun hari raya Kathina berbeda dengan hari raya lainnya. Kalau hari raya Waisak, Magha dan Asadha bisa dilakukan tanpa kehadiran seorang bhikkhu, tetapi untuk Kathina tanpa kehadiran seorang bhikkhu tidak dapat dilaksanakan.

“Begitu pula, Kathina juga tidak bisa dilaksanakan hanya bhikkhu saja, jadi harus ada umat dan bhikkhu untuk bisa merayakan hari Kathina,” ujar Bhante.

Sementara itu Bhante Jagaro dalam ceramah Dhammanya menyatakan bahwa perayaan Kathina yang benar apabila dihadiri oleh lebih dari lima orang bhikkhu Sangha yang melaksanakan vassa bersama-sama.

“Kathina adalah hari berdana bagi umat Buddha, namun dalam mempersembahkan dana ada tiga hal yang harus dipersiapkan yaitu, bahagia saat sebelum memberikan, pada saat memberikan dan yang paling penting adalah bahagia setelah memberikan” Ujarnya.

Lebih lanjut, Bhante Jagaro menambahkan hendaknya umat dalam mempersembahkan dana juga bijak, jangan sampai dana yang dipersembahkan menimbulkan keserakahan, “Karena seorang bhikkhu juga bisa serakah, mobil mewah, tanah di mana-mana, vihara yang megah kayak istana.”

Dalam tradisi agama Buddha, khususnya di Indonesia, umat Umat Buddha sebulan penuh memperingati hari Kathina di berbagai daerah dengan mempersembahkan dana kebutuhan pokok para bhikkhu. Namun untuk apa sebenarnya dana yang dipersembahkan umat kepada para bhikkhu?

Dalam sebuah kesempatan terpisah, Bhikkhu Sri Pannyavaro menjelaskan bahwa dana yang diberikan kepada para bhikkhu adalah untuk kepentingan pembinaan umat Buddha di daerah-daerah.

“Dana yang diberikan oleh umat Buddha adalah untuk sangha, dan para bhikkhu yang hadir hanya mewakili saja. Dan dana yang dipersembahkan kepada sangha akan disimpan dengan baik, untuk keperluan para bhikkhu dalam melakukan pembinaan umat Buddha di daerah-daerah, untuk transportasi, membantu vihara-vihara di pedesaan, untuk itulah dana yang Saudara persembahkan,” jelas Bhikkhu Sri Pannyavaro.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara