• Monday, 12 June 2017
  • Hendrick Tanu
  • 0

Anak-anak muda Buddhis di Surabaya, Jawa Timur punya cara yang keren untuk memperkenalkan mindfulness (hidup sadar) pada masyarakat. Mereka menggelar Mindful Project di XXI Lounge, Ciputra World pada Minggu (12/3) lalu.

Acara berkonsep konferensi setengah hari itu digelar oleh Young Buddhist Association dan Chan Indonesia, di mana BuddhaZine juga ikut hadir sebagai media partner. 250 orang yang hadir sebagian besar adalah anak muda di bawah 30 tahun.

Tak seperti konferensi atau seminar Buddhis biasanya yang cenderung formal, Mindful Project tampil beda. Tak ada kata sambutan yang membosankan itu, para pembicara tampil secara atraktif sambil mendemonstrasikan keahliannya.

Begitu masuk ke sesi pembuka, para hadirin langsung dibuat merinding penuh decak kagum melihat penampilan Indrawati Widjanarko, guru yoga asal Lombok. Dengan alunan nada kirtan dan tari-tariannya yang interaktif, para muda-mudi yang hadir tersentak untuk merefleksikan diri akan kehidupan yang telah mereka jalani selama ini. “Apakah hidup kita berarti?” tanya Indrawati.

Alih-alih terlewat begitu saja, pertanyaan itu malah diperjelas dengan fakta-fakta yang dijabarkan oleh pembicara kedua, Steve Sudjatmiko, HR Director Sababay, “Hidup kita selalu berusaha lari dari moment kini (mindless). Generasi millenial cek handphone 157 kali dalam sehari, paling sedikit 80 kali. Sekitar 98% masyarakat saat ini cek handphone meskipun di depannya ada orang, alhasil dunia makin sepi karena makin banyak orang cek handphone. Tak jarang di jalan ada mobil tiba-tiba pelan dan jalan miring gara-gara cek handphone. Cara hidup seperti ini membuat hidup menjadi reaktif karena kita dikendalikan oleh lingkungan dan kebiasaan.”

Nilesh R. Tiwari, guru yoga asal India lantas membagikan resep untuk bebas dari kendali lingkungan tersebut yaitu hidup sadar dan sehat dengan yoga, “Yoga adalah seni dan sains hidup, cara bagaimana memperindah batin, emosi dan tubuhmu sehingga penuh damai, cinta dan bercahaya.”

 Ia menyebut setidaknya ada lima prinsip yoga, yaitu olahraga benar, bernapas dengan benar, rileks dengan benar, makan dengan benar, dan berpikir positif.

Prinsip hidup sadar ini bahkan bisa diterapkan dalam kehidupan rumah tangga Reza Gunawan, seorang Zen Counsellor/Mindfulness Educator bersama istrinya Dewi Lestari, penyanyi dan penulis kondang buku Supernova dan Filosofi Kopi. Reza dan Dewi membawakannya dengan unik secara bergantian dan saling menimpali satu sama lain. “Saya dan Dewi memiliki beberapa persamaan, salah satunya sama-sama tertarik meditasi,” ujar Reza, “Lantas bagaimana caranya mindful dalam relasi yang sehat tanpa perlu lari dari kehidupan ini?”

Bagi Dewi Lestari, hidup makin bahagia dan positif adalah hasil dari meditasi, “Dengan meditasi, kita bisa nelihat pengalaman negatif dan positif dengan jelas. Pengalaman negatif itu natural saja. Kenapa kita harus ngoyo hidup harus positif, lantas membohongi diri sendiri. Hidup menjadi makin negatif kalau kita berusaha 100% positif. Kita harus menerima bahwa ada saat kadang bahagia dan kadang muram. Yang diperlukan adalah seni menghadapi. Seni menderita dengan terampil. Mindfulness memaksa kita jujur. Waktu dan positive thinking tidak akan bisa menyembuhkan karena lupa dan sembuh itu berbeda.”

Untuk memperdalamnya, Reza dan Dewi membagi tips lima jenis latihan:

Pertama, hadir dan penuh perhatian adalah kado yang spesial, kalau perlu puasa gadget.
Kedua, pahami bahasa cinta masing-masing pasangan.
Ketiga, ciptakan hening dan ruang bersama seperti misalnya meditasi dan diskusi.
Keempat, bersama-sama tumbuh dalam passion yang sama.
Kelima, terampil dalam seni bertengkar secara sehat karena konflik dapat menjadi sarana untuk lebih memahami pasangan.

Seusai Reza dan Dewi, para peserta diberikan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sebelum mereka dikejutkan oleh penampilan capoeira kolaborasi antara Indobarian Indonesia dengan Zungu Capoeira Surabaya. Hidup sadar dengan pergerakan dinamis itulah yang dibawakan Verdy Bhawanta, pendiri Indobarian Method Indonesia.

Manusia menginginkan kebebasan, namun setiap momen justru manusia teraniaya dan terikat oleh pergerakan fisik yang terbatas. Untuk menjawabnya, Indobarian membagikan berbagai macam latihan mindful movement yang koheren antara tubuh, pikiran dan spirit sehingga manusia dapat bebas baik secara fisik maupun batin karena keduanya saling bertautan erat.

Presentasi yang dinamis ini dilanjutkan dengan praktik sadar dalam dunia bisnis khususnya bagi anak muda. Yasa Paramita Singgih, pendiri Men’s Republic, mengejutkan penonton ketika bercerita bahwa ia memulai bisnisnya hanya bermodal Microsoft Word dan mendesain logo menggunakan Microsoft Paint!

“Kata temen, ‘Jangan kehilangan masa muda’, akan tetapi saya berprinsip, ‘Jangan menyesal saat usia tua’,” pesan Yasa yang terus berjuang meskipun gagal di banyak bisnis. “Jangan terlalu bersemangat dalam berbisnis dan jangan pula terlalu down ketika jatuh. Aha moment muncul saat kita terus bergerak.”

Berkat mottonya, yaitu jangan menjual apa yang kita suka, tapi apa yang pasar suka, Yasa telah berhasil mengekspor produk Men’s Republic ke 12 negara sampai yang terjauh Nigeria. Perjuangannya memberikan hasil yang menakjubkan ketika pada bulan Februari 2016 ia masuk dalam daftar Forbes Under 30 Asia.

 

Sebagai klimaks Mindful Project, Zen Master Guojun. pewaris Dharma dari Dharma Drum Mountain membimbing semua hadirin dalam satu sesi meditasi formal. Master mengajar teknik pernapasan hingga teknik-teknik relaksasi yang mampu dilakukan di mana saja. “Kontraksi, tahan, dan lepas,” ujarnya di depan latar belakang enso (lingkaran Zen).

“Mindful sebenarnya berasal dari bahasa India, sati atau smrti. Mindful berbicara tentang welas asih: caring (perhatian, merawat), sharing (berbagi), dan offering (persembahan),” tutup Master Guojun sambil lanjut melafalkan Karaniyametta Sutta secara bersama-sama.

Hingga penghujung acara, hampir tidak ada penonton yang beranjak pulang meski sudah seperempat hari duduk mendengarkan. Antusiasme malah masih memuncak ketika Indrawati kembali menyanyikan lagu penutup We Are One. Jika Anda penasaran dan masih antusias akan proyek hidup sadar ini, maka sampai jumpa di Mindful Project Jakarta dan Surabaya tahun depan!

[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=ANN-QOeBnR0″ width=”560″ height=”315″]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara