• Wednesday, 18 August 2021
  • Surahman Ana
  • 0

BuddhaZine dan Anatman Picture menyelenggarakan Mindfulness Documentation Workshop, Kamis (12/08). 20 peserta dari berbagai daerah mengikuti kegiatan ini. Pada pertemuan pertama ini, Muhammad Zaim, praktisi dan penulis buku mindfulness mengisi sebagai narasumber.  Muhammad Mukhlisin, editor BuddhaZine memandu acara dengan santai. .

Muhammad Zaim atau akrab disapa Zaim telah lama mendalami laku spiritual. Meskipun seorang Muslim, Zaim mendalami laku spiritual sampai ke Plum Village, Perancis di bawah bimbingan Thich Nhat Hanh. Dari gurunya inilah Zaim menyadari praktik hidup berkesadaran atau Mindfulness.

“Mindfulness berarti penuh kesadaran yang dalam masyarakat umum lebih dikenal dengan meditasi. Ajaran ini tidak hanya khusus untuk Buddhis, tetapi sebenarnya ini adalah ajaran yang ditujukan untuk siapa saja karena pada dasarnya kesadaran dalam setiap yang dilakukan dalam kehidupan dibutuhkan oleh semua orang,” terang Zaim.

Zaim menjelaskan, meditasi atau mindfulness dapat dilakukan dalam aktivitas keseharian kapan saja dan di mana saja. Ketika berjalan kita bisa melatih pikiran, menyadari setiap langkah kaki. Untuk melatih konsentrasi hendaknya dilakukan perlahan terlebih dahulu. Untuk membantu meditasi seseorang dapat menyebutkan kata-kata yang berharga. Umat muslim dapat menyebutkan “Alhamdulillah”, yang Kristen bisa menyebutkan “Puji Tuhan”. Praktik ini disebutnya sebagai mindful working.

Mindfulness Worskhop Documentation Pertemuan 1
Mindfulness Documentation Workshop Pertemuan 1. Sumber Foto: Ana Surahman

“Tapi saya menyarankan untuk melihat realita itu apa adanya, kanan, kiri, kanan, kiri. Dengan aktifitas yang sangat sederhana ini kita bisa mengejawantahkan mindfulness itu langsung dalam praktik kita sehari-hari. Tanpa harus mendedikasikan waktu untuk bermeditasi. Karena aktivitas sehari-hari itu kalau kita lakukan dengan mindful, itu sangat meditatif. Mungkin di antara kita ada yang sudah punya anak, saat kita mencium anak-anak kita, kita bisa menyadari kehadiran mereka di pelukan kita. Mencium mereka dengan penuh cinta kasih, begitu pula saat makan, saat minum,” imbuh Zaim.

Sekalipun meditasi bisa diterapkan dalam aktivitas harian, akan tetapi Zaim juga menekankan pentingnya berlatih dengan menyediakan waktu khusus untuk bermeditasi. Hal ini menurut Zaim supaya energi mindfulness dalam diri seseorang tetap terjaga. Hendaknya seseorang mendedikasikan saat-saat tertentu untuk duduk, diam, dan mendengarkan. Mendengarkan nafas, mendengarkan detakan jantung, dan mendengarkan luka-luka batin yang belum tersembuhkan.

“Karena sering kali kita memiliki luka batin, tetapi kita tidak menyadari hal itu. Lalu luka batin ini menjadi energi kita untuk bergerak, untuk menolak seseorang, untuk membenci seseorang. Di sanalah kesempatan kita untuk mendengarkan diri kita dengan duduk, diam dan mendengarkan. Waktu ini sangat penting sekali untuk kita refresh diri kita. Karena di dalam jeda itu tadi akan tumbuh sebuah energi yang baru untuk kemudian kita bisa membagikan ke orang lain,” jelasnya.

Selain menjadi nara sumber dalam berbagai talk show, Zaim juga mempunyai training meditasi sendiri yang disebut dengan meditasi minum teh. Di Indonesia training ini pernah di gelar di Sleman, Yogyakarta di kediaman Elizabeth Inandiak, penulis ulang Serat Centini. Dalam acara ini Zaim menekankan kesadaran yang diterapkan dalam aktivitas minum teh, namun lebih dari itu sesi ini juga mengajarkan bagaimana menghargai atas apa yang diperoleh.

“Nah di meditasi saya sendiri ada meditasi minum teh, kita melakukannya bukan karena kita kehausan, tetapi kita sejenak merenung. Air ini dari mana asalnya, unsur-unsur air ini dari mana, dan bagaimana pengaruh unsur-unsur air ini ketika masuk ke dalam tubuh. Sehingga sebelum unsur air ini masuk ke dalam tubuh kita, kita benar-benar bisa menghargai seteguk demi seteguk air yang masuk dalam tubuh” imbuhnya.

Pengalaman-pengalamannya dalam perjalanan laku spiritual mendorong Zaim untuk menuliskan dalam sebuah catatan harian. Catatan demi catatan yang dimulainya sejak 2010 akhirnya bisa dijadikan sebuah buku yang berjudul Secangkir Teh dan Sepotong Ketupat.

Tulisan ini merupakan kerja sama baik antara BuddhaZine dengan STAB Nalanda

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara