• Wednesday, 3 June 2015
  • Sutar Soemitro
  • 0

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana menghadiri perayaan Tri Suci Waisak 2559 BE/2015 di Taman Lumbini, Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada Selasa malam (2/6/2015).

Acara yang berlangsung mulai sekitar pukul 19.00 WIB itu diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Walubi. Kehadiran Jokowi disambut dengan tarian selamat datang Balaturangga oleh Grup Buddha Dharma Indonesia.

Jokowi dalam sambutannya mengatakan, perubahan mental masyarakat menjadi lebih baik dimulai perubahan pada masing-masing individu. “Perubahan masyarakat harus mulai dari diri sendiri, revolusi mental tanggung jawab masing-masing,” kata Jokowi di pelataran Candi Borobudur.

Menurut Jokowi, nilai-nilai ajaran Buddha penting dalam membangun bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. “Membangun masyarakat seperti itu perlu perjuangan sebagaimana dicontohkan Buddha Gautama,” kata dia.

“Buddha Gautama juga telah menunjukkan keteladanan dalam mewujudkan kebajikan, diawali dengan sikap dan tekad kuat Pangeran Siddharta meninggalkan jalan pribadi untuk mencari jalan kebebasan dari penderitaan sehingga tercapai ke-Buddha-an,” kata Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengajak umat Buddha agar menjadikan peringatan Waisak, sebagai momentum membangun nilai luhur bangsa, dan menjaga sesanti di Buku Sutasoma yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Jokowi juga berharap perayaan Waisak membawa ketenteraman dan kedamaian, tidak saja untuk umat Buddha tapi seluruh umat manusia. “Ini momentum merenungkan nilai luhur Buddha yang universal, pencerahan, makna kehidupan umat Buddha, juga keteladan dalam menyempurnakan kebajikan,” kata Jokowi.

Sementara itu, setelah Ketua Panitia Perayaan Waisak Nasional Ummat Buddha Indonesia 2015 Arief Harsono menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan, Bhiksu Tadisa Paramitha menyampaikan pesan Waisak.

Dalam pesan Waisak, Bhiksu Tadisa mengatakan, setiap makhluk punya benih ke-Buddha-an. Artinya hakekat ke-Buddha-an sudah dimiliki semua makhluk. “Namun tidak disadari dan dimanfaatkan dan dikembangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami penderitaan,” kata dia.

Bhiksu Tadisa menyebutkan nilai ajaran Buddha berkembang pada saat dinasti Syailendra yang membangun Candi Borobudur. Juga saat Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dengan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.

“Nilai-nilai Buddha turut melandasi jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Umat Buddha cinta damai dan menolak kekerasan. Yang melakukan kejahatan berarti menodai ajaran Buddha dan bukan umat Buddha tulen,” kata Bhiksu Tadisa.

Dalam acara ini, Jokowi didampingi beberapa menteri, diantaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Mensesneg Pratikno, serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Acara perayaan Dharmasanti dalam rangka memperingati Hari Raya Trisuci Waisak 2559 BE/2015 itu, dihadiri sekitar 10.000 penganut Buddha dari berbagai daerah di Tanah Air dan kemudian dilanjutkan dengan Puja Bhakti Detik-detik Waisak. (liputan6)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara