• Sunday, 5 May 2024
  • Ngasiran
  • 0

Foto     : Surahman Ana

Ratusan umat Buddha menghadiri acara peresmian Vihara Goshri Chosgar Ling di Ruko Taman Niaga Sukajadi blok B nomor 12-12B, Batam, pada hari Sabtu (4/5/024). Lebih istimewanya, dalam peresmian vihara Vajrayana pertama di Batam ini, hadir Guru Besar Goshri Gyaltsab Rinpoche ke-12 serta puluhan bhiksu lainnya dari aliran Vajrayana maupun Mahayana.

Acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh umat dari Batam, tetapi juga dari luar negeri seperti Taiwan, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong. Vihara ini akan menjadi pusat Dharma bagi umat Vajrayana, khususnya di Batam. Dalam kesempatan tersebut, Yang Mulia Goshri Gyaltsab Rinpoche melakukan pemotongan pita dan penandatanganan prasasti pendirian vihara.

Yang Mulia Goshri Gyaltsab Rinpoche ke-12 adalah salah satu putra dari Yang Mulia Karmapa, dan seluruh reinkarnasinya dikenal sebagai wali Vajra dari Yang Mulia Karmapa. Beliau dikenal sebagai emanasi dari Bodhisatva Vajrapani. Ketika dalam zaman Buddha Sakyamuni, beliau terlahir sebagai Yang Mulia Ananda, salah satu murid utama sang Buddha yang menyusun Sutra Pitaka. Beliau juga terlahir sebagai Kharchen Palgyi Wangchuk, salah seorang dari 25 murid utama Padmasambhava, dan terlahir menjadi Repa Shiwa O, salah satu murid utama Milarepa. Karena pencapaian spiritualnya yang tinggi, Goshri Gyaltsab pertama, Paljor Dondrup, memperoleh gelar “Goshri” dari Kaisar Dinasti Ming ke-6, yang berarti “Guru Negara”.

Yang Mulia Goshri Gyaltsab Rinpoche memberikan apresiasi atas pendirian vihara ini dengan memberikan transmisi Avalokitesvara. Ia menilai bahwa transmisi ini sangat penting karena akan memberikan manfaat bagi semua makhluk hidup yang tak terhingga, demikian juga dengan adanya pusat Dharma yang baru saja selesai pembangunannya pada bulan ini.

“Pusat Dharma yang kita miliki saat ini, akan memberikan manfaat yang tak terhingga kepada semua makhluk yang tak terhingga,” terang Rinpoche.

Lebih lanjut, Rinpoche menyatakan kebanggaannya dengan Indonesia yang pernah menjadi tempat berkembangnya Buddha Dharma di masa lampau. Terlebih lagi, dari Indonesia telah muncul Guru Besar Atisha yang terkenal. Selain itu, kejayaan Agama Buddha di Indonesia dapat dilihat dari banyaknya peninggalan berupa rupang Buddha kuno dan candi-candi Buddhis yang masih dapat kita saksikan hingga saat ini.

“Indonesia dahulu diberkati oleh banyak guru besar baik Mahasidha maupun cendekiawan besar Buddha seperti Guru Padma Sambhava dan Jowo Je Atisha dalam kunjungannya ke Indonesia yang mana kami memiliki informasinya yang tertulis. Mungkin juga masih banyak guru besar lainnya yang memberkati negeri ini,” lanjut Rinpoche.

Pusat Dharma dan Rinjung Tulku Rinpoche

Rinpoche menjelaskan bahwa pusat Dharma ini merupakan pemberian dari guru beliau di masa kehidupan yang lampau, yaitu Rinjung Tulku Rinpoche. Dari inkarnasinya yang terdahulu, Gyaltsab Rinpoche menerima banyak ajaran, salah satunya tentang cara memvisualisasikan Ishtadevata. Reinkarnasi saat ini, Rinjung Tulku sendiri diakui oleh Gyalwang Karmapa ke-17.

Setelah Rinjung Tulku meninggal dunia, beliau kemudian ditemukan kembali oleh Karmapa yang ke-17. Dalam surat wasiat yang diterima oleh Karmapa, Rinjung Tulku menjelaskan dengan rinci ciri-ciri tempat dimana beliau akan terlahir kembali, seperti kondisi datarannya, daerahnya, atau desanya. Dalam surat tersebut, Rinjung Tulku juga menyebutkan nama orang tua yang berkaitan dengan sinar atau cahaya.

Karmapa juga menyatakan bahwa Rinjung Tulku ini tidaklah mudah ditemukan, dan hanya bisa ditemukan setelah lima atau enam tahun serta harus melewati banyak kesulitan. Pada akhirnya, Rinjung Tulku dapat ditemukan di Nepal.

“Jadi, beliau terlahir di Nepal, di suatu daerah yang kita kenal sebagai Lasi di Taplejung. Ketika kita menemukan beliau, nama orang tuanya adalah Matahari dan Bulan. Dimana Matahari dan Bulan adalah sesuatu yang sangat terkoneksi dengan sinar atau cahaya. Jadi ini sangat terkait dengan surat wasiat yang dituliskan oleh Yang Maha Suci Karmapa,” ungkap Rinpoche.

Setelah pertemuan tersebut, Rinpoche mengundang Rinjung Tulku ke vihara untuk melakukan pengajaran Dharma. Selain itu, Rinjung Tulku juga menyelesaikan retret tradisionalnya selama 3,5 tahun. Dan sebelum pertemuan, Rinpoche menjelaskan bahwa Rinjung Tulku telah menyelesaikan pendidikan di salah satu Sekolah Tinggi Agama Buddha.

Berdasarkan riwayat ini, Rinpoche menegaskan bahwa Rinjung Tulku sangat berkualitas dalam pembelajaran maupun praktek Dharma. Di samping itu, beliau juga sangat pantas untuk memberikan pelajaran dan manfaat bagi banyak makhluk hidup. Hingga akhirnya Rinjung Tulku bertemu dengan sponsor yang mendukung dalam mendirikan pusat Dharma. Atas dukungan dari semua pihak, Rinpoche pun menyoroti upaya yang telah dilakukan hingga satu pusat Dharma akhirnya bisa diresmikan.

“Dengan dukungan dari niat yang baik, maka semua pihak telah melakukan upaya yang besar, sehingga pada hari ini kita dapat melakukan peresmian pusat Dharma ini. Dan oleh sebab itu, maka anda semua telah bertindak dengan sangat baik,” ungkap Rinpoche.

Tujuan Pendirian Pusat Dharma

Lebih dalam, Rinpoche menjelaskan bahwa pendirian pusat Dharma harus didasari oleh pemahaman yang benar mengenai Dharma itu sendiri. Menurut Rinpoche, tujuan utama Dharma adalah untuk menghilangkan semua emosi negatif yang ada di dalam diri. Emosi negatif ini merupakan akar dari segala penderitaan, dan menciptakan konflik di antara sesama manusia.

“Kita ketahui bahwa emosi negatif ini tidak dapat dihilangkan hanya dengan meminum obat dokter atau melakukan operasi. Kita hanya dapat mengatasi emosi negatif ini dengan menjalankan praktek Dharma. Oleh karena itu, tujuan utama pendirian pusat Dharma adalah untuk membantu orang mengatasi emosi negatif ini,” terang Rinpoche.

Rinpoche menjelaskan bahwa dalam ajaran Buddha, emosi negatif sangat banyak, namun terbagi dalam tiga kategori besar yaitu nafsu keinginan, kemarahan, dan ketidaktahuan. Dengan pemahaman yang benar atas pendirian pusat Dharma, akan memberikan makna dan manfaat yang besar. Rinpoche menekankan bahwa pemahaman ini perlu direnungkan dan diingat di dalam batin.

“Dengan demikian, tujuan mendirikan pusat Dharma dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam menjalankan aktivitas pusat Dharma, bukanlah untuk tujuan kemakmuran semata, ketenaran, atau untuk mengembangkan kekuatan atau kekuasaan. Bila kita melakukan semua ini dengan tujuan tersebut, maka kita telah kehilangan makna, maksud, dan tujuan mendirikan pusat Dharma.”

“Ini juga merupakan niat atau tujuan utama ajaran Agama Buddha. Dengan selalu mengingat hal ini dalam batin, maka kita telah mencapai tujuan yang benar dalam mendirikan pusat Dharma ini,” pungkas Rinpoche.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *