• Monday, 8 January 2018
  • Ngasiran
  • 0

Dunia berjalan sangat cepat, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berkembang dengan pesat. Internet, smartphone sudah menjadi kebutuhan setiap manusia di dunia. Di zaman yang serba canggih ini, setiap individu harus memiliki daya saing yang tinggi untuk dapat bertahan.

Bagaimana seharusnya generasi muda Buddhis menghadapi perkembangan zaman yang disebut sebagai era millenial ini?

Sugianto, seorang analis dan pengacara Buddhis dalam Sarasehan Musyawarah Nasional XV Sekber PMVBI, Sabtu (30/12/2017) mengajak pemuda Buddhis untuk bekerja keras menghadapi persaingan global. Menurutnya saat ini Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain.

“Kehidupan kita ini berjalan sangat cepat, seperti siklusnya pagi, siang, malam. Tidak mungkin hidup kita siang terus. Jadi tidak ada waktu untuk bersantai,” ujarnya.

“Kalau mau kita lihat daya baca literasi kita saja kita sangat rendah. Indonesia ini tingkat pekerja kita ini sangat rendah, tingkat pekerja kita dari 69 negara kita rangking 63, hanya di atas negara kecil-kecil, Filipina itu jauh di atas kita. Bagaimana kita mau bersaing kalau generasi mudanya saja tidak suka membaca?”

“Meskipun begitu, sebagai generasi Buddhis. Saya harapkan adik-adik dapat melatih bukan hanya pikiran, otak tetapi juga hati. Karena Buddha mengatakan hanya dengan pikiran dan hati orang bisa sukses dan bahagia. Otak dan pikiran harus seimbang dan mampu menghadapi tantangan zaman,” paparnya.

Pesan Bhante Dharmavimala

Sementara itu, Bhante Dharmavimala sebagai pembicara utama dalam sarasehan menyampaikan bahwa zaman memang berubah, tetapi pemuda Buddhis jangan sampai ikut arus.

“Jadi terus terang apa yang tadi dipaparkan adalah hasil riset, Anda boleh setuju. Tetapi yang perlu kita pertegas di sini Anda bukan generasi millenial biasa, Anda adalah generasi millenial Buddhis.

“Jangan dibalik bahwa hasil riset tentang kekacauan generasi millenial ini menjadi pedoman hidup Anda, Anda harus tetap menjadi jati diri Anda sendiri. Jadi faktor Buddhisnya inilah yang akan menjadi perbedaan. Di tengah kekacauan Anda tetap bisa damai. Kok bisa? Ya itulah agama Buddha,” tutur bhante.

 
Menurut Bhante Wim, pemuda Buddhis harus mempunyai karakter tersendiri. “Zaman memang berubah dengan cepat, tetapi jati diri Anda sebagai seorang Buddhis jangan sampai hilang. Kalau mau diibaratkan seperti konten dan container.

“Konten isinya, container ini bungkusnya. Container boleh menyesuaikan perkembangan zaman, boleh memanfaatkan yang ada tetapi kontennya ini harus tetap. Kontennya inilah nilai-nilai Buddhadharma,” jelasnya.

Sebagai contoh, bhante menambahkan, “Saya baca dari sudut orang-orang materialistik katanya generasi millineal di Tiongkok itu cenderung malas, semua serba enak tetapi ada yang menarik bahwa mereka mulai ikut tradisi Zen.

“Kalau sudah berbicara Zen itu kita sudah bicara sunyata. Berbicara tentang kemelekatan itu sudah menjadi hal yang tidak penting. Apa pun yang terjadi kita bisa terima, luar biasa kalau generasi kita bisa seperti itu.

“Berusaha yang terbaik, melakukan yang terbaik tetapi apa pun yang terjadi kita bisa terima. Tidak stres, tidak masuk rumah sakit jiwa. Karena itu, menjadi Buddhis jadi penting!”

Organisasi Buddhis jalan memajukan Buddhadharma

Bhante Dharmavimala merupakan aktivis Buddhis sejak beliau masih umat awam. Kiprahnya dalam organisasi Pemuda Buddhayana menjadi catatan tersendiri bagi perkembangan Sekber PMVBI.

Salah satu peran pentingnya menjadi “arsitek” Sekber PMVBI dua puluh empat tahun lalu saat mengadakan sarasehan di Lembang, Bandung.

“Kita Sekber paling kuat, berhasil mencetak banyak militan ketika penyelamatan sarasehan di Semarang pada tahun 1992 yang gagal diselenggarakan. Kemudian kami menyelenggarakan di Maribaya, Lembang, Bandung tahun 1993. Hanya 100 orang tetapi sampai sekarang masih aktif dan mereka menyatakan bahwa itulah yang paling bagus semua acara berjalan dengan tertib dan hening,” kenangnya.

Baca juga : Orang Zaman Now

 
Oleh karena itu, bhante mengajak pemuda Buddhis untuk mengetahui tujuan berkumpul dan berorganisasi.

“Anda harus tau mengapa Anda berkumpul di sini, mengapa Anda gabung dengan sekber, mengapa Anda gabung dalam PMV.

“Jawabannya bisa bermacam-macam tetapi kalau disimpulkan adalah untuk memajukan umat Buddha dan agama Buddha Indonesia dan memajukan diri Anda sendiri yang berada di dalamnya. Kalau Anda aktif ini hanya untuk diri Anda sendiri berarti Anda tidak perlu masuk organisasi,” tutupnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara