Pembukaan nyadran perdamaian 2022 di Dusun Krecek Gletuk Temanggung. Sumber Foto: Ngasiran
  • Saturday, 12 February 2022
  • Surahman
  • 0

“Saya kira tidak akan seramai ini yang hadir, soalnya cuaca hujan. Ternyata antusias warga dan juga para tamu undangan masih tinggi untuk ikut dalam pembukaan kali ini,” ungkap Kirmi, ketua panitia Nyadran Perdamaian; Merawat Tradisi Lintas Generasi dalam acara pembukaan. 

Sepanjang acara berlangsung hujan tak berhenti turun mewarnai jalannya acara pembukaan Nyadran Perdamaian Jilid IV tahun 2022 di Dusun Krecek, Desa Getas, Kec. Kaloran, Temanggung pada Rabu (9/1).  Acara diikuti oleh kurang lebih 100 orang terdiri dari warga Krecek dan para tamu undangan. Turut hadir dalam acara ini Suhu Xue Hua, Pembina Fo Institut Dong Zen Indonesia (IDZI) beserta rombongan, Pembimas Buddha Kabupaten Temanggung, dan Kepala Desa Getas.

Kepala Desa Getas mengapresiasi pelaksanaan tradisi nyadran serta diadakannya acara live in Nyadran Perdamaian tahun ini. “Nyadran ini sudah menjadi tradisi tahunan bagi warga Kaloran khususnya Krecek. Akan tetapi dengan diadakannya live in ini menjadi kegiatan pelestarian nyadran itu sendiri. Krecek ini menjadi salah satu dusun di desa kami yang selalu menggaungkan toleransi, dan ini menjadi satu simbol bahwa desa kami adalah desa yang toleran,” tutur Dwi Yanto, Kades Getas. 

Sementara itu Suranto, Ketua STAB Syailendra, Semarang hadir sebagai pembicara utama berkaitan dengan pelaksanaan tradisi Nyadran. Menurut Suranto, Nyadran sendiri berasal dari kata srada (sansekerta) yang berarti keyakinan atau bakti kepada leluhur.  Dari keyakinan tumbuh sikap penghormatan yang di wujudkan dalam ritual nyadran.

Pembukaan nyadran perdamaian 2022 di Dusun Krecek Gletuk Temanggung. Sumber Foto: Ngasiran
Pembukaan nyadran perdamaian 2022 di Dusun Krecek Gletuk Temanggung. Sumber Foto: Ngasiran

Makna nyadran dari pespektif spiritual, sosial, dan lingkungan

Dari hasil penelitian yang dilakukannya, Suranto juga menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam pelaksanaan nyadran. Adanya makna-makna tersebut, menjadi penting bagi generasi saat ini untuk terus melestarikan tradisi dan kebudayaan yang sudah diturunkan oleh leluhur. Ada tida kategori makna yang ditemukannya; makna spiritual, makna sosial, dan makna lingkungan atau ekologi.

“Secara spiritual, relasi antara manusia dengan leluhur masih tetap jalan. Kalau di Buddhis ada Pattidana, ada Ulambana. Ada konsep itu. Jadi tidak mungkin Buddhis menolak tradisi, karena ada relasinya. Hanya mungkin cara ritualnya yang berbeda. Aspek sosialnya, ketika menjelang nyadran juga masyarakat akan kerja bakti, gotong-royong, nanti juga imbasnya pada toleransi. Kalau nanti kita ikut sadranan, orang yang duduk di makam itu tidak terkotak-kotak, misal buddhis sama yang buddhis, atau muslim sama muslim. Tidak. Semua campur dari berbagai agama/keyakinan.”

“Ketiga yaitu ada nilai etik lingkungan, ini penting. Kalau mau nyadran kita akan membersihkan makam dulu. Kemudian jalan yang rusak juga diperhatikan, cungkup, nisan juga dibersihkan, apalagi milik leluhur dusunnya. Bahkan tidak hanya makamnya yang dibersihkan, tempat-tempat sakral yang lain juga dibersihkan,” imbuhnya.

Menanggapi apa yang dijelaskan oleh Suranto, Suhu Xue Hua juga menyatakan keharuannya menyaksikan antusias warga dalam merawat tradisi. Menurut suhu, dengan adanya nyadran menjadi wahana berkumpul serta berbagi banyak hal. “Bahkan uniknya seperti tadi yang sudah disampaikan Pak Suranto, ternyata termpat kumpulnya bukan tempat yang biasa, ini di kuburan. Biasanya orang takut di kuburan ini malah menjadi tempat berkumpul. Apalagi nyadran ini merupakan wujud bakti kepada leluhur, itu luar biasa. Ada istilah dari Chinese yaitu dari sepuluh ribu kebajikan, bakti adalah nomor satu,” ungkapnya.

Tradisi nyadran adalah bagian dari kekayaan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan sendiri menurut suhu mampu menjadikan seseorang lebih dekat dengan nilai-nilai kemoralan. “Saat ini banyak orang pinter, punya pengetahuan tinggi tetapi belum tentu orang itu mempunyai moralitas. Tetapi kalau kita punya kebudayaan saya yakin orang itu mempunyai moralitas yang tinggi. Orang berkebudayaan akan mengingat nilai-nilai moral orang tua dari kita, para leluhur kita, asal muasal kita. Dan dia akan mengenal Tuhan YME.”

Nyadran perdamaian diikuti oleh beragam latar belakang masyarakat. Sumber foto: Ngasiran/Buddhazine

“Bahkan orang luar negeri juga kagum dengan kebudayaan di negara kita ini. Penuh dengan nilai-nilai moral terutama nilai bakti kepada leluhur. Inilah yang menarik orang luar negeri belajar kebudayaan negara kita. Bahkan Hyang Guru Skayamuni Buddha yang sudah mencapai kesempurnaan masih melakukan bakti kepada orang tuanya. Maka ada ungkapan bila ada seseorang dengan kekuatan fisik luar biasa membopong ibunya di bahu kanan dan ayahnya di bahu kiri selama sepuluh ribu tahun, itu belum bisa membalas jasa orang tua kepadanya. Begitu luar biasanya jasa orang tua, makanya sudah kewajiban kita untuk melakukan bakti.”

Sesi talk show di tutup dengan sambutan Mbah Sukoyo, Kepala Dusun Krecek yang menyampaikan penjelasan tentang sesaji dalam pelaksanaan tradisi. “Sesaji dan juga beragam makanan yang disediakan ini sebagai wujud persembahan yang ditujukan kepada para leluhur dan maklhuk-makhluk halus. Yang disediakan ini sesuai dengan kesukaan para leluhur atau maklhuk halus, itu petunjuk yang saya terima dari para pendahulu di sini. Ini juga sebagai puja kami, sebagai bentuk penghormatan kami kepada leluhur.”

Mbah Sukoyo juga menyampaikan bahwa sesaji merupakan tradisi puja masyarakat Dusun Krecek.  Cara warga Krecek dalam menghormati para leluhur dan segenap makhluk yang ada di lingkungan dusun. Acara ditutup dengan kendurian bersama yang di pimpin oleh Mbah Suyanto, modin Dusun Krecek. [MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *