• Tuesday, 3 September 2019
  • Billy Setiadi
  • 0

Klaten, Jawa Tengah, mempunyai tiga candi bercorak Buddha. Di antaranya Candi Sojiwan, Candi Plaosan, dan Candi Sewu. Bahkan menurut penelitian Candi Sewu merupakan pusat kegiatan agama Buddha serta penyebaran Dharma, pusat politik, dan kehidupan urban.

Namun sayang itu hanya cerita lampau. Sekarang Klaten tak lagi menjadi pusat persebaran agama Buddha. Bahkan populasi umat Buddha sangat kecil di Kabupaten Klaten. Menurut data BPS tahun 2015, jumlah umat Buddha di Kabupaten Klaten hanya tersisa 200 jiwa. 

GEMBI (Gerakan Millenial Buddhis Indonesia) menelusuri salah satu desa di Kabupaten Klaten. Tepatnya Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan yang di tahun 60’an menjadi titik pembinaan umat Buddha di Kabupaten Klaten. Sekarang sisa umat Buddha desa ini hanya tersisa 5 orang saja, yang terdiri dari para lansia.

GEMBI berbincang langsung dengan ketua Vihara Dharma Murti, Pak Tukiman Hartomiyanto. Ketika ditemui Pak Tukiman baru saja selesai dari ladang. Mayoritas warga di desa Kemudo adalah petani dan buruh tani.

Pak Tukiman bercerita Buddhadharma masuk kembali ke Desa Kemudo tahun 1968. Bertepatan dengan isu-isu penumpasan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang kala itu menjadi sangat ditakuti oleh masyarakat. Ajaran Buddhadharma yang mengajarkan banyak cinta kasih membuat orang-orang Desa Kemudo berbondong-bondong mempelajari Buddhadharma dan mempraktikkannya. Sampai tahun 1970’an penganut Buddhis di desa ini lebih dari 60% jumlah penduduk desa. Kala itu Pak Tukiman berusia 23 tahun.

Andil Bhante Girirakkhito kala itu yang mengabdikan diri keluar masuk desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyebarkan Buddhadharma tak bisa dianggap remeh. Salah satunya Desa Kemudo yang waktu itu mendapat bimbingan Bhante Girirakkhito. Saat itu Desa Kemudo belum mempunyai vihara. Bimbingan Dharma hanya dilakukan di rumah warga.

Rumah tersebut adalah rumah almarhum Pak Pur Kardiman yang kemudian menjadi tokoh Buddhis di Desa Kemudo. Sampai akhir hayat Pak Pur Kardiman mengabdikan dirinya untuk pengembangan Buddhadharma di Desa Kemudo. Sejak muda Pak Tukiman bercerita bahwa dirinya selalu mengikuti arahan Pak Pur. Pak Pur dianggap sebagai panutannya.

Di desa ini terdapat satu vihara yang berdiri. Vihara tersebut bernama Vihara Dharma Murti. Vihara berdiri di desa sekitar tahun 1980. Cukup lama setelah ada ajaran Buddhadharma masuk lagi di desa ini. Karena mayoritas umat waktu itu hanya bekerja sebagai petani sehingga sulit untuk membangun secara swadaya. Sebelum ada vihara, warga Kemudo melakukan pujabhakti bersama dengan cara anjangsana. Dari rumah umat satu ke rumah umat yang lain. 

Tanah vihara ini juga merupakan tanah kas desa yang dipakai untuk umat Buddha desa tersebut. Jadi sewaktu-waktu ketika vihara sudah tidak digunakan lagi, desa bisa mengambilnya kembali untuk keperluan desa. Vihara sempat hancur pada bulan Mei tahun 2006 akibat gempa Yogyakarta yang cukup dahsyat kala itu.

Hampir seluruh bagian vihara hancur, hanya menyisakan bangunan kamar mandi yang utuh. Kemudian dibangun ulang dan diresmikan kembali pada November 2016. Namun bangunan kamar mandi lama itu tidak dihancurkan untuk mengenang tragedi tersebut, meskipun sudah tak lagi difungsikan.

Sewaktu GEMBI mengunjungi Vihara Dharma Murti keadaannya lumayan tak terurus. Pak Tukiman mengaku bahwa kegiatan pujabhakti sudah jarang dilakukan karena umatnya sedikit dan terdiri dari lansia semua. Bahkan ada satu umat yang sudah tak bisa berjalan.

Air di vihara pun tak bisa mengalir karena mesin pompa air sempat hilang dan sampai sekarang belum diganti. Dirinya mengaku belum pernah sama sekali mendapat kunjungan dan perhatian dari Kementerian Agama Kanwil Jawa Tengah. 

Jika ada kegiatan hari besar seperti Waisak, Kathina, Asadha, dan Maghapuja umat Desa Kemudo hanya diarahkan untuk mengikutinya di Vihara Bodhivamsa yang terdapat di pusat Kabupaten Klaten. Kegiatan umat Buddha di Klaten terpusat di Vihara Bodhivamsa.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara