• Sunday, 23 May 2021
  • Surahman Ana
  • 0

Menyemarakkan Waisak Tahun 2021 Dirjen Bimmas Buddha Kementrian Agama RI menggemakan tema Waisak “Bangkit Bersatu Untuk Indonesia Maju” yang menggaris bawahi pentingnya moderasi beragama dan peningkatan nilai-nilai toleransi. Moderasi beragama dan toleransi dinilai mampu mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia. Persatuan menjadi modal dasar bagi kemajuan suatu Bangsa.

Umat Buddha tentu perlu untuk meninjau unsur-unsur pendukung persatuan. Melalui tema tahun ini Dirjen Bimas Buddha mengajak umat untuk memanfaatkan peringatan Hari Tri Suci Waisak sebagai momentum untuk menumbuhkan komitmen bersama menghilangkan sekat-sekat perbedaan dengan meneguhkan moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Moderasi beragama merupakan bagian tak terpisahkan dari jati diri bangsa yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Sudah selayaknya sebagai warga negara Indonesia bisa mensyukuri atas warisan nenek moyang yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang mengandung arti walaupun berbeda suku, ras, agama, budaya, dan pandangan hidup tetapi tetap bersatu, rukun dan damai.

Bila menelaah lebih dalam tentang nilai peringatan Hari Raya Waisak kaitannya dengan persatuan dan kemajuan suatu bangsa, tentu hal ini harus dimulai dari individu masyarakatnya terutama umat Buddha. Sesuai ungkapan Firman Lee, seorang cendekiawan Buddhis memaparkan bahwa nilai spirit Waisak adalah Peduli.

“Memperingati Waisak momentumnya adalah Peduli. Siddharta peduli pada penderitaan, fokus pada peduli, sehingga kita tidak sekedar merayakan. Spirit terhadap peduli pada penderitaan itulah napas Waisak,” ungkapnya, Kamis (20/05).

“Kalau itu yg menjadi napas, tentu cinta kasih menjadi landasannya,” tegas Firman.

Mengembangkan cinta kasih

Cinta kasih yang dikembangkan oleh setiap individu akan menumbuhkan rasa peduli satu sama lain. Apalagi kondisi saat ini yang juga terkandung dalam tema besar Waisak Dirjen Bimas Buddha bahwa Indonesia bahkan dunia sedang dilanda pandemi Covid-19 dimana merupakan satu kenyataan penderitaan yang harus dihadapi oleh setiap orang. Firman Lee memaknai hal ini sebagai momentum untuk lebih meningkatkan rasa kepedulian dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga.

“Saat pandemi ini kita disuruh dirumah saja ini artinya kita kembali ke dalam diri sendiri dan juga keluarga. Kita diingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengendalian diri, menjaga diri dari paparan virus supaya keluarga kita juga tidak terpapar. Makna yang lebih dalam bahwa kita diingatkan untuk selalu membersihkan kotoran batin kita, mengembangkan cinta kasih dan sikap peduli dalam diri kita,” imbuhnya.

Sementara cendekiawan Buddhis Jo Priastana pada Kamis (20/05) dengan mengutip salah satu sutta Buddha menyatakan setuju atas tema Waisak Kementrian Agama tahun ini.

“Ada Sutta tentang syarat majunya suatu bangsa yang kira-kira berbunyi “Persatuan mendatangkan kemajuan”. Tema itu juga cocok untuk kondisi bangsa saat ini, sisa-sisa pemilu 2019 yang nyaris membelah bangsa masih terasa juga masih ada mengerasnya paham fanatisme keagamaan, gerakan separatis dan terorisme. Dan karena itulah perlu selalu diusahakan kerukunan dan persatuan,” paparnya.

Dalam momentum menyambut Waisak, Pak Jo juga mengajak umat Buddha untuk mengembangkan nilai-nilai luhur pendukung persatuan dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa.

“Di bawah keteduhan pohon Bodhi suci mari kita bersama serukan kedamaian hati. Dan di bawah terang Waisaka purnama kembangkan terus kejernihan pikiran, persatuan untuk perdamaian,” imbuh Pak Jo.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *