• Friday, 16 June 2017
  • Rita Tham
  • 0

Vihara Mudita Center, Jakarta menggelar acara “Wonderful Vaisakha” di Mal Artha Gading, Jakarta Utara. Acara yang digelar tanggal 10-11 Juni 2017 sebagai penutup bulan Waisak ini terlihat meriah dengan membawa nuansa dari masa kejayaan agama Buddha pada masa Raja Asoka.

Tema tersebut ditunjukkan dengan banyaknya Pilar Asoka dengan berbagai simbol, seperti lembu, kuda, singa, dan gajah. Dan uniknya di bawah simbol Pilar Asoka ini terdapat kreasi hologram dari bayi Pangeran Siddharta, pencapaian penerangan sempurna, pembabaran Dharma kepada lima orang pertapa, dan mangkatnya Buddha. Sedangkan dekorasi panggung mengadopsi Pilar Sanchi.

Di pintu masuk pintu lobi Nusantara, pengunjung disambut dengan dua tempat Yu Fo (pemandian Bodhisattva Siddharta) dan patung bayi Siddharta berukuran 2,5 meter. “Dalam perayaan Waisak di mal ini, para pengunjung umum dapat memiliki kesempatan untuk melakukan ritual pemandian Buddha rupang yang merupakan salah satu kegiatan untuk menyucikan hari dan pikiran,” ujar ketua panitia, Rico Sanjaya.

Juga terdapat dua Wishing Tree di kiri dan kanan pintu masuk acara yang dikelilingi oleh bazaar Mudita Center dan makanan vegetarian.

Menurut Kepala Vihara Mudita Center, Bhiksu Bhadra Pala, acara Wonderful Vaisakha yang diadakan setiap dua tahun sekali di mal adalah agar gaung perayaan Waisak bukan hanya dapat dirasakan di vihara saja, tetapi dinikmati oleh semua kalangan. Ini adalah ketiga kalinya bagi Mudita Center menggelar perayaan Waisak di mal, sebelumnya digelar di Summarecon Mall Serpong, Tangerang tahun 2013 dan di Mall Living World, Tangerang tahun 2015.

“Tujuan dari mengadakan Wonderful Vaisakha di mal adalah sebagai bentuk pembauran umat Buddha agar dapat berbagi kebahagiaan dengan masyarakat umum sebagai bentuk toleransi umat beragama di negara yang majemuk ini, sehingga gema Waisak menyebar sebagai bentuk kedamaian,” jelas Bhiksu Bhadra Pala.

Pesan kedamaian tersebut diangkat dengan menghadirkan kejayaan Raja Asoka yang terkenal dengan Dekrit Asoka tentang toleransi. Tema toleransi ini sangat pas dengan kehidupan berbangsa belakangan ini yang sepertinya mulai melupakan toleransi akibat suhu politik yang memanas. Bunyi Dekrit Asoka sebagai berikut:

“Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu.”

Pemandangan indahnya toleransi dan kerukunan umat beragama dapat dilihat pada saat diadakan lomba menggambar, mewarnai dan lomba sculpture yang diikuti oleh semua peserta tanpa melihat agamanya. Begitu juga ketika adzan Maghrib tiba, panitia sejenak menghentikan acara untuk menghormati umat Islam yang berbuka puasa.

Pada kesempatan ini juga, diputar film animasi tentang Riwayat Hidup Buddha produksi Fo Guang Shan, Taiwan, sehingga semua orang dapat mengenal Buddha lebih dekat. Film animasi ini telah disulihsuarakan ke bahasa Indonesia dengan narator Bhiksu Bhadra Pala.

Acara-acara kesenian diisi dan didukung penuh oleh Keluarga Besar Mudita Center dengan puncak acara Pentas Tari Sukhavati dengan memadukan video tentang Buddha Amitabha dengan tarian-tarian yang terlihat sangat mendukung. Juga dimeriahkan oleh Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI), sekolah, organisasi Buddhis, KMB, dan artis-artis Buddhis lainnya. Para pengunjung acara bukan hanya umat Buddha, namun juga masyarakat umum pengunjung mal.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *