Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun telah menunjuk Somdet Phra Ariyavangsagatayana Ambara Mahathera (Somdet Phra Maha Muniwong) sebagai Sangharaja Thailand ke-20. Somdet Phra Maha Muniwong menggantikan Sangharaja sebelumnya Somdet Phra Nyanasamvara Suvaddhana Mahathera yang wafat pada 24 Oktober 2013 di usia 100 tahun. Posisi Sangharaja yang kosong selama tiga tahun pun akhirnya kini telah berakhir.
Somdet Phra Maha Muniwong yang saat ini berusia 89 tahun adalah kepala Wat Ratchabophit Sathitmahasimaram Rajaworavihara, Bangkok, yang termasuk dalam tradisi Dhammayuttika Nikaya (Thammayut Nikaya).
Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha menyodorkan lima nama kepada Raja Thailand yang belum lama dilantik. “Saya menyerahkan lima nama bhikkhu yang kepada Raja untuk dipilih. Pada Senin malam, saya dikabari bahwa Raja telah memilih Somdet Phra Maha Muniwong,” ujar Prayut.
Upacara pengukuhan akan digelar pada Minggu (12/2) di Wat Phra Si Rattana Satsadaram, Bangkok yang dikenal juga sebagai Temple of the Emerald Buddha. Raja Maha Vajiralongkorn sendiri yang akan memimpin upacara pengukuhan tersebut.
Raja Thailand berhak menunjuk Sangharaja setelah dewan legislatif Thailand pada 29 Desember 2016 lalu meloloskan amendemen atau perubahan UU Sangha tahun 1992 yang mengembalikan tradisi lama yaitu Raja Thailand berhak untuk menunjuk siapa yang menjadi Sangharaja, sedangkan nama-nama calon Sangharaja dinominasikan oleh perdana menteri.
Dalam UU Sangha tahun 1992 sebelum amendemen, perdana menteri dan Dewan Tertinggi Sangha Thailand menominasikan pemimpin bhikkhu paling senior sebagai Sangharaja dan Raja Thailand hanya mendukung dan mengesahkannya.
Amendemen UU Sangha tahun 1992 tersebut memotong wewenang Dewan Tertinggi Sangha Thailand dan menjadikan Raja sebagai otoritas tertinggi atas penetapan pemimpin tertinggi para bhikkhu. Hal tersebut mendapat tentangan dan protes dari sejumlah tokoh Buddhis di Thailand.
Sangharaja merupakan pemimpin Sangha Thailand dan sekaligus ketua dari Dewan Tertinggi Sangha Thailand, badan administratif yang mengatur Sangha Thailand. Sangharaja membawahi dua tradisi Sangha, yaitu Dhammayuttika Nikaya (Thammayut Nikaya) dan Maha Nikaya, serta membawahi tradisi minoritas Mahayana Thailand.
Pemilihan Sangharaja Thailand yang baru sempat menjadi polemik setelah Somdet Phra Maha Ratchamangalacharn (Somdet Chuang), calon Sangharaja yang dinominasikan oleh Dewan Tertinggi Sangha Thailand, menuai kritik dari berbagai kalangan.
Kritikan yang ditujukan kepada Somdet Chuang terkait dengan posisinya yang berada dalam lingkaran aliran Dhammakaya yang kontroversial di mana ketuanya, Phra Dhammajayo, diduga melakukan pencucian uang.
Somdet Phra Maha Muniwong lahir pada 26 Juni 1927 di Provinsi Ratchaburi dengan nama Amborn Prasatthaphong. Ia menjadi seorang samanera pada usia 10 tahun dan tiga tahun kemudian menerima Nakdhamtri atau tingkat dasar (tingkat I) akademis Dhamma.
Ia ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu pada usia 20 tahun, dan pada tahun 1943 telah menamatkan Nakdham-ek atau akademis Dhamma tingkat lanjut (tingkat III).
Somdet Phra Maha Muniwong kemudian pindah ke Vihara Rajabopit di Bangkok pada tahun 1947. Di sana ia diperkenalkan kepada Somdet Phra Ariyavangsagatayana Kittisobhaṇa, yang menjadi Sangharaja ke-14.
Somdet Phra Maha Muniwong meraih gelar sarjana dalam studi agama di Universitas Buddhis Mahamakut, kemudian melanjutkan pendidikan master dalam bidang sejarah dan arkeologi di Universitas Hindu Benares di India. Ia meraih gelar doktor di Universitas Buddhis Mahamakut pada tahun 2009. (bhagavant/bangkok post/buddhistdoor)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara