• Monday, 14 October 2019
  • Ngasiran
  • 0

Minggu menjadi hari yang ditunggu-tunggu bagi anak-anak dan remaja Buddhis Kabupaten Belitung. Hari itu, mereka bisa menghabiskan waktu seharian untuk bermain, pujabhakti, belajar Dharma dan  berjumpa dengan kawan-kawan se-Dharma.

Minggu (29/9), pukul 8 pagi terik mentari sudah terasa menyengat saat kami sampai di Vihara Tathagata Buddha, Kota Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung. Pagi itu, vihara ini sudah ramai dengan wajah ceria anak-anak Sekolah Minggu, tingkat SD. Sekolah Minggu Buddhis, Vihara Tathagata Buddha terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama, pukul 8 – 10 pagi untuk anak-anak sekolah dasar, sedangkan sesi kedua (sesi siang) pukul 10 – 12 untuk anak-anak remaja SMP dan SMA.

Sekolah Minggu memang menjadi penting sebagai peletak pondasi dasar pengetahuan Buddhadharma bagi anak-anak Buddhis Belitung, di luar sekolah formal. Di vihara, mereka berkawan, berinteraksi dan belajar mengenal nilai-nilai dharma dari para pembimbing. Hal ini setidaknya yang dirasakan oleh Desy Rostarina (20), salah satu remaja Vihara Tathagata Buddha. “Saya mulai aktif ke vihara ini sejak SMP, memang diharuskan oleh guru-guru agama Buddha di sekolah,” kata Desy kepada BuddhaZine.

Hampir sama dengan anak-anak dan remaja Buddhis di Pulau Belitung, Desy berlatar keluarga yang tidak mengenal vihara. Hanya di sekolah, ia tercatat sebagai siswa beragama Buddha. Perjumpaannya dengan guru agama Buddha di sekolah itulah yang mendorongnya untuk datang ke vihara.

“Kalau aku, dulu orang tuaku malah gak mengenal vihara. Pas SMP diharuskan sama guru agama Buddha di sekolah, dan setelah mengenal vihara, banyak kegiatan, banyak kenalan ternyata asik dan keterusan sampai sekarang,” terang Desy bercerita.

Di Vihara Tathagata Buddha, Desy termasuk salah satu remaja yang aktif. Dia pernah menjabat sebagai ketua muda-mudi vihara periode tahun 2014 – 2017. Berbagai tanggung jawab seputar kegiatan vihara pernah diembannya, mulai dari mengajar sekolah minggu untuk anak-anak sekolah dasar, mengurus bursa vihara hingga merencanakan kegiatan muda-mudi Buddhis.

“Vihara di sini sangat tergantung dengan kegiatan anak-anak Sekolah Minggu dan muda-mudi. Kalau muda-mudi ada kegiatan, yang datang ke vihara banyak. Tapi kalau tidak ada kegiatan muda-mudi di vihara atau kegiatan di luar, ya hanya hari Minggu saja ke viharanya. Jadi, keberadaan muda-mudi, di vihara ini sangat penting,” lanjut Desy.

Menyadari pentingnya peran dirinya di vihara, setiap hari Minggu Desy selalu menyempatkan diri datang ke vihara. Bahkan hingga kini, di tengah kesibukannya bekerja menjadi kasir di salah satu rumah makan di Belitung, ia tetap datang, membimbing adik-adiknya.

“Sekarang saya kerja, setiap hari Minggu sengaja ambil shift malam supaya bisa ke vihara. Jadi kegiatan saya pada hari Minggu, bangun jam 6 pagi, pukul 8 harus sudah sampai vihara. Ngajar sekolah minggu untuk anak-anak SD, urus bursa vihara, mendengarkan dhammadesana dari para guru agama Buddha, ngobrol dengan kawan-kawan remaja Buddhis untuk merencanakan kegiatan, kira-kira sampai jam 2 siang, setelah itu pulang dan malamnya kerja,” pungkasnya.

Saat ini, setidaknya terdapat 20 muda-mudi yang aktif di Vihara Tathagata Buddha. Mereka menjadi tumpuan bagi keberlangsungan generasi Buddhis, Pulau Belitung mendatang. “Yang paling aktif ada sekitar 20 orang saat ini, kalau kami bikin kegiatan bersama biasanya bergabung dengan vihara lain. Kalau anak-anak sekolah minggu, seperti hari ini sekitar 70’an anak yang hadir,” kata Kiki Hermanto (19), yang saat ini menjabat sebagai ketua aktif muda-mudi Vihara Tathagata.

Umat Buddha di Pulau Belitung sebenarnya cukup signifikan. Berdasarkan data BPS jumlah umat Buddha di Pulau Belitung berada di urutan nomor dua setelah muslim. Siswa-siswa yang tercatat beragama Buddha di sekolah juga cukup banyak. Menurut penuturan Sunyi Suzana, salah satu guru agama Buddha di Pulau Belitung, ada beberapa sekolah yang mayoritas beragama Buddha. “Di sekolah tempat aku mengajar saja, ada 102 siswa yang beragama Buddha,” kata Sunyi.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara