Sekitar 5000 umat Buddha memadati Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Sunter Agung, untuk mengikuti Visakha Atthami Puja pada Sabtu malam (13/6/2015). Sebagian besar dari mereka mengenakan pakaian warna putih.
Puncak Atthami Puja adalah pembacaan sutta-sutta yang berisi tentang riwayat hidup Buddha Gautama dari lahir, mencapai penerangan sempurna, hingga parinibbana. Sesi ini adalah sesi yang memanjakan lensa kamera karena lampu dimatikan namun semua umat menyalakan lilin sambil memegang bunga sedap malam dan dupa, serta menguncarkan sutta-sutta.
Malam itu, Bhikkhu Sri Pannyavaro dalam Dhammadesananya mengatakan bahwa Ajaran (Dhamma) dan Vinaya yang diberikan oleh Buddha merupakan pengganti diriNya saat Beliau sudah tiada.
“Dengan mengerti akan ajaran Dhamma, kita mengetahui bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki sebab dan akibat,” jelas Bhante.
Dengan mengerti akan ajaran Dhamma, Dhamma akan melindungi kita dari perbuatan yang buruk yang berawal dari pikiran-pikiran buruk. Dengan mengenal Dhamma membuat kita mengenal meditasi, sedangkan latihan meditasi akan melindungi kita dari pikiran-pikiran yang buruk.
Bhante melanjutkan, tidaklah mungkin perbuatan buruk timbul dari pikiran yang baik, dan juga sebaliknya. Saat perbuatan buruk berbuah, bahkan para dewa pun tak mampu melindungi pelaku perbuatan buruk. “Hanya perbuatan baiklah yang mampu melindungi kita dari perbuatan buruk,” tegas Bhante Pannyavaro.
Namun Bhante Pannyavaro juga menyatakan, buah perbuatan buruk masih bisa terjadi bahkan pada orang yang rajin melatih diri dan banyak berbuat baik. Bisa saja orang itu difitnah atau rumahnya mengalami kebakaran, misalnya.
Lalu apa yang melindungi dirinya? Menurut Bhante, saat kita mengalami buah perbuatan buruk, bersikaplah “Rapopo”. Kita harus ikhlas menerimanya karena segala sesuatu tidak kekal. Tubuh jasmani saja mengalami perubahan, apalagi harta duniawi. “Semua terkena perubahan, tak peduli agama apa pun yang kita anut,” jelas Bhante.
“Dhamma memang tidak mampu melindungi kita dari kebakaran, bencana dan lain-lain, namun Dhamma mampu menghentikan penderitaan,” jelas Bhante.
Bhante juga menyarankan agar ketika kita berbuat baik, kita jangan mengharapkan buah karma baik, karena kondisi ini adalah kebijaksanaan kecil. Bhante menyarankan agar dalam melakukan perbuatan baik hendaknya kita menganggap sebagai praktek melepas, itulah kebijaksanaan yang lebih tinggi.
Dhamma yang kita jalankan akan melindungi kita dalam beberapa lapis, yaitu melindungi kita dari vicikiccha (keragu-raguan), akusala kamma (perbuatan buruk), akusala kamma vipaka (buah perbuatan buruk), dan penderitaan.
“Dhamma bukan saja melindungi kita berlapis-lapis, namun juga menghantarkan kita menuju kemajuan dan kesejahteraan,” tutup Bhante Pannyavaro.
Usai Dhammadesana, para bhikkhu sangha memberikan pemercikan tirta sebagai simbolis berkah Waisak.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara