• Thursday, 7 December 2017
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Di kerajaan Buddhis Thailand, kremasi untuk hewan peliharaan seperti kucing, anjing dan bahkan monyet sedang populer.

Banyak pemilik hewan peliharaan percaya bahwa kremasi – lengkap dengan upacara pemakaman Buddhis yang dipimpin oleh seorang biksu – dapat meningkatkan kesempatan bagi hewan-hewan kesayangan mereka untuk reinkarnasi sebagai makhluk yang lebih baik dalam kehidupan mereka selanjutnya.

Menurut keyakinan Buddhis di Thailand, jasa kebajikan yang diperoleh dalam setiap kehidupan dari mengunjungi wihara dan melakukan perbuatan-perbuatan baik, dapat membawa seseorang untuk mencapai nirvana setelah lingkaran reinkarnasi yang tak terhitung banyaknya.

Menurut cerita Jataka, Buddha sendiri pernah terlahir sebagai seekor kelinci yang mengorbankan dirinya untuk dikremasi di dalam sebuah api demi seorang Brahmana yang kelaparan, sebelum terlahir kembali sebagai seorang manusia.

Meskipun kelihatannya hewan peliharaan saat ini tidak mempunyai banyak kesempatan untuk memeroleh jasa kebajikan, selain dibantu oleh pemilik mereka, Pimrachaya Worakijmanotham, pemilik Shih Tzu yang baru saja meninggal bernama Dollar mengamati: “Ini adalah terakhir kalinya aku bisa bersamanya… jadi aku ingin Dollar mendapatkan hal-hal baik…. Dalam kehidupan ini, [Dollar] tidak dapat pergi ke wihara untuk membuat jasa kebajikan bagi dirinya sendiri; inilah satu-satunya yang bisa kita lakukan untuknya.” (Japan Times)

Upacara Buddhis dan pemakaman mahal bagi hewan peliharaan bukanlah sebuah fenomena baru. Di Jepang, praktik ini telah populer selama beberapa tahun, dengan tempat pemakaman yang dirancang khusus untuk kremasi hewan peliharaan.

Pemakaman mahal ini diperkirakan berakar pada rasa hormat yang dimiliki oleh masyarakat Jepang terhadap alam dan rasa syukur mereka terhadap hewan peliharaan mereka, dan bahkan sekarang berkembang hingga kepada robot hewan peliharaan. Dan Thailand dengan cepat menyusul, dengan pertumbuhan jumlah orang Thai yang menganggap hewan peliharaan mereka sebagai anggota keluarga yang pantas memeroleh pemakaman layak yang bisa diberikan untuk mereka.

Saat ini ada tiga wihara di Thailand yang menawarkan jasa pemakaman hewan peliharaan, termasuk kremasi, sebuah upacara Buddhis yang dipimpin oleh seorang biksu, dan penyebaran abu di sungai untuk menandakan kembalinya sisa jasmani ke alam.

Theerawat Sae-Han, seorang pengusaha yang memasuki bisnis pemakaman hewan peliharaan ini sejak empat tahun silam, pendiri Pet Funeral Thailand, mengatakan bahwa perusahaannya mengkremasi sekitar 200 hewan peliharaan setiap bulan, mulai dari kucing dan anjing, hingga kadal, ular, babon, dan bahkan “hewan-hewan terkenal seperti ayam petarung juara.” (Japan Times)

Meningkatnya popularitas jasa kremasi ini sebagian disebabkan oleh berkurangnya ruang publik di Ibukota Thailand, sebagaimana Phrakru Samu Jumpol, seorang biksu di Wihara Krathum Suea Pla katakan: “Sebelumnya, kita menguburkan mereka [hewan peliharaan] di taman atau halaman, tetapi sekarang sulit untuk menemukan [taman di mana kita dapat menguburkan hewan peliharaan kita] di Bangkok.” (Japan Times)

Wihara Phrakhru Samu Jumpol bekerjasama dengan perusahaan pemakaman Theerawat dan sekarang telah memiliki sebuah ruang seremonial dan kremasi yang didesain khusus untuk hewan peliharaan.

Seperti di Jepang, pemakaman hewan adalah sebuah bisnis besar. Sebuah jasa pemakaman yang sederhana menghabiskan biaya sekitar 3.000 baht (US$91) sedangkan upacara yang lebih kompleks menghabiskan biaya hingga 100.000 baht (US$3.034).

Keuangan wihara-wihara Buddhis di Thailand mendapat sorotan dalam beberapa tahun terakhir karena Sangha telah diguncang oleh serangkaian skandal keuangan dan tuduhan korupsi. Tetapi hingga saat ini, belum ada kritik atas keterlibatan Wihara Krathum Suea Pla dalam bisnis pemakaman hewan peliharaan ini.

Menurut Phrakru Samu Jumpol, uang bukanlah hal yang penting, karena pemakaman-pemakaman ini membawa orang-orang lebih dekat dengan agama Buddha: “Beberapa orang mungkin tidak mempunyai kesempatan untuk datang ke wihara sama sekali. [Tetapi] ketika hewan peliharaan mereka meninggal, mereka datang ke sini.” (Japan Times)

Yang juga penting, upacara-upacara pemakaman ini memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada pemilik hewan peliharaan yang bersedih atas kehilangan hewan kesayangan mereka, dan memberikan harapan untuk sebuah reuni potensial di kehidupan mendatang.

Seperti yang dikatakan oleh Tipaporn Ounsiri pada upacara untuk menyebarkan abu Siberian husky-nya bernama Maprang, “Jika kehidupan selanjutnya ada, kembalilah dan jadilah anak perempuan saya, jangan terlahir sebagai hewan peliharaan lagi.” (Daily Sabah(Anne Wisman/buddhistdoor.net)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara