
Foto: Ngasiran
600 muda-mudi dari 24 provinsi terlibat sebagai peserta Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Pemuda Theravada Indonesia (Patria) ke-VI tahun 2025 yang digelar di GOR Among Rogo, Yogyakarta. Perhelatan ini digelar selama lima hari mulai Rabu hingga Minggu (25-29/6/2025).
Pembukaan kegiatan dilaksanakan pada Kamis (26/6) pagi pukul 09.00 WIB. Acara dihadiri oleh sejumlah Bhikkhu Sangha yang dipimpin oleh Sanghanayaka Sangha Theravada Indonesia (STI) Bhante Subhapanno, Gubernur DIY yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Warsidi S.E., M.Si., Dirjen Bimas Buddha Kementrian Agama RI Drs. Supriyadi, M.Pd., para pimpinan organisasi yang tergabung dalam Keluarga Buddha Theravada Indonesia (KBTI), perwakilan TNI dan POLDA DIY, dan beberapa tokoh Agama Buddha di Yogyakarta.
Ketua Pelaksana, Ponco Widiyatmoko, menyampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Ia berharap Porseni mendatang dapat melibatkan peserta lebih banyak dari tahun ini.
“Porseni kali ini adalah yang keenam merupakan hasil rakornas dari PATRIA 2024 di Vihara Mandala Wangi Arama Banten. Perhelatan ini memperbutkan total 22 medali dari cabang seni dan olahraga,” ujar Ponco.
Michael Kirana Sutiono, Ketua Umum Patria, merasa terharu atas semangat pemuda Buddhis dalam ajang ini. Ia menjelaskan bahwa atas kegiatan ini, Patria telah menorehkan pretasi gemilang hingga mendapatkan penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
“Kali ini Patria telah mencapai prestasi tertinggi dengan meraih penghargaan dari MURI sebagai Penyelenggaraan Kegiatan Olahraga dan Seni Pemuda Buddhis Tingkat Nasional No. 1 di Indonesia,” terang Michael.
Torehan prestasi ini sekaligus menambah daftar perolehan penghargaan MURI, dimana sebelumnya Patria Kalimantan Timur telah mendapatkan penghargaan untuk Catatan Miniatur Mahabodhi Temple Pertama di Indonesia pada momen Wonderful Waisak.

Sanganayaka STI, Bhante Subhapanno, juga mengungkapkan rasa harunya serta menyampaikan apresiasi atas pencapaian Patria di tahun ini. Bhante berharap, ke depan akan semakin banyak dukungan datang dari berbagai pihak baik dari umat, tokoh, maupun yayasan untuk kegiatan Patria.
“Ajang ini tidak hanya untuk kepentingan olahraga, tetapi juga ada manfaat batin membentuk karakter Buddhis kepada muda-mudi. Yang penting juga membangun persahabatan, persaudaraan dan relasi bagi muda-mudi Buddhis di Indonesia. Pertemuan ini juga bagian dari Dhamma dalam bentuk kreatif, maka harus ada nilai-nilai Dhamma yang paling utama untuk dipegang dalam gelanggang nanti, jaga sportivitas dan kejujuran. Ini juga untuk membangun semangat bagi muda-mudi di daerah-daerah,” pesan bhante.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Warsidi, mewakili Gubernur Yogyakarta, menyampaikan bahwa tujuan akhir perhelatan ini bukan menang dan kalah, melainkan terjadinya jalinan kekeluargaan di antara pemuda Indonesia.
“Ajang ini menjadi tampat bersaing tapi bukan untuk saling menjatuhkan dan menjauhkan, sebaliknya menjadi ruang perjumpaan untuk saling mendekatkan serta menjalin kekeluargaan di antara pemuda. Tujuan akhir gelanggang ini adalah menjadi bangsa Indonesia yang utuh, tumbuh dalam semangat perjuangan, sportifitas, dan kuat jasmaninya,” kata Warsidi.
Senada dengan Bhante Subhapanno, Dirjen Bimas Buddha Kementerian RI, Supriyadi, merasa bangga dan bahagia melihat geliat pemuda buddhis Indonesia. Ia menekankan keutamaan dalam kegiatan ini adalah penerapan nilai-nilai luhur ajaran Sang Buddha.
“Dalam kegiatan ini juga harus meneladani kisah-kisah Pangeran Siddharta yang pernah telibat dalam berbagai perlombaan. Tetapi walaupun memenangkan semua perlombaan tidak menjadikannya jumawa dan besar kepala. Ajang ini untuk mengasah bakat serta melatih dan mengembangkan sifat-sifat bajik, nilai-nilai luhur ajaran Sang Buddha, yang menang harus tetap rendah hati dan menghormati yang belum berkesempatan untuk menang, yang kalah juga belajar untuk bersimpati dan mengapresiasi yang menang,” jelas Supriyadi.
Usai sambutan, Dirjen Bimas Buddha membuka secara resmi Porseni Patria 2025 dengan pemukulan gong sebanyak tiga kali.

Perjalanan Porseni Patria
Keterlibatan ratusan peserta dari berbagai wilayah di Indonesia dalam Porsseni Patria mencerminkan semangat kebersamaan, kebhinekaan, dan solidaritas dalam satu wadah persaudaraan Buddhis nasional. Porseni Nasional Patria menjadi panggung aktualisasi diri generasi muda Buddhis melalui berbagai cabang olahraga, seni, juga E-Sport, serta wahana pembinaan nilai-nilai moral, sportivitas, dan kebudayaan yang berpijak pada Ajaran Buddha.
Sejak pertama kali digelar pada tahun 2002 di Jakarta, Porseni Nasional Patria telah berkembang menjadi salah satu ajang kompetisi olahraga dan seni Buddhis terbesar di Indonesia. Kegiatan ini telah diadakan sebanyak enam kali: Jakarta (2002 dan 2005), Surabaya (2008), Jakarta (2011), Solo (2015), dan kini Yogyakarta (2025). Dengan konsistensi penyelenggaraan dan antusiasme peserta yang terus meningkat, Porseni Nasional Patria telah menjadi bagian penting dalam upaya Patria membina kader muda yang sehat jasmani dan rohani, sekaligus memperkuat jaringan kebangsaan di antara pemuda Buddhis lintas daerah.
Porseni Nasional Patria juga turut mendukung arah kebijakan nasional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No. 108 Tahun 2024 tentang Desain Besar Manajemen Talenta Nasional (DBMTN). Melalui ajang ini, Patria ikut serta dalam menciptakan sumber daya manusia Buddhis yang unggul, bertalenta, dan siap menghadapi tantangan global menuju Indonesia Emas 2045.
Hal tersebut sejalan dengan latar belakang dibentuknya Patria yang merupakan sebuah organisasi sosial-keagamaan Buddhis Theravāda Indonesia bercorak kepemudaan. Patria berperan aktif sejak 1995, melahirkan generasi muda yang memiliki kemoralan, sukses dan mampu mandiri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Partisipasi Patria bersifat pengabdian tanpa pamrih dan bersama-sama dengan Keluarga Buddhis Theravāda Indonesia (KBTI) mewartakan Buddha Dhamma.
Selain mendapat dukungan dari berbagai pihak, Porseni Nasional VI Patria juga menjadi panggung partisipasi aktif generasi muda Buddhis dalam mempererat solidaritas dan memperkuat identitas spiritual di tengah dinamika zaman.