Oleh : Surahman Ana
Foto : Surahman Ana
Dalam suasana yang membahagiakan, barisan umat Buddha sepanjang kurang lebih 200 meter menghiasi jalan utama Dusun Pencar dan Dusun Ngadisari pada Rabu (25/10/2023). Nampak muda-mudi yang membawa bendera Merah-Putih dan bendera panji buddhis memimpin barisan, sementara berbagai sarana puja dibawa oleh para umat mengiringi tandu rupang Buddha, diikuti oleh para anggota Sangha dan beberapa kelompok kesenian.
Pemandangan yang mengesankan ini adalah bagian dari upacara peresmian Vihara Surya Putra Dusun Ngadisari, Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah. Prosesi dimulai pukul 13.00 WIB dari Vihara Eka Sasana Surya Dusun Pencar, yang berjarak sekitar 400 meter dari Vihara Surya Putra. Meskipun cuaca tampak mendung, semangat para peserta prosesi tetap tak tergoyahkan.
Sekitar pukul 14.30 WIB, alunan gamelan mulai terdengar sayup-sayup, menyambut kedatangan umat ke area Vihara Surya Putra. Pembawa acara mengarahkan umat untuk menempati karpet merah di sebelah deretan kursi yang disediakan bagi para tamu undangan. Dengan penuh kegembiraan, para umat menikmati hidangan santap siang, dan segera setelah itu, acara inti dimulai.
Parlan, ketua panitia acara, dengan gembira menyambut peresmian Vihara Surya Putra yang telah lama dinanti oleh umat Buddha Ngadisari. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan dan penyelenggaraan upacara peresmian.
“Meskipun peletakan batu pertama dan pembangunan vihara ini telah berlangsung sejak tahun 2016, peresmian resmi baru dapat terlaksana saat ini. Kami, umat Buddha Dusun Ngadisari, sangat bahagia atas pencapaian ini. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah berperan besar dalam keberhasilan pembangunan vihara dan pelaksanaan upacara peresmian ini,” kata Parlan.
Vihara yang mungil namun rapi ini berdiri di atas bukit di tengah Dusun Ngadisari. Lahan seluas 790 meter persegi yang digunakan untuk pembangunan sebagian besar merupakan hibah dari seorang umat bernama Budiyono, sedangkan sisanya dibeli dari seorang warga setempat. Vihara ini menjadi tempat ibadah yang baru bagi umat Buddha Dusun Ngadisari, menggantikan cetiya lama yang terletak sekitar 100 meter di bawah lokasi Vihara Surya Putra saat ini.
Peresmian dihadiri tujuh bhikkhu, termasuk Bhikkhu Dhammasubho, Bhikkhu Dhammakaro, Bhikkhu Jayaratano, Bhikkhu Upasanto, Bhikkhu Upasamo, Bhikkhu Khemadhiro, dan Bhikkhu Jayaseno. Acara juga dihadiri oleh Pembimas Buddha Provinsi Jawa Tengah, pejabat pemerintah setempat, tokoh agama Buddha Temanggung, serta tokoh lintas iman yang ada di Desa Tempuran. Penyelenggaraan upacara juga melibatkan forum muda-mudi Buddha dari berbagai sekte.
Camat Kaloran, Juli Riastriana, menyampaikan terima kasih atas selesainya pembangunan vihara dan mengharapkan agar vihara tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik. “Terima kasih kepada umat Buddha dan seluruh donatur yang berpartisipasi dalam membangun Vihara Surya Putra. Saya berharap vihara ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh umat Buddha Ngadisari dan Kecamatan Kaloran pada umumnya,” ujar Juli.
Priyanto, Kepala Desa Tempuran, mengapresiasi upacara peresmian ini, khususnya karena melibatkan umat dari berbagai agama. “Saya sangat senang dan sangat berterima kasih, dimana dalam upacara ini terlibat umat dari lintas agama yang membantu dalam acara. Ini wujud kerukunan yang terjalin di Desa Tempuran. Semoga persatuan dan kerukunan ini tetap terjaga dan semakin erat dalam menghadapi tahun-tahun politik,” kata Priyanto.
Pembimas Buddha Provinsi Jawa Tengah, Karbono, juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada umat dan donatur yang turut membangun vihara baru ini. Ia berharap kehadiran Vihara Surya Putra dapat meningkatkan semangat umat Buddha Ngadisari dalam menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya.
“Terima kasih kepada segenap umat Buddha Ngadisari dan para donatur yang telah membangun vihara baru ini. Semoga kehadiran vihara baru ini akan memberikan semangat baru bagi umat Buddha Ngadisari dalam menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya,” kata Karbono.
Bhante Dhammasubho, pengisi pesan Dhamma, merasa bahagia hadir ditengah umat dalam suasana membahagiakan. Bhante mengajak umat untuk turut menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam masyarakat.
“Saya turut berbahagia atas peresmian Vihar Surya Putra ini. Terlebih bisa hadir dan melihat umat Buddha berkumpul dalam suasana persaudaraan dan kekeluargaan. Mari kita bangun persaudaraan yang tulus di dalam menjalani kehidupan bermasyarakat,” ajak bhante.
Di sisi lain, prosesi yang mengawali upacara peresmian ini dinilai Bhikkhu Dhammasubho sebagai bagian dari budaya warisan Agama Buddha di masa lalu yang dikenal sebagai “budaya puja.” Bhante berbicara tentang pentingnya menjaga budaya puja ini, yang merupakan wujud upaya manusia dalam membangun harmoni dengan alam dan makhluk hidup lainnya.
“Budaya ini perlu dilestarikan, dan saya bangga karena ternyata hingga sekarang budaya puja ini masih dijalankan oleh masyarakat Jawa. Salah satunya seperti prosesi yang tadi sudah dilaksanakan. Budaya ini jangan ditinggalkan,” pesan bhante.
Acara dilanjutkan penandatangan prasasti oleh Bhikkhu Dhammasubho dan langsung dipersilahkan memotong pita peresmian bersama Pembimas Buddha Povinsi Jawa Tengah, Karbono. Malam harinya, acara berlanjut dengan pertunjukan seni sebagai hiburan.
Pertunjukan seni rakyat Jaran Kepang Temanggungan, turut memeriahkan acara hingga larut malam. Umat dan warga setempat menikmati penampilan tersebut sebagai penutup dari serangkaian acara peresmian yang meriah.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara