• Sunday, 27 September 2020
  • Hartini
  • 0

Terlepas dari beberapa pernyataan yang disampaikan oleh pemerintah Negara Bagian Andhra Pradesh selama bertahun-tahun tentang pengaturan koridor Buddhis dan ( upaya ) menghidupkan kembali situs-situs warisan Buddhis – termasuk tiga buah situs tua di atas bukit berusia 2.000 tahunan di Bavikonda, Thotlakonda, dan Pavurallakonda, di bentangan Vizag-Bheemili yang menghubungkan Visakhapatnam dengan Bheemili di pesisir Andhra Pradesh – hanya sedikit pekerjaan yang dilaksanakan sampai saat ini, dan situs-situsnya masih sangat terlantar. Demikian menurut laporan terkini The Times of India.

“Pekerjaan pembangunan jalan berada di bawah naungan departemen gedung dan jalan. Kami juga telah menginformasikan bahwa hanya satu orang petugas keamanan yang bertugas (sejak pk 10:00 pagi hingga pk 17:00 sore) dan (tambahan) pekerja sangat dibutuhkan. Dalam kenyataannya, kami hanya memiliki empat orang staf umum sementara sisanya, delapan posisi umum dalam departemen, tidak terisi,” kata Venkat Rao, asisten direktur departemen Arkeologi pemerintah, pada The Times of India tentang situs yang paling terlantar, Pavurallakonda.

“Untuk tiga distrik pesisir utara, hanya ada 12 orang penjaga keamanan yang ditempatkan untuk menjaga semua museum, monumen, dan situs Buddhis, yang sangat kurang, menimbang fakta bahwa masing-masing situs membutuhkan sekurang-kurangnya tiga petugas untuk berjaga selama 24 jam,” jelas Rao.

Berdasarkan laporan The Times of India, Bavikonda, yang terletak sekitar 16 km dari Visakhapatnam, menghadapi ancaman pembobolan dan menderita karena pemborosan dana sehubungan dengan adanya duplikasi pekerjaan konstruksi sipil yang dilaksanakan pusat penanganan yang kedua.

Thotlakonda, sebuah situs peninggalan seluas 48 hektar, telah diberitakan sejak lama, tetapi kebanyakan diberitakan untuk alasan-alasan yang salah, termasuk pembobolan / penerobosan oleh sebuah club film, kasus-kasus pengadilan, rekonstruksi yang dipercepat dari stupa yang digali pada tahun 2016 dan runtuhnya stupa yang dibangun ulang pada tahun 2019.

Kontroversi paling akhir seputaran pusat-pusat situs, yaitu tentang pembangunan rumah singgah pemerintah pada kawasan lahan seluas 12 hektar. Bagaimanapun, pihak berwenang bersikeras bahwa tidak ada rencana untuk pembangunan dalam situs peninggalan bersejarah Thatlakonda.

Dilaporkan bahwa relik-relik sejarah di Pavurallakonda berada dalam kondisi sangat memprihatinkan, termasuk vihara-vihara yang terbengkalai, tangga-tangga, penampungan air (yang terbuat dari) batu belah, sisa-sisa (yang tak laku dijual) dari stupa-stupa pemujaan, serta sebuah bangunan Belanda dari abad 17.

Masih belum ada jalan untuk mencapainya, dan satu-satunya jalan masuk adalah melalui tebing pendakian sepanjang hampir 3 km melintasi kawasan terjal berbatu-batu. Penjaga keamanan satu-satunya situs tersebut menyatakan, para pesepeda akan berkunjung setelah matahari terbenam, memasuki situs bersejarah dengan cara merusak kunci dan duduk sambil minum-minum.

Situs bersejarah Buddhist pada, dan di seputaran, Visakhapatnam telah berada dalam kondisi terlantar selama bertahun-tahun. Sumber: timesofindia.indiatimes.com.

Bagaimanapun, Rao menjelaskan bahwa Departemen Arkeologi telah menulis surat pada Administrasi Distrik untuk meminta sebuah gerbang yang layak dan sebuah jalan menuju puncak bukit.

Beliau juga menjelaskan bahwa para anggota Kelompok Nasional India untuk Peninggalan Seni dan Budaya ( India National Trust for Art and Cultural Heritage ) telah berjanji untuk membantu membangun sebuah gerbang demi mencegah para pesepeda dan para penerobos agar tidak memasuki Pavurallakonda.

“Kami mengorganisir prakarsa para pemerhati peninggalan bersejarah untuk menggalang dana dan mendirikan sebuah gerbang yang kuat di kaki bukit untuk mencegah para pesepeda naik,” ujar anggota Kelompok Nasional India untuk Peninggalan Seni dan Budaya, Jayshree.

“Kami juga akan membersihkan situs. Papan-papan petunjuk dan informasi akan dipasang untuk memberitahukan tentang Pavurallakonda. Patroli pantai akan diperluas hingga (menjangkau) situs ini juga.”

“Karena (situs ini) terletak di wilayah pesisir utara, maka ia terabaikan, jika (situs ini juga) berada di Guntur atau Vijayawada, maka mereka pasti telah membuat jalan emas untuk (menuju) monumen-monumennya. Ini bisa kita sebut sebagai penanganan yang tidak adil terhadap wilayah-wilayah, yang dilakukan oleh para politisi kita,” demikian diutarakan Sathya Makka, salah seorang pembaca The Times of India.

Sumber: Dipen Barua/buddhistdoor.net

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara