• Tuesday, 14 October 2025
  • Surahman Ana
  • 0

Foto: Ana Surahman

Umat Buddha di Semarang merayakan puncak perayaan Kathina dengan penuh khidmat dan sukacita di Vihara Mahaboddhi Buddhist Centre, Minggu (12/10/2025). Perayaan yang dihadiri oleh 17 anggota Sangha, termasuk bhikkhu, bhikkhuni, samanera, dan samaneri ini, mengangkat semangat kebersamaan dan kedermawanan.

Rangkaian acara dimulai sejak pagi hari dengan tradisi pindapata, di mana para anggota Sangha berjalan dari Kelenteng Tat Kak Sie menuju vihara. Perayaan Kathina kemudian dilanjutkan pukul 08.30 WIB di lantai dua gedung vihara. Kekhidmatan acara semakin terasa dengan keanggunan para pembawa sarana puja yang mengenakan pakaian adat Jawa, menambah kesakralan momen persembahan.

Dalam pesan Dhamma yang disampaikan, Bhante Nyana Suryanadi menekankan makna Kathina sebagai momentum istimewa untuk menanam kebajikan.

“Karena Kathina ini dinyatakan oleh Buddha sebagai momentum yang sangat baik. Ibarat orang menanam pada musim yang tepat, bibit yang tepat, dan tempat untuk menanam pun subur dan tepat. Buddha memberikan batasan untuk Dhamma ini hanya satu bulan,” terang Bhante.

Bhante mendorong umat untuk memanfaatkan momen ini sebaik-baiknya sebagai inspirasi mempraktikkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Ia menjelaskan bahwa kelahiran sebagai manusia, terlebih yang berkesempatan mempelajari Dhamma, adalah hal yang sulit dan berharga.

Namun, Bhante juga menyoroti tantangan praktik Dhamma di era modern yang cenderung materialistis dan serba cepat. Menurutnya, Dhamma justru menjadi solusi untuk mengondisikan batin dalam menghadapi perubahan.

“Ketika kita dapat memahami Dhamma dengan baik, hal itu akan memberikan semangat dan spirit dalam menghadapi berbagai perubahan kondisi, baik dalam suka maupun duka. Semangat itu muncul karena memahami bahwa perubahan adalah hal yang alamiah,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bhante mengibaratkan akumulasi kebajikan seperti setetes air yang lama-kelamaan memenuhi wadah. Perayaan Kathina, katanya, adalah kesempatan emas untuk mengumpulkan “tumpukan kebajikan” yang tak ternilai.

“Sedikit demi sedikit kita himpun dari waktu ke waktu, utamanya di momen Kathina ini. Ini memberikan tumpukan kebajikan yang tiada tara dan kelak menjadi bekal untuk terlahir di alam Kammasugati yaitu alam manusia dan dewa,” jelasnya.

Bhante juga menegaskan bahwa Kathina bukan sekadar ritual, tetapi penyeimbang hidup melalui kebajikan sederhana dan berkelanjutan. Semangat ini, lanjutnya, membangun keharmonisan sosial antara umat dan Sangha, serta relevan dengan nilai gotong royong dan welas asih.

“Semangat Kathina bisa diterapkan melalui berbagai kolaborasi, utamanya antara umat Buddha dan Sangha, untuk menghidupkan nilai cinta kasih lintas sosial, budaya, dan ekonomi,” tegasnya.

Ia menutup pesannya dengan ajakan untuk menjadikan semangat Kathina sebagai pola hidup baru. 

“Melalui memberi, kita menemukan welas asih. Melalui melepas, kita menemukan kebebasan. Melalui kebebasan dan kebersamaan, kita membangun dunia yang lebih harmonis.”

Perayaan ditutup pada malam hari dengan Siripada Puja. Suasana hening dan penuh energi positif menyelimuti ruang Dhammasala, diiringi lantunan paritta dan renungan Dhamma. Dalam cahaya remang, kerlip pelita yang bergerak tenang mengikuti putaran air seakan menyimbolkan kedamaian dan cinta kasih yang merambah ke segala penjuru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *