Foto : Ana Surahman
Langit masih gelap dan udara terasa dingin saat seruan panitia mengundang para peserta Jambore Nasional Ikatan Muda-Mudi Zhenfozong Indonesia (IMZI) 2024 untuk berkumpul di depan parkiran bus, Kamis (26/12/2024). Hari itu merupakan hari ketiga kegiatan yang berlangsung di Tambi Tea Resort, Dieng, Wonosobo.
Pada sesi siang, para peserta mengikuti kegiatan bernuansa spiritual, yakni pradaksina di Candi Arjuna dan ritual Api Homa di Candi Bima, Dieng. Perjalanan dimulai dari resort sekitar pukul 05.00 WIB menuju Candi Arjuna, yang memakan waktu sekitar setengah jam. Setibanya di lokasi, kabut tebal menyelimuti area candi, membatasi pandangan untuk menikmati keindahan lanskap kawasan tersebut.
Di tengah dinginnya udara dan rintik gerimis, Acariya Lianfei memimpin pradaksina. Kegiatan ini dimulai dengan visualisasi Maha Mula Acariya dan perapalan Mantra Padmakumara. Ratusan peserta melangkah khidmat mengikuti arahan.
“Langkah pertama adalah kaki kiri, dan jalannya pelan. Konsentrasi pada langkah dan sebut nama Buddha. Jangan melihat kanan-kiri, jaga jarak yang stabil, jangan bicara, dan jangan foto-foto selama pradaksina. Lebih baik lagi jika dilakukan dengan beranjali,” ujar Acariya Lianfei.
Alunan mantra yang bergema di tengah kabut, ditambah suara nyaring lonceng, menciptakan suasana yang khusyuk dan sakral.
Setelah pradaksina, peserta beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Bima. Ketika tiba, cuaca mulai cerah, dan lokasi ritual telah disiapkan lengkap dengan altar, tenda-tenda, serta sarana puja yang akan digunakan dalam ritual Api Homa.
Ritual Api Homa dihadiri oleh umat dari berbagai daerah, termasuk Temanggung, Salatiga, Wonosobo, Banjarnegara, Cilacap, Semarang, dan Jakarta. Ketua DPP Majelis Zhenfozong Indonesia, Winarni Harsono, turut hadir bersama beberapa tokoh lainnya.
Acariya Lianfei selaku upacarika yang memimpin ritual menjelaskan, “Ritual Api Homa ini dengan adhinata Bhagavati Kurukulla, yang dikenal sebagai perwujudan cinta kasih universal. Dalam ritual ini, silahkan sampaikan permohonan para umat sekalian untuk mendapatkan berkah. Bagi yang sedang mencari jodoh juga diperbolehkan memohon. Ketika pelimpahan jasa, ungkapkan doa atau permohonan dalam hati masing-masing.”
Ritual dimulai dengan persembahan hatta kepada upacarika sebagai simbol penghormatan tertinggi dalam tradisi Tantrayana, dilanjutkan dengan prosesi inti, yaitu peleburan sarana puja ke dalam bara api. Hal ini melambangkan peleburan segala kekotoran batin.
Ketua DPP Majelis Zhenfozong Indonesia, Winarni Harsono, mengapresiasi antusiasme para peserta dan umat yang hadir. Ia juga berterima kasih kepada panitia jambore. “Saya sangat senang dengan pertemuan ini, terutama karena dihadiri oleh umat dari berbagai daerah. Terima kasih kepada panitia jambore, donatur, dan semua pihak yang telah mendukung acara ini. Hebat sekali,” ungkapnya.
Setelah ritual selesai, peserta melanjutkan perjalanan ke Kawah Sikidang dan Telaga Menjer sebelum kembali ke resort untuk istirahat. Pada malam harinya, kegiatan dilanjutkan dengan acara malam keakraban.
Meski gerimis, suasana malam terakhir jambore terasa semarak. Kegiatan diisi dengan pentas seni oleh perwakilan vihara, diiringi penampilan band asal Temanggung yang turut memeriahkan acara. Sambil menikmati santapan barbeque, para peserta tampak ceria mengisi momen kebersamaan tersebut.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara