• Tuesday, 24 July 2018
  • Ngasiran
  • 0

Prosesi puja, seakan sudah membudaya bagi masyarakat Buddha Indonesia. Perjalanan spiritual dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur ini selalu mengawali pujabhakti perayaan hari raya agama Buddha. Begitu juga dengan Pujabhakti Agung Asadha tahun ini yang diawali dengan pembacaan ulang Kitab Tipitaka selama tiga hari, Jumat – Minggu (20 – 22/7) di Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur.

Setelah penutupan Indonesia Tipitaka Chanting, para bhikkhu, athasilani, dan umat peserta berkumpul di Candi Mendut. Mereka sudah disambut oleh ribuan umat Buddha dari seluruh tanah air dan negara-negara lain.

Sebelum perjalanan dimulai, para bhikkhu dan umat Buddha melakukan pujabhakti di Candi Mendut. Bhante Sri Pannyavaro, Bhante Dhammasubho, Bhante Jotidhammo bersama para bhikkhu senior dan umat Buddha berjalan dari Vihara Mendut menuju Candi Mendut. Dengan membawa rangkaian bunga dan dupa mereka berjalan menembus keramaian umat Buddha di area candi.

Setelah sesembahan puja diletakkan di altar, lilin, dan dupa dinyalakan, paritta-paritta mengalun indah dari suara Bhante Sri Pannyavaro yang diikuti oleh para bhikkhu dan ribuan umat Buddha.

Baca juga: Hari Raya Asadha, Prajurit Ikut Donor Darah

“Anda akan melakukan kebajikan, melakukan perjalanan spiritual dari Candi Mendut menuju Candi Agung Borobudur. Apabila Anda melakukan dengan tertib, penuh kesadaran dan perenungan terhadap Tiratana, maka satu jam perjalanan Anda akan sangat bermakna,” pesan Bhante Sri Pannyavaro Mahathera kepada ribuan umat Buddha di Candi Mendut, Minggu (22/7) jelang prosesi puja.

Pada pukul 14.00 prosesi puja dimulai. Lambang Garuda pada barisan pertama dan diikuti oleh sekumpulan orang berpakaian adat Nusantara, Sang Saka Merah Putih, panji-panji Buddhis, sarana puja, kereta kencana dengan iringan prajurit kraton, para bhikkhu, dan umat Buddha membentuk barisan memanjang.

Indahnya warna-warni dari prosesi ini pun menjadi perhatian masyarakat sekitar. Sekitar pukul 16.00 barisan prosesi sampai di pelataran Candi Borobudur. Dengan iringan gending-gending dari gamelan yang dimainkan pengrawit dari Temanggung, secara perlahan umat Buddha duduk rapi.


 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *