Dalam Injil disebutkan, manusia memiliki mata namun tak menggunakannya, mempunyai telinga tetapi tidak memakainya…
Acara dimoderatori oleh Hendra Lim, seorang pembicara dan juga merupakan pengajar di sebuah perguruan tinggi. Sedangkan Reza A.A. Wattimena, pengajar, penulis buku, dan penekun meditasi Zen.
Acara bedah buku berlangsung di Emporium Mall, Pluit, Jakarta Barat, pada Rabu (15/5) pukul 19.30 WIB. Bedah buku merupakan salah satu rangkaian acara Waisak Goes to Mall yang diselenggarakan oleh Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) mulai 14 hingga 19 Mei 2019.
Acara diskusi membedah proses kreatif dua bukunya yang diterbitkan oleh Penerbit Karaniya, dua buku tersebut berjudul, “Dengarkanlah” dan “Mencari ke Dalam”.
Dialog terjadi dengan cair, jauh dari kesan formal dan kaku. Reza berkisah bagaimana awal mulanya ia berjumpa dengan meditasi Zen sewaktu kuliah doktoral di Jerman, proses hidupnya dan penderitaannya membawa pada ajaran meditasi.
Dari pengalaman yang dipupuk dengan olah meditasi, Reza yang memang sering menulis buku-buku tentang filsafat membagikan pengalamannya. Buku, “Dengarkanlah” berisi tentang tema pengetahuan tentang Zen. Sedangkan buku, “Mencari ke Dalam” merupakan buku yang berisi pengalaman praktis ketika meditasi.
Dalam salah satu sesi tanya jawab, ada seorang pengajar di sebuah sekolah bernama Jear menanyakan, “Bagaimana caranya agar saya yang berkeyakinan Kristiani ketika belajar meditasi Zen, tidak berbenturan dengan iman saya?”
Reza menjawab, “Ada tiga kutipan di dalam injil yang mendekati tentang keadaan penuh kesadaran, kau punya mata dan telinga, namun tak melihat dan tak mendengar, itu kurang mindful, mikirin masa lalu, mikirin masa depan, kamu tidak di sini.
Baca juga: Ngobrol Bareng Reza A.A Wattimena
“Ketika matamu dipakai untuk melihat, dan telingamu untuk mendengar, melihat hanya untuk melihat, mendengar hanyauntuk mendengar. Kamu akan jernih, dan di sana kita akan menemukan Kerajaan Allah.
“Kerajaan Allah, ada di dalam hati kita. Ada di dalam diri kita, bukan di luar. Karena apa pun itu, pencerahan itu letaknya ada di dalam, bukan di luar, dengan begitu, kita akan kembali menjadi anak-anak.”
Reza menambahkan, “Silakan kalau tidak percaya, Anda boleh pergi ziarah ke berbagai tempat suci di penjuru dunia, kalau punya duit. Ya memang, Anda akan bahagia, tetapi apakah itu bahagia yang sesungguhnya? Memang akan terasa bahagia, bahagia atau sensasi bahagia?
“Tetapi setelah pulang ke rumah, kembali ke jalan, kena macet, kena deadline kerjaan. Itu bukan kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan yang bertahan lama, ada di dalam diri, karena itu mengembangkan kesadaran kita,” pungkasnya.
Reza A.A Wattimena mengasuh rumahfilsafat.com, aktif menulis di BuddhaZine.com, dan sering diundang sebagai pembicara. Doktor Filsafat lulusan Munich School of Philosophy, Jerman.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara