• Tuesday, 16 February 2021
  • Elizabeth D. Inandiak
  • 0

Didirikan pada tahun 996 Masehi, Tabo adalah wihara Buddha tertua yang terus masih berfungsi sampai sekarang di India dan pegunungan Himalaya. Wihara Tabo terletak di desa dengan nama yang sama, di ketinggihan 3280 meter dekat perbatasan Tibet di lembah tinggi Spiti yang terpencil.

Dua jalan yang menuju ke sana, yang dari selatan lewat kota Shimla… dan yang dari utara, lewat kota Manali, tertutup oleh salju dari bulan Oktober sampai Juni. Kalau pun terbuka, dua jalan itu sering terhalang longsor.

Juli 2018, dengan restu Serkong Rinpoche II, saya berangkat dari Dharamsala ke Spiti naik bus umum untuk melakukan undur diri di Wihara Tabo selama satu bulan.

Meskipun dia bukan lagi seorang biksu, Serkong Rinpoche II adalah ketuah kerohanian Wihara Tabo.Dia lahir (kembali) di Spiti, di desa tidak jauh dari Tabo, di sebuah keluarga sederhana, pada 29 Mei 1984, tepat sembilan bulan setelah wafatnya Tsenzhab Serkong Rinpoche di daerah yang sama.

Segera setelah Serkong Rinpoche kecil bisa berbicara, ia menunjuk pada foto Tsenzhab Serkong Rinpoche yang tergantung di dinding rumah orangtuanya, dan berkata, “Itu aku!” Tsenzhab Serkong Rinpoche adalah Guru Mitra Adu-pendapat Yang Mulia Dalai Lama. Ia adalah satu-satunya dari tujuh tsenzhab (asisten guru) yang bisa bergabung dengan Dalai Lama dalam pengasingan di India pada 1959.

Rinpoche sering bepergian untuk mengajar di India, Nepal, dan dua kali di Eropa Barat dan Amerika Utara. Meskipun mengunjungi pusat-pusat pendidikan utama, ia selalu memilih tempat kecil dan terpencil yang jarang memiliki gurudan tempat yang tidak ingin dituju orang lain.

Di antara daerah-daerah perbatasan terpencil itu, Rinpoche memiliki hubungan erat khusus dengan Spiti, lembah tinggi Himalaya India di dekat Kainnaur, tempat ia meninggal dunia dan lahir kembali.

Seribu tahun yang lalu, daerah tandus penuh debu ini termasuk ke dalam wilayah Tibet dan merupakan pusat kebangkitan kembali agama Buddha. Namun, di masa-masa terakhir ini, acuan telah merosot, seperti pernah terjadi seribu tahun sebelumnya. Para biksu mengabaikan sumpah lajang dan meminum alkohol. Mereka sedikit mempelajari agama Buddha.

Melalui lima kunjungan ke lembah itu, Rinpoche berusaha menciptakan kebangkitan kembali kedua. Ia melakukan ini dengan membaktikan kembali wihara paling kuno di Spiti, yaitu Tabo Gonpa, dan memberikan para biksu di sana pemberdayaan dan warisan lisan bagi upacara-upacara leluhur. Ia mendatangkan guru rohani terpelajar dan mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak setempat.

Akhirnya, di Juli 1983, Rinpoche mengatur kedatangan Yang Mulia Dalai Lama untuk memimpin upacara Kalacakra di Tabo. Pengenalan ajaran Kalacakra dari India ke Tibet pada 1027 telah menjadi peristiwa penting yang menegaskan pembangunan kembali ajaran Buddha di sana setelah masa kebingungan yang lama. Rinpoche berharap, pemberdayaan yang dilakukannya bisa melayani tujuan yang sama.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *