Deny Hermawan | Sunday, 10 May 2020 15.51 PM Photo
Koleksi Pribadi
Di banyak pemakaman di Jepang, atau di tempat lain yang dikeramatkan, biasanya terdapat patung sosok semacam anak kecil gundul yang memakai celemek merah terang plus ketu rajutan. Figur ini seringkali memiliki wajah yang terlihat ceria, yang bahkan terkadang juga dipoles dengan make-up.
Ikon-ikon yang khas ini adalah Jizo, atau Jizo Bosatsu. Ini adalah ikonografi khas dari Bodhisattva Ksitigarbha yang telah menjadi bagian dari budaya Jepang selama berabad-abad.
Dalam Buddhisme Jepang, Jizo diyakini sebagai penjaga bagi para pelancong dan roh yang tersesat. Ia juga memiliki peran sebagai pelindung roh anak-anak, terutama mereka yang gugur dalam kandungan atau mereka yang meninggal pada usia muda.
Ketu maupun syal rajutan ditambahkan pada pratima Jizo sebagai bentuk penghormatan oleh para Buddhis di Jepang. Sementara celemek dipasang sebagai simbol bahwa Jizo memberikan perlindungan terhadap anak-anak.
Meskipun banyak jenis rona bisa dipakaikan dalam ornamen Jizo, warna yang paling umum adalah merah. Inilah warna dalam tradisi mitologis Jepang yang sering dipakai untuk proteksi dalam praktik kuno tolak bala.
Seiring waktu, warna merah mewakili energi dan kehidupan, seperti yang terlihat di gerbang kuil Shinto hingga Matahari Terbit dalam bendera nasional Jepang.
Deny Hermawan
Editor BuddhaZine, penyuka musik, film,
dan spiritualitas tanpa batas.
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung