Foto: Ngasiran
Umat Buddha Vihara Giri Santi Loka, Dukuh Guwo, Desa Blingoh, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, menggelar Kathina Dana pada Rabu, 29 Oktober 2025, sebagai bagian dari perayaan akhir masa vassa yang penuh makna bagi umat Buddha. Acara ini dirangkai dengan pengukuhan Buddharupang dan stupa baru — Buddharupang ditempatkan di bawah pohon Bodhi vihara, sementara stupa berdiri megah di sisi lain kompleks vihara.
Perayaan yang berlangsung sore itu dihadiri enam Bhikkhu dari Sangha Theravāda Indonesia, di antaranya Bhante Candakaro, Bhante Sujano, Bhante Khemadhiro, dan Bhante Dhiracitto, putra daerah Dukuh Guwo. Umat Buddha datang dengan penuh semangat, membawa persembahan kebutuhan pokok para bhikkhu sebagai bentuk dukungan nyata terhadap kehidupan para samana.
Buddharupang yang dikukuhkan terbuat dari batu utuh dengan tinggi sekitar 205 sentimeter dan berat kurang lebih 3 ton. Sementara itu, stupa yang baru dibangun memiliki ukuran yang jauh lebih besar — berdiameter 4,5 meter dan tinggi 4,5 meter, dengan berat mencapai 3 hingga 4 ton, bahkan melebihi ukuran beberapa stupa di Candi Borobudur. Keduanya kini menjadi simbol keyakinan dan semangat umat Buddha di Dukuh Guwo dalam menjaga dan mengembangkan ajaran Buddha.
Peran penting dalam terwujudnya Buddharupang dan stupa besar di Vihara Giri Santi Loka tidak lepas dari perhatian Bhante Sri Pannyavaro Mahāthera, Saṅghapāmokkha Saṅgha Theravāda Indonesia. Berkat arahan dan bimbingan beliau, umat vihara kini memiliki sarana ibadah yang tidak hanya indah secara rupa, tetapi juga sarat makna spiritual.
Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan paritta suci yang dipimpin oleh para bhikkhu, diikuti pemercikan tirta paritta pada Buddharupang, pohon Bodhi, dan stupa. Lantunan paritta bergema lembut di antara pepohonan dan perbukitan Guwo, menandai peresmian simbol-simbol suci tersebut sebagai pusat keyakinan baru umat.
Dalam kesempatan tersebut, Bhante Candakaro memberikan Dhammadesana tentang makna berdana di masa Kathina. Beliau menyampaikan, “Berdana kepada Sangha adalah wujud nyata cinta kasih dan kebijaksanaan. Melalui Kathina, umat menanam benih kebajikan yang akan berbuah kedamaian, baik bagi diri sendiri maupun semua makhluk.”
Sementara itu, Bhante Dhiracitto, yang merupakan putra daerah Dukuh Guwo, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada Bhante Pannyavaro, serta kepada Ibu Rosmary dan Bapak Suganda, yang telah berdana Buddharupang dan stupa untuk vihara. Ia juga memberikan dorongan kepada umat untuk terus memperkuat keyakinan dan praktik dalam keseharian.
“Sekarang umat sudah punya altar terbuka, Buddharupang, dan stupa. Mari gunakan semua ini sebagai sarana untuk berlatih dan menumbuhkan keyakinan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha,” tutur Bhante Dhiracitto. Ia menambahkan, setiap hari uposatha, umat vihara melaksanakan meditasi bersama. “Meskipun yang hadir belum banyak, latihan harus tetap dimulai. Dari sedikit yang bertekun, nanti akan tumbuh lebih banyak,” ujarnya memberi semangat.
Di sisi lain, Ibu Rosmary yang turut hadir dalam acara itu menyampaikan apresiasi atas ketekunan umat Buddha Vihara Giri Santi Loka dalam menjaga keyakinan terhadap ajaran Buddha. Ia mengaku kagum melihat semangat para sesepuh dan besarnya jumlah umat yang terus aktif membangun vihara.
Pengukuhan Buddharupang dan stupa ini menjadi penanda baru perjalanan spiritual umat Buddha Dukuh Guwo. Tidak sekadar berdirinya bangunan suci, tetapi juga lahirnya harapan agar ajaran Buddha terus berakar kuat di bumi Jepara — tumbuh bersama kehidupan umat yang penuh kebajikan dan kedamaian.
