Sumber Foto : tribunnews.com
Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Buddha Kemenag telah merancang Dhammapada Braille tahun ini. Program ini untuk memudahkan akses keagamaan bagi penyandang disabilitas, seperti dilansir tribunnews.com, Jumat (8/12/2023).
“Salah satu concern saya selama memimpin Kementerian Agama adalah bagaimana agar layanan keagamaan juga mudah diakses oleh kalangan disabilitas. Salah satunya dengan menghadirkan kitab dalam versi cetak braille,” kata Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangan tertulis, Jumat (8/12/2023)..
Menag mengapresiasi terobosan Balitbang Kemenag dan Ditjen Bimas Buddha dalam menghadirkan inovasi ini. Ia juga mengajak Ditjen Bimas lainnya untuk melakukan upaya serupa agar umat beragama dapat dengan mudah mengakses kitab sucinya.
“Jadi tidak selalu juga dalam bentuk braille, tapi prinsipnya bagaimana umat beragama bisa merasa lebih mudah aksesnya untuk membaca dan mempelajari kitab suci,” jelasnya.
Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi, menyampaikan bahwa penghadiran Kitab Suci Buddha dalam versi cetak braille akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Langkah awal dilakukan dengan Dhammapada Braille. Menurutnya, ini sejalan dengan Undang-undang No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang memberikan hak keagamaan kepada penyandang disabilitas.
“Dalam pasal 14 dijelaskan bahwa hak keagamaan Penyandang Disabilitas antara lain memeluk agama, beribadah sesuai agamanya, memperoleh kemudahan akses dalam memanfaatkan tempat peribadatan, termasuk juga mendapatkan kitab suci dan lektur keagamaan lainnya yang mudah diakses berdasarkan kebutuhannya,” katanya.
Supriyadi mengakui bahwa sampai saat ini masih ada keterbatasan bagi kelompok penyandang disabilitas terhadap akses kitab suci agamanya.
“Penerbitan Kitab Suci Dhammapada Braille menjadi upaya kita untuk memberikan kemudahan bagi para penyandang disabilitas, khususnya yang beragama Buddha. Kami berharap ini bisa bermanfaat bagi mereka dalam mempelajari dharma,” ucap Supriyadi.
Supriyadi mengatakan Dhammapada versi cetak braille ini disiapkan oleh tim penyusun Kitab Suci Dhammapada Ditjen Bimas Buddha bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra. Proses penyusunannya dimulai dengan mengubah file dari huruf latin ke dalam huruf braille. Proses penyusunannya berlangsung selama lebih kurang empat bulan.
“Kitab Suci Dhammapada Braille ini menggunakan bahasa baca atau bahasa bunyi dari Bahasa Pali disertai dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Kitab Suci Dhammapada Braille ini berpedoman pada cetakan Kitab Suci Dhammapada yang diterbitkan oleh Yayasan Dhammadipa Arama edisi ke tujuh tahun 2022,” jelas Supriyadi.
Lewat inovasi tersebut diharapkan mampu memfasilitasi masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus. Sehingga mereka bisa lebih mendalami ilmu agama.
“Keberadaan Kitab Suci Dhammapada versi cetak braille ini diharapkan dapat memfasilitasi masyarakat yang berkebutuhan khusus untuk mendapat wawasan dan pengetahuan mengenai Kitab Suci Dhammapada. Ini juga diharapkan menambah kepustakaan mengenai Kitab Suci Agama Buddha untuk Pendidikan Agama dan Keagamaan Buddha,” imbuhnya.
“Ke depan, kita akan mencoba menyusun versi braille untuk kitab suci lainnya dari agama Buddha,” tandas Supriyadi.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara