• Wednesday, 10 April 2019
  • Junarsih
  • 0

Apa pun yang kita lakukan, baik atau tidak, tetap dinyinyir orang lain.

Kebiasaan nyinyir, mengkritik, dan nyindir sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan orang. Kadang, kita semua menganggap tiga kata tersebut adalah sama. Nyatanya, ketiga kata tersebut memiliki maksud yang berbeda.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, nyinyir artinya mengulang-ulang perintah atau permintaan, dan juga nyenyeh, cerewet. Jadi, orang yang suka nyinyir adalah orang yang banyak bicara tanpa tujuan dan sering mengulang kata sebagai orang yang cerewet.

Kritik dalam KBBI adalah kecaman atau tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu karya maupun pendapat. Biasanya, kritik diuraikan berdasar data dan fakta yang diakhiri dengan saran atau solusi.

Sedangkan nyindir dalam KBBI adalah celaan, ejekan, mencela seseorang. Nyindir hampir mirip dengan mengkritik, tetapi perkataan yang digunakan untuk menyindir lebih pedas dan tanpa solusi serta bersifat subjektif.

Sabtu (30/3), Pemuda Buddhis Theravada Indonesia cabang Kabupaten Semarang mengadakan acara diskusi Ngopi: Ngobrol Penuh Inspirasi dengan tema “Nyiyir atau mikir, mau ngapain nih? Ngopi bareng yuk!” bersama Denny Alfian Arta, BPO DPP Patria. Wihara Buddha Bhumika, Thekelan, Getasan, Semarang menjadi tempat acara tersebut berlangsung. Pesertanya terdiri dari wilayah Semarang dan Temanggung.

Alasan seseorang senang nyinyir

Media yang sering digunakan orang saat ini untuk nyinyir adalah media sosial, karena melaluinya maka komentar, disukai, dan jempol akan mudah diperoleh. Dan tidak dipungkiri juga dapat memicu perdebatan tidak sehat.

Menurut BPO DPP Patria, nyinyir dalam sisi psikologis merupakan bentuk ketidaksukaan terhadap orang lain, persaingan, ungkapan tidak setuju, bertujuan mempermalukan, dan wujud penghinaan.

Dari sisi psikologis tersebut, dua hal yang mendasari seseorang untuk nyinyir adalah karena tidak berhadapan langsung dengan obyek nyinyir serta iri yang tidak terkontrol. Karena iri melihat kelebihan orang lain, maka seseorang akan mudah nyinyir. Terlihat baik saat di depan, dan membicarakan keburukan saat di belakang.

Dampak dari senang nyinyir

Bisa jadi tidak sedikit orang yang menganggap nyinyir tidak berdampak pada kehidupan sosial orang lain. Tetapi, ada kemungkinan seseorang yang hobby nyinyir juga mengerti dampak bagi subjek nyinyirannya. Nyatanya, ada dampak yang cukup mengganggu kehidupan sosial orang.

Pertama, suka nyinyir dapat merusak nama baik orang. Mulanya seseorang dikenal pandai dan santun tiba-tiba memperoleh nyinyiran dari orang yang tidak menyukainya, jadilah rusak nama baiknya. Karena dianggap tidak santun akibat dari ulah orang yang tidak suka padanya. Biasanya, dalam kasus seperti ini dilakukan oleh orang terdekat dari subyek nyinyiran.

Kedua, nyinyir dapat merusak hubungan orang lain. Akibat membicarakan keburukan orang lain yang belum jelas faktanya, membuat kerabat dari subyek nyinyiran menghindar darinya.

Baca juga: Belum Ada Judul

Ketiga, nyinyir dapat menyinggung perasaan orang lain. Secara umum, tipe manusia berbeda-beda, sehingga, ada manusia yang berperasaan lembut dan keras. Bagi orang-orang yang berperasaan lembut, nyinyiran adalah hal yang menyakitkan. Namun sebaliknya, bagi orang yang berperasaan keras, nyinyiran adalah hal yang seharusnya tidak ditanggapi.

Keempat, nyinyir menyebabkan perasaan dendam. Biasanya, seseorang yang tidak suka direndahkan akan memunculkan dendam kepada orang yang merendahkannya. Meskipun orang yang nyinyir itu adalah keluarga sendiri.

Kelima, nyinyir dapat membuat pelakunya dijauhi orang terdekat. Karena kebiasaan seseorang nyinyir, orang lain tentu bosan mendengarkan. Karena setiap berjumpa selalu nyinyir tidak ada hal lain yang pantas dibicarakan.

Cara menghadapi nyinyiran

Pertama, bungkam dengan karya. Orang yang iri dengan kita, sebaiknya dibalas dengan karya terbaik kita, bukan dibalas dengan nyinyiran juga.

Kedua, jadikan itu sebagai bahan tertawaan. Jangan menganggap nyinyiran seseorang adalah sesuatu yang serius, anggap saja itu sebagai bahan tertawaan. Karena tidak mungkin orang lain mau mengurusi pekerjaan kita. So, don’t worry.

Ketiga, buatlah ucapan iri dari seseorang sebagai pemicu semangat. Orang yang iri adalah orang yang tidak dapat melebihi kita. Jadi, berkarya lebih baik adalah solusinya.

Keempat, abaikan saja, tidak pantas untuk dibalas. Orang yang suka nyinyir apabila dibahas pasti nyinyiran akan semakin menjadi-jadi. Ada kalanya kita diam saja melihat apa yang dia katakan.

Kelima, bersikap baik. Orang yang suka nyinyir, apabila dibalas dengan perbuatan dan sikap baik, pasti nyinyirannya akan luntur pula.

Kalau tidak hati-hati dengan mulut kita, nyinyiran akan berujung pada sel tahanan maupun denda. Karena sudah ada UU yang mengatur, yakni UU ITE No. 11 tahun 2008 Pasal 20. Untuk pidana maksimal enam tahun dan atau denda maksimal satu milyar.

Apa kata mereka yang ikut acara ngopi?

“Acaranya enjoy, tapi bermakna dan bermanfaat. Manfaat buat aku sendiri bisa mengerti tentang cara menghadapi nyinyiran dari orang lain. Dan kita diajarkan untuk berfikir sebelum berbicara.” Tutur Aat Lisnawati, salah satu peserta pada BuddhaZine. Bukan hanya Aat yang memperoleh manfaat demikian, peserta lain juga mengungkapkan pernyataan yang sama.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *