• Thursday, 20 June 2013
  • Nuryanti Syariyanto
  • 0

Mungkin Anda masih ingat dengan kasus hebohnya bahaya anthrax yang sempat melanda Amerika di tahun 2001, yang membuat kita juga khawatir akan dampaknya.

Anthrax yang dihasilkan dari bakteri Bacillus anthracis ini ditakuti karena dapat menyebabkan penyakit dan sporanya sulit dimusnahkan karena tahan panas serta dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama. Spora ini bila menemukan kondisi yang sesuai dapat kembali bergerminasi dan sel bakteri tersebut dapat tumbuh kembali. Kemampuan bakteri ini dalam bertahan hidup ini seringkali disalahgunakan oleh manusia salah satunya digunakan sebagai senjata biologi. Namun di balik hal yang meresahkan dan menakutkan tersebut, ternyata bakteri ini dapat mengajarkan kita akan suatu sifat yang sangat mulia, yaitu altruistik.

Altruistik adalah sifat yang lebih mementingkan orang lain. Suatu tindakan yang dilakukan untuk menolong orang lain/makhluk lain/untuk kepentingan suatu komunitas, tanpa menandang siapakah yang kita tolong, dan terkadang tindakan tersebut bahkan malah dapat berpotensi membahayakan diri kita. Bisa dikatakan, altruistik adalah mengorbankan diri kita demi menolong orang/makhluk lain.

Sifat altruistik ini ditunjukkan oleh Bacillusanthracis pada saat pembentukan endospora. Pada kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan bagi bakteri untuk hidup, bakteri ini mempertahankan dirinya dengan cara membentuk spora. Untuk membentuk spora ini pertama bakteri harus membelah diri (1 sel menjadi 2 sel). Kemudian salah satu sel ini harus melingkupi sel lainnya. Jadi salah satu dari sel tersebut harus berkorban agar sel yang lain dapat tetap hidup. Sel yang akan berkorban (sel yang melingkupi) disebut mother cell, sedangkan sel yang akan diselamatkan (sel yang dilingkupi) disebut sister cell.Mother cell ini harus mengalami delesi (pemotongan/penghilangan) dari sebagian DNA-nya agar dapat membentuk suatu senyawa penyusun spora (salah satunya asam dipikolinat). Sister cell setelah dilingkupi akan membentuk menjadi spora, sedangkan mother cell karena telah mengalami delesi menjadi kehilangan kemampuan untuk membelah diri dan akhirnya mati.

Ilustrasi yang terjadi pada siklus hidup Bacillus ini diharapkan dapat memberikan refleksi bagi kita bagaimana makhluk yang sangat sederhana karena hanya terdiri dari 1 sel pun dapat mengajarkan kita akan sifat yang begitu mulia.

Selain dari bakteri yang hanya satu sel, kita dapat juga belajar dari diri kita sendiri yaitu sel-sel yang terdapat pada tubuh manusia. Sel manusia yang berjumlah sekitar 10 triliun sel ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana sel tersebut dapat bertoleransi satu sama lainnya.

Pada pembentukan jari tangan kita juga terdapat sel-sel yang berkorban yang bersedia mati seiring perkembangannya. Sel ini merupakan sel-sel yang berada di antara jari-jari tangan kita. Bila sel tersebut tidak bersedia mati, mungkin tidak akan terbentuk jari tangan kita yang berjumlah 5 saat ini, yang terbentuk adalah tangan yang seperti pada katak yaitu tangan yang berselaput. Fenomena ini dikenal dengan Program cell death (kematian sel terprogram) pada manusia.

Pada tumbuhan juga terdapat mekanisme Program cell death, salah satu diantaranya  adalah padaHypersensitive response. Ini adalah mekanisme yang terjadi pada sel tanaman saat terserang patogen. Patogen adalah agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit. Bila tanaman diserang patogen, maka sel-sel di sekitar bagian yang diserang tersebut akan dibuat mati untuk mencegah agar serangan patogen tidak semakin luas.

Anda masih ingat dengan film Happy Feet? Di film tersebut menceritakan mengenai kehidupan penguin dan salah satunya adalah pinguin Emperor. Pinguin ini ternyata juga menunjukkan perilaku altruistik, yaitu pada saat induk betina mencari makanan, induk jantan akan mengerami telur-telur penguin. Selama mengerami dan menjaga tersebut, induk jantan tersebut tidak makan (berpuasa) selama berbulan-bulan bahkan biasa mencapai kurang lebih selama 3 bulan.

Fenomena yang terjadi di dalam tubuh kita, sel tumbuhan, hewan maupun pada organisme yang paling sederhana sekalipun ternyata dapat memberikan kita inspirasi mengenai altruistik. Hal ini juga sering kita temui pada kehidupan kita di masyarakat maupun kehidupan beragama kita. Contohnya pada agama Katolik/Kristen terdapat tokoh Yesus Kristus yang memberikan contoh akan altruistik ini. Sedangkan pada agama Buddha hal ini banyak diceritakan pada kisah Jataka. Tentunya masih banyak contoh lainnya yang dapat ditemui pada setiap agama.

Semoga ulasan ini dapat memotivasi kita untuk mulai melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat bagi orang lain/makhluk lain meskipun dimulai dari hal-hal sederhana seperti pada klip video yang dibuat oleh Life Vest dengan judul Kindness Boomerang. Selain itu semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi Anda semua seperti saya terinspirasi setelah mengikuti kuliah dari Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc. pada mata kuliah Genetic Engineering di Pascasarjana IPB.

[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=nwAYpLVyeFU” width=”560″ height=”315″]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *