• Thursday, 30 August 2018
  • Ngasiran
  • 0

“Saya terdorong sampai jatuh,” demikian tutur Diki Susila, salah satu anak korban gempa Kampung Beriri, Dusun Grenggeng, Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara. Pada malam kejadian gempa Minggu, (5/8) Diki Susila sedang bermain bersama lima orang kawanya di Bruga (semacam saung tempat menerima tamu masyarakat Lombok). Diki dan kawan-kawannya panik, berlarian hingga terjatuh.

“Saya takut pak,” kata Diki lebih lanjut. Begitu yang dirasakan siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 7 Jenggala, Kecamatan Tanjung ini. Tak hanya menyisakan kesedihan dan trauma mendalam, gempa juga mengakibatkan Diki dan ribuan anak-anak usia sekolah di Pulau Lombok terpaksa berhenti sekolah. Gedung sekolahnya hancur, para pengajar dan staf sekolah juga menjadi korban gempa hingga harus ikut mengungsi bersama masyarakat lainnya.

Meski begitu, pihak sekolah dan relawan posko tetap berupaya untuk mengadakan kegiatan belajar di pengungsian. “Pihak pemerintah sudah merencanakan aktivitas pembelajaran di sekolah darurat Mas, tapi masih belum pasti mau direncanakan kapan,” tutur Budiartoyo yang berada di lokasi gempa, Desa Jenggala.

Sedangkan di Lenek, anak-anak usia sekolah tetap bermain bersama para relawan. “Kegiatan pembelajaran anak TK dan SD masih belum bisa dimulai, karena sekolah sementara belum tersedia. Tapi pihak komite dan kepala sekolah beserta guru-guru SD Negeri 4, Desa Bentek terus berupaya untuk menyediakan tempat pembelajaran sementara,” tutur Bhante Pradipa kepada BuddhaZine, Sabtu (25/8) lalu.

Baca juga: Lindu, Anjing Mungil yang Selamat dari Gempa

Menurut bhante, saat ini lokasi sekolah sementara sudah ada, tinggal pembuatan tenda-tenda yang akan digunakan untuk ruang kelas. “Saat ini masih tahap membersihkan lahan, membereskan buku-buku, dan membuat ruang kelas sementara. Bila semua sudah beres akan segera dimulai kegiatan pembelajaran,” imbuh bhante.

Dari sisi pemerintah sendiri, penanganan pendidikan dan fasilitas umum menjadi prioritas utama. Pemerintah menganggarkan 4 triliun untuk pemulihan Gedung sekolah dan fasilitas umum lainnya dan ditargetkan rampung pada akhir 2019.

Seperti yang dimuat dalam Kompas, Minggu (26/8) Menteri Pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan ada 556 sekolah rusak ringan hingga berat. Saat ini, kata Muhadjir masih tahap penanggulangan gempa. “Tahap rekonsiliasi cukup dilakukan pihak Kemendikbud, sedangkan tahap rekonstruksi akan dilakukan kementerian PUPR.”

Selain menangani fisik gedung sekolah, Muhadjir juga akan mengirim tenaga guru ke Lombok. Hal itu dilakukan untuk memberi waktu guru-guru di sana untuk memulihkan diri dari trauma. “Tidak usah guru dari Jawa, cukup guru dari NTB saja,” tuturnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *