Foto     : Ngasiran

Berkumpulnya generasi muda Buddhis bukan sekadar menandakan eksistensi Agama Buddha di Indonesia, tetapi juga memberikan harapan untuk kelestarian Dhamma di masa depan. Dalam kegiatan Dhamma Camp Patria 2024, sekitar 400 muda-mudi Buddhis dari berbagai daerah di Jawa Tengah bersatu di Embung Bansari, Desa Bansari, Kecamatan Bansari, Temanggung, pada Sabtu hingga Senin (14-16 September 2024).

Kegiatan ini merupakan acara tahunan yang diinisiasi oleh Pemuda Buddhis Theravada Indonesia (Patria) dengan dukungan dari berbagai organisasi dalam Keluarga Buddhis Theravada Indonesia (KBTI). Tahun ini, tema yang diusung adalah “Sekoteng Tanpa Sekat,” merujuk pada komunitas muda-mudi Buddhis Semarang Kolaborasi Temanggung. Peserta tidak hanya berasal dari Temanggung dan Semarang, tetapi juga dari Surakarta dan Kulon Progo. Hal menarik dari Dhamma Camp 2024 adalah keterlibatan pemuda lintas mazhab Agama Buddha.

Selama tiga hari, peserta mengikuti berbagai acara, mulai dari pendidikan hingga kegiatan permainan. Hari pertama dimulai dengan pembukaan pada pukul 14.00 WIB, dilanjutkan dengan talk show bertema “Penguatan Saddha Terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha.” Narasumber dalam acara ini adalah Bhante Vivittarato dan Ki Dalang Eko Prasetyo yang membagikan pengalaman inspiratif, perjalanan menemukan Dhamma dan akhirnya mengukuhkan keyakinannya pada Sang Triratna.

“Saya terlahir dalam keluarga dan lingkungan yang kuat dengan tradisi Tionghoa. Tapi saya sering juga baca-baca buku Dhamma dan akhirnya menemukan satu ajaran yang membuat saya menangis, bahwa hidup ini tidaklah kekal, semua akan berubah. Sejak itu saya semakin banyak membaca buku-buku Dhamma dan akhirnya memantapkan diri untuk menjadi bhikkhu,” jelas bhante.

Hal yang sama juga disampaikan Ki Eko Prasetyo yang sama-sama tumbuh dilingkungan tradisi, mengaku menemukan kecocokan dengan Dhamma. Ia juga merasa sangat tertarik dengan ajaran meditasi dalam Agama Buddha.

“Sebagai generasi muda Buddhis, jangan pernah minder menjadi umat Buddha. Karena Agama Buddha mempunyai ajaran dan ciri khas yang tidak ada di tempat lain yaitu meditasi, yang sangat bagus untuk melatih ketenangan batin kita, sehingga kita bisa berlatih mengendalikan pikiran serta perilaku kita terlebih bagi anak-anak muda yang emosinya masih sangat tinggi,” ungkap dalang Buddhis asal Lampung tersebut.

Memasuki hari kedua, pagi-pagi sebelum waktu sarapan, mereka melakukan senam untuk mendukung kebugaran yang dipimpin oleh salah satu guru senam Kabupaten Temanggung. Jeda sarapan, mereka melanjutkan permainan tradisional yaitu lari balok dan permainan bakiak yang yang dipandu oleh komunitas pelestari permainan tradisional Kabupaten Temanggung, Kormi. Nampak keseruan, keakraban, dan keceriaan peserta semakin meningkat pada sesi ini.

Usai permainan, kembali mereka mengikuti talk show yang memberikan wawasan tentang kewirausahaan yang dari tiga pemuda Buddhis asli Temanggung yang kini telah mempunyai usaha sendiri. Para nara sumber tersebut di antaranya adalah seorang pengrajin kopi dari Kecamatan Bejen, Slamet Apriyanto; penjual makanan “Seblak Bos” dari Kaloran, Adi Moka; dan seorang pengusaha jasa travel Mahkota Borobudur dari Kecamatan Candiroto, Wahyu Utomo.

“Jangan pernah takut dan enggan untuk memulai usaha sendiri, apapun usaha anda, meskipun itu kecil tapi anda sebagai bosnya. Usaha itu yang penting konsisten dan jangan lupa doa,” ujar salah satu narasumber, Slamet Apriyanto.

Suasana semakin meriah dengan kehadiran band asli Temanggung, Tangi Gasik, yang turut menyemarakkan Dhamma Camp tahun ini. Di tengah dinginnya udara lereng Gunung Sindoro, lagu demi lagu mereka lantunkan memecah keheningan. Semantara kobaran api unggun di ujung area menghangatkan tubuh yang kian menggigil karena dinginnya udara malam.

Kegiatan tak kalah menarik juga mereka ikuti di hari ketiga sebagai hari penutup. Sebuah talk show yang sangat berkesan dan sangat tepat sasaran bagi kawula muda saat ini, dimana banyaknya kasus generasi muda yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika. Dua narasumber dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Temanggung, AKBP Triyatmo Hamardiono dan Ari Wijanarko, menyampaikan materi yang sangat berkesan bagi muda-mudi Buddhis.

“Sebagi umat Buddha anda semua paham Pancasila Buddhis, dimana dalam sila kelima umat Buddha bertekad menghindari segala bentuk minuman keras dan jenis narkoba. Maka dari itu, anda semua harus jaga Pancasila Buddhis ini, jangan meremehkan pelanggaran sila kelima ini. Ketika anda melanggar, akan mengkondisikan anda untuk melanggar sila-sila lainnya,” jelas AKBP Triyatmo Hardiono.

Mempertegas pernyataan Triyatmo, Ari Wijanarko sangat menekankan generasi muda Buddhis untuk tidak mencoba penyalahgunaan narkotika. “Jangan sekali-kali anda mencoba narkoba meskipun sedikit. Narkoba merusak segalanya dari anda, mental anda, karir anda, fisik anda, bahkan bisa merenggut kehidupan anda” terang Ari.

Kesan Peserta Dhamma Camp

Pengemasan kegiatan yang tidak kaku, namun tetap memberikan makna dengan berbagai wawasan yang bermanfaat menjadikan kesan spesial serta menginspirasi bagi para peserta, terutama yang berasal dari luar Temanggung dan Semarang. Selain itu, pemilihan lokasi dengan pemandangan indah dan udara sejuk menjadi daya tarik tersendiri dalam kegiatan ini.

“Banyak sekali manfaat dalam kegiatan ini dari bertambahnya teman, hingga banyak ilmu yang kita dapat dalam seminar-seminar yang diadakan selama kegiatan. Dan kegiatan ini nampaknya mempersatukan semua generasi muda Buddhis, karena yang mengikuti tidak hanya dari mazhab Theravada, semoga ke depan kolaborasi seperti ini tetap terjalin dalam kegiatan-kegiatan lainnya,” ungkap Agung, peserta asal Surakarta.

Hal senada juga diungkapkan Eko dari Kulon Progo. Ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran terutama dalam peyelenggaraan acara Dhamma Camp. Ia berharap ke depan juga bisa mengadakan kegiatan yang sama di Kulon Progo dan akan mengundang Patria Temanggung.

“Terima kasih untuk teman-teman Patria Temanggung telah mengundang kami untuk mengikuti Dhamma Camp ini. Kami terkesan dengan antusias peserta yang mencapai 400. Kemudian pemilihan tempat ini juga sangat luar biasa. Dan lebih mengesankan lagi acaranya, kami bisa belajar bagaimana mengadakan acara sebesar ini, sehingga nanti ketika kami menyelenggarakan kagiatan di Kulon Progo bisa menjadi inspirasi kami,” kata Eko. 

Kesan lain yang tak kalah menarik juga datang dari perwakilan peserta lintas mazhab yaitu dari Ikatan Muda-mudi Zhen Fo Zong Indonesia (IMZI), Andrian. Dalam kesempatan pertama kalinya mengikuti kegiatan ini, ia mengaku mendapatkan keluarga baru dan banyak wawasan untuk menunjang masa depan generasi muda Buddhis yang lebih baik.

“Saya sangat senang sekali, dan mendapatkan pengalaman seru dalam kegiatan ini. Kita mendapatkan relasi baru, mendapatkan teman baru, terlebih kalau bisa menemukan jodoh yang sesama Buddhis dalam momen ini. Seminar-seminarnya juga keren-keren, kita belajar meneguhkan keyakinan kita, belajar wirausaha, dan belajar bagaimana kita menjaga moralitas kita,” terang Andrian.

Andrian berharap, ke depan jalinan kebersamaan serta kekeluargaan di antara muda-mudi Buddhis tetap terjaga tanpa melihat sekat-sekat majelis ataupun mazhab, demi kelestarian dan perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *