• Wednesday, 25 March 2020
  • Hendry F. Jan
  • 0

Virus Corona lagi, Covid-19 lagi. Bosaaan! Semua perhatian teralih ke virus corona atau penyakitnya yang dikenal dengan nama Covid-19. Channel TV, media online, group WhatsApp, FaceBook, InstaGram, Twitter, dan lainnya, isinya sama, corona. Bukan hanya Indonesia, tapi seluruh dunia sibuk mengatasi virus corona.

“Membosankan, gue muak dengan semua ini,” teriak Cody. Cody masih berada di dalam kamarnya. Ia baru saja menyelesaikan logo pesanan dan mengirimkan logo yang dibuatnya ke klien.

Cody membuka FaceBook dan menuliskan status. “Bosaaan … Work from home, terkurung di rumah nggak bisa hangout, nggak bisa ketemu pacar, nggak bisa ketemu teman. Jenuuuh!!!”

* * * * *

Tak jauh dari tempat tinggal Cody, tepatnya di belakang kompleks perumahan, di sebuah perkampungan. Seorang pria setengah baya sedang siap-siap berangkat menjemput rezeki. Memakai masker, sarung tangan, dan siap mengantar siapa saja dan apa saja untuk menghidupi keluarganya.

Sang istri dengan wajah sedih mengantar sampai depan rumah kontrakan mereka sambil menggendong anaknya. “Pak, semoga banyak orderan ya .… Semoga Bapak sehat selalu .…”

“Doakan saja …,” jawab suaminya.

* * * * *

Smartphone Cody bergetar berkali-kali, tanda banyak pesan masuk. Cody membuka smartphone-nya, ternyata notifikasi FaceBook.

“Woy, jangan ngeluh aja. Masih mending loe bisa kerja dari rumah, lah gue di saat virus corona menggila, tetap harus ke kantor.”

“Sudah bisa kerja dari rumah masih ngeluh??? Ke laut aja loe!!!”

Gue petugas medis, saat orang lain disarankan menjalankan social distancing, jangan keluar rumah, gue malah harus berada di rumah sakit dan menghadapi pasien dengan berbagai penyakit. Loe mau gantiin gue di sini???”

Gue yang takut banget kena virus corona, tetap harus kerja dan tiap hari berhubungan dengan banyaaak orang. Kalo bisa tukeran, yok kita tukeran pekerjaan.”

Kalo gue bisa kayak loe, gue pasti nggak bakal ngeluh. Bisa kerja sambil bercanda dengan anak dan istri, tidak kepanasan, tidak kehujanan, tidak terjebak macet, tidak kena tipu orderan fiktif, tidak ngisep asap knalpot terus-menerus. Anak mami banget lu!!! Manusia gak tau diuntung!!!”

Dan masih banyak lagi caci maki lain yang jauh lebih kasar, pakai sebut nama binatang pula.

“Duh… barbar banget nih manusia. Kenal aja kagak, main bully seenaknya saja,” keluh Cody.

Tiba-tiba ada panggilan masuk dari Ronny. “Ya, ada apa Ron. Mau ngajak hangout ya? Gue bosen banget nih di rumah,” samber Cody.

Gile, virus corona mengganas gini, lu masih mikir mau hangout. Lu punya nyawa cadangan berapa? Gak sayang nyawa anggota keluarga lain? Pulang hangout, lu mungkin nggak sakit, tapi bisa jadi lu bawa virus corona dan bisa menularkan ke adik lu, papa mama lu, juga kakek nenek lu,” jawab Ronny. “Hapus aja status FB lu. Bikin keruh suasana aja. Saat suasana begini, kalau lu nggak bisa bantu, setidaknya lu nggak bikin suasana tambah kacau,” semprot Ronny.

“Eh … kenapa lu jadi kayak nenek-nenek, kok ngoceh ke gue? Kesambet apa lu?” tanya Cody.

Gue nggak kesambet. Dengerin ya … Gue mau cerita panjang nih. Lu denger dulu, nanti baru tanggepin omongan gue. Ini serius! Oke nggak?” tanya Ronny.

“Oke Ron,” jawab Cody. Agak ciut juga nyalinya saat denger Ronny nyerocos dengan suara agak keras. Nggak biasanya Ronny begini.

“Anak-anak sekolah bisa diam aja di rumah, belajar dan bukan keluyuran, itu sudah membantu program pemerintah untuk menyetop penyebaran virus corona. Lu pasti sudah baca berita, ada yang positif corona setelah pulang dari luar negeri, ada yang positif sehabis ikut acara di luar negeri. Lu pasti sudah baca berita tentang mahalnya harga masker, sulitnya mendapatkan hand sanitizer yang harganya sudah melonjak tinggi. Trus ratusan hoax tentang virus corona bertebaran di medsos dan membuat kepanikan. Belum lagi para politisi yang buat pernyataan ngaco yang semakin memanaskan suasana,” Ronny berhenti sejenak.

Gue sebenarnya nggak begitu peduli urusan politik, siapa yang mau jadi presiden, siapa yang mau jadi gubernur. Gue nggak ikutan saling caci maki di dunia maya seperti kubu cebong atau kampret. Gue bukan keduanya, gue manusia. Cuma tadi pagi gue dapet pencerahan dari driver ojol yang nganter gue ke kantor. Dia bilang, bersyukur masih ada yang berangkat kerja ke kantor. Dia masih dapet rezeki, meski sekarang lebih sedikit daripada biasanya. Ya, maklumlah anak sekolah diliburkan. Banyak orang diam di rumah,” Ronny berhenti lagi.

Driver tadi juga cerita ada temannya yang kena tipu order fiktif. Jauh-jauh ke lokasi penjemputan, ternyata tidak ada yang pesan. Sudah ketuk rumah yang sesuai yang tertera di aplikasi, yang punya rumah tidak kenal nama yang pesan. Saat dihubungi, nomor tersebut sudah tidak aktif. Trus di kantor teman cerita, banyak penjual makanan yang dagangannya tidak laku, ada yang cerita driver ojol terpaksa harus ngutang untuk makan sehari-hari karena sepi orderan, belum lagi mikirin cicilan motor, dan masih banyaaak masalah lain,” kisah Ronny.

Lu pasti sudah baca, artis Korea yang ramai-ramai menyumbang untuk bantu pemerintahnya menghadapi pandemi corona. Jack Ma dan juga pemerintah Cina sudah kirim bantuan ke Indonesia dan negara lain. Masa’ kita yang warga negara Indonesia sendiri tidak tergerak untuk membantu? Kami sepakat menyisihkan sedikit rezeki kami untuk berbagi kepada saudara kita yang membutuhkan. Dana yang terkumpul sudah lumayan banyak. Besok kami akan turun ke jalan, membagikan masker dan makanan kepada yang terpaksa masih harus bekerja di luar rumah. Kalau lu mau, besok kita hangout, turun ke jalan dan berbagi. Gue baru balik dari kantor, capek, mau mandi dan makan dulu. Lu pikir dulu deh, habis makan gue telepon lagi,” tutup Ronny.

Cody terdiam sejenak. Gak biasanya Ronny nyerocos begini. Tapi ucapan Ronny tadi menusuk sanubarinya, Cody tersadar akan keegoisannya. “Jadi apa bedanya gue dengan para spekulan yang menimbun masker dan hand sanitizer atau oportunis yang mencoba mengail di air keruh? ” batinnya. “Sama-sama egois!!!” batinnya lagi.

Smartphone-nya bergetar lagi. Kali ini kiriman di group WA. Sebuah foto petugas medis memegang tulisan, “I Stayed at Work for You, You Stay at Home for Us”, lalu beberapa petugas medis memegang tulisan “Stay at Home and Help Us Please”. Kemudian ada pesan suara yang menyeramkan, untung ada yang langsung kasih tau, itu hoax. Ah … tega banget di situasi begini masih ada yang buat hoax untuk menakut-nakuti orang. Ada yang membagikan info dengan #AksiNyataLawanCorona. Trus ada sebuah foto dengan tulisan, “Waktu musim pileg, semua partai sanggup bikin kaos merek partai dan caleg, walau rakyat tidak butuh … Sekarang saat rakyat butuh 1 masker saja, tidak ada partai yang sanggup memberi.”

Cody membuka akun FB, lalu menghapus statusnya. Kemudian ia membuka akun Twitter dan mengetik #AksiNyataLawanCorona. Kali ini ia membaca banyak kabar positif. Ada yang mulai galang dana bantu tenaga medis untuk menyediakan alat pelindung diri, ada yang share video cara buat hand sanitizer, pemimpin agama menyarankan umatnya beribadah di rumah, ada yang buat tulisan dan video berisi info menyejukkan tentang social distancing, diam di rumah untuk memutus rantai penyebaran virus, operator selular bagi kuota gratis untuk bantu siswa belajar dari rumah, aplikasi belajar online menggratiskan aksesnya, dan masih banyak lagi.

Cody mengetik pesan WA ke Ronny, “Ron, besok gue dan Nani pacar gue ikut hangout , turun ke jalan dan berbagi.”

“Terima kasih virus corona, dalam situasi pandemi corona ini, kau buat aku tersadar agar jadi manusia jangan egois, membuat masyarakat Indonesia jadi bersatu dan lebih peduli. Tapi apa harus selalu begini kita baru dapat bersatu dan peduli? Apa harus ada UFO dan alien menyerang bumi barulah warga dunia bisa bersatu,” batin Cody. “Entahlah ….”

Catatan:

“Kalau Anda tidak bisa bantu menyelesaikan masalah yang ada, setidaknya Anda tidak membuat masalah baru atau membuat masalah menjadi lebih buruk.”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Hendry F. Jan

Hendry Filcozwei Jan adalah suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.

Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.

http://www.vihara.blogspot.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *