• Sunday, 13 December 2020
  • Deny Hermawan
  • 0

Pada tanggal 10 Desember 2020 dalam tradisi Buddhis Tibetan dilakukan selebrasi Ganden Ngamchö, yakni peringatan meninggalnya Je Tsongkhapa, salah satu mahaguru asal Negeri Salju. Berbagai vihara di dunia yang beraliran Gelug merayakannya, ditandai dengan lantunan Mig-tse-ma, pujian bagi Tsongkhapa, yang kali ini peringatannya mencapai tahun ke-601.

Tak terkecuali Yang Mulia Dalai Lama, yang juga berasal dari tradisi Gelug. Ia turut merayakannya, sembari memberikan ajaran khusus dari kediamannya Dharamsala, India, secara daring, Kamis (10/12/2020).

“Hari ini kita memperingati peringatan meninggalnya Je Rinpoche,” kata Dalai Lama.

Baginya, Tsongkhapa adalah yang paling terkemuka di antara komentator Tibet tentang inti ajaran Buddha. Kualitas Tsongkhapa yang luar biasa adalah dia terpelajar dan dia mempraktikkan apa yang dia pelajari.

“Di antara semua guru besar Tibet, Je Rinpoche adalah seseorang yang memfokuskan pada poin-poin sulit dari doktrin. Kita bisa melihat hal ini dalam apa yang dia tulis, terutama lima karyanya yang berhubungan dengan shunyata menurut pandangan Madhyamika,” terangnya.

Ia meneruskan, di pengasingan, orang Tibet telah mendirikan kembali tiga vihara besar Drepung, Ganden dan Sera, dan pusat-pusat pembelajaran lainnya. Di vihara yang terkait dengan Tsongkhapa itu, para biksu dan biksuni mempelajari lima topik utama, yakni Prajnaparimita, Madhyamika, Vinaya, Abidharma, dan Pramana (logika).

“Inilah yang membuat kami memenuhi syarat sebagai penjaga tradisi Nalanda,” ujar dia.

Dalai Lama mengutip sebuah syair yang menggambarkan kualitas mengagumkan Tsongkhapa. Ditahbiskan di jalan Sang Buddha dan tidak lalai mempelajari kata-katanya, Tsongkhapa menurutnya mengabdikan dirinya secara total untuk mencapai kebenaran yang agung.

Dalai Lama lantas menyinggung Dua Belas Tautan Kemunculan yang Bergantungan (pratītyasamutpāda) yang menunjukkan tidak hanya bagaimana kita menjadi terjerat dalam siklus kehidupan, tetapi juga bagaimana kita dapat membebaskan diri.

Dia mengatakan bahwa jika sesuatu memiliki keberadaan intrinsik, maka tidak ada yang bisa berubah. Dia mencatat bahwa sehubungan dengan kemunculan yang bergantungan itu, Tsongkhapa berkata bahwa ketergantungan tidak menyangkal kekosongan, dan kemunculan berarti segala sesuatunya sesuai dengan konvensi duniawi.

‘Tiga Aspek Prinsip Sang Jalan’ adalah teks dari Tsongkhapa yang selanjutnya dibahas oleh Dalai Lama. Ia berkutat di ayat-ayat yang berhubungan dengan pembangkitan bodhicitta. Dia menyebutkan bahwa dengan menerapkannya pada dirinya sendiri, ia menemukan ayat-ayat itu sebagai rangsangan yang kuat untuk menghasilkan tekad untuk bebas.

“Ketika Anda memahami munculnya sebab dan akibat dari sudut pandang kekosongan, Anda tidak terpikat oleh kedua pandangan ekstrim [nihilisme dan eternalisme], terang Dalai Lama.

Setelah membaca tiga karya Tsongkhapa, Dalai Lama memimpin upacara singkat untuk membangkitkan pikiran bodhicitta. Di bagian akhir, dia meminta para pendengarnya untuk berjanji untuk berlatih sebagaimana yang diajarkan Tsongkhapa, dan mengintegrasikan apa yang mereka pelajari di dalamnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *