Peace Train Indonesia, sebuah program perjalanan lintas agama menggunakan kereta kembali digelar. Kali ini, Jakarta ke Surabaya setelah sebelumnya Jakarta ke Semarang pada (15-17/9) 2017. Jakarta ke Surabaya menjadi yang kedua dalam program ini.
Peace Train kedua dilaksanakan pada (3-5/11) 2017. Kali ini diikuti oleh 20 peserta dari berbagai latar agama. Ini sesuai dengan misi program Peace Train yaitu memfasilitasi pertemuan generasi muda penggerak perdamaian.
“Program ini memiliki dua tujuan utama, yakni menciptakan jembatan penghubung antarpemuda dari berbagai agama di satu kota dengan para pemuda lintas agama di kota tujuan. Kedua, menciptakan ruang perjumpaan antarpemuda dari berbagai agama tersebut dengan beragam komunitas agama, komunitas penggerak toleransi dan perdamaian serta komunitas rumah-rumah ibadah dari berbagai agama,” kata Ahmad Nurcholish, salah satu penggagas program ini.
Dengan program ini, Ahmad Nurcholis berharap dapat memfasilitasi dan mempertemukan pemuda lintas agama dari berbagai kota. “Perjumpaan tersebut penting agar generasi muda kita agar dapat saling mengenal, terutama terhadap pelbagai keragaman agama serta keunikan dan kekhasan di dalamnya sehingga memungkinkan mereka untuk saling memahami, menghargai, dan menghormati yang pada tahap selanjutnya dapat saling bekerja sama mewujudkan perdamaian,” ujarnya.
Peserta yang datang dari berbagai kota di Indonesia antara lain; Medan, Riau, Jabodetabek, Cirebon, Rembang, Makasar, Banjarmasin, Salatiga, Papua, memulai perjalanan dari Stasiun Gambir, Jakarta, (3/11).
Mereka dipandu oleh lima fasilitator Anick HT., Ahamad Nurcholis, Franky Tampubolon, Destiya Nawris, dan Johan Edward sebagai penggagas kegiatan ini. Bebagai komunitas, tokoh agama yang dianggap pernyebar perdamaian lintas agama dan tempat ibadah menjadi tujuan kunjungan mereka.
Beberapa tempat Ibadah dan komunitas agama adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gresik. Klenteng Tempat Ibadah Tri Dharma, Kim Hin Kiong Gresik, Vihara Buddhayana Dharmavira Centre (BDC) Surabaya, Masjid Muhammad Ceng Ho, dan lain-lain.
Di hadapan jemaat GKI Gresik dan peserta Peace Train Anick HT mewakili inisiator program menyampaikan bahwa selama dua kali berjalan (Peace Train sebelumnya digelar di Semarang, Jawa Tengah) ia menyaksikan anak-anak muda demikian senang belajar dan berkarya bersama untuk berproses menjadi duta perdamaian
Untuk itulah, dengan mengacu pada besarnya sambutan para peserta maupun komunitas agama atau kepercayaan yang dikunjungi serta jaringan kerja lintas-iman yang mendukungnya, Peace Train ke depannya akan dilakukan secara luas ke daerah-daerah di Indonesia.
“Sambutan luar biasa ini sangat membanggakan. Melaui Peace Train, Indonesia masih bisa diharapkan dari generasi milenial,” tegas Anick.
Meski demikian, Pemimpin Redaksi Inspirasi.co ini tidak mengabaikan betapa anak muda sekarang rentan sekali ketularan ujaran-ujaran kebencian di media sosial. Hal tersebut disebabkan karena ketidaktahuan, sehingga sesuatu yang kecil pun bisa memicu konflik yang demikian besar.
“Peace Train sangat relevan bagi generasi milenial sebagai ruang untuk mengenalkan rumah ibadah dan nilai-nilai keagamaannya kepada mereka dengan cara menularkan energi-energi yang baik,” pungkas Anick. Dikutip dari Satu Harapan.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara