• Thursday, 9 November 2017
  • Wulandari
  • 0

Hari itu sangat cerah, langit yang berwarna biru membentang memayungi bumi. Angin bertiup sepoi-sepoi seolah-olah mengikuti irama musik surgawi. Di tengah-tengah langit yang biru ada awan kecil yang sedang mengapung bersama mama, mereka menari mengikuti irama tiupan dari angin.

Matahari juga sangat bersahabat, membelai lembut dengan cahayanya, terasa begitu hangat di tubuh si awan kecil. Awan kecil senang berteman dengan angin, karena dia akan tertawa terkikik-kikik kegelian ketika angin meniupnya. Awan kecil juga senang mengapung di langit, karena dia dapat melihat bumi yang begitu indah.

Pengunungan tinggi, bukit-bukit kecil, sungai-sungai yang berkelok-kelok, pantai dan lautan, ladang-ladang, rumah-rumah, air terjun, pulau-pulau semuanya terlihat begitu indah baginya dan ada mama yang selalu berada di sampingnya untuk menjawab segala rasa ingin tahu si awan kecil.

Selain itu awan kecil juga bersahabat dengan burung-burung yang terbang tinggi, terkadang dia berbicara dengan burung-burung tersebut tetapi mereka tidak dapat berbincang-bincang terlalu lama, dan si awan kecil bertanya kepada mama, “Mama, mengapa aku tidak dapat berbincang-bincang lama dengan burung-burung tersebut?”

Mama akan menjawab, “Awan kecil, burung-burung tersebut harus terbang melintasi langit, sangatlah melelahkan bagi sayap-sayap mereka jika berhenti terlalu lama dan berbincang-bincang denganmu. Tetapi Mama yakin bahwa mereka sangat senang jika dapat berbincang-bincang denganmu, awan kecil.” Awan kecil selalu merasa puas dengan segala jawaban yang diberikan oleh mama awan, sepertinya mama awan tahu segala yang dia tidak ketahui.

Awan kecil juga sangat senang merubah wujud tubuhnya, ketika awan kecil bersama mama awan menari mengikuti irama angin, awan kecil melihat sesosok tubuh yang sangat besar sedang berlari-lari di bumi dan membunyikan suara seperti terompet. Lalu awan kecil akan bertanya kepada mama, “Mama, apakah yang sedang berlari-lari di bumi dan membunyikan suara seperti terompet?”

“Awan kecil, itu adalah seekor gajah, gajah memiliki telinga yang lebar, tubuh yang besar dan belalai yang panjang. Mereka biasanya hidup berkelompok dan senang bermain di sungai,” tandas mama.

Foto Ist

Gelap pun datang

Ketika malam tiba, si awan kecil akan menunggu rembulan, meskipun awan kecil sudah sangat mengantuk, dia tidak akan tidur sebelum mengucapkan selamat malam kepada rembulan.

Awan kecil menunggu-nunggu kehadiran rembulan, tetapi malam itu rembulan tidak muncul. Mama mendekati awan kecil, “Awan kecil, sudah saatnya untuk tidur, besok pagi kita akan melakukan perjalanan jauh melewati hutan, gunung dan laut. Kita akan melakukan perjalanan yang mendebarkan.”

“Mama, aku ingin mengucapkan selamat malam kepada rembulan sahabatku tetapi rembulan belum juga menampakkan dirinya.” Awan kecil menundukkan wajahnya.

“Ah awan kecil, Mama lupa menjelaskan kepadamu bahwa rembulan selalu ada di langit tetapi saat ini rembulan belum terwujud tetapi bukan berarti rembulan itu tidak ada. Tunggu saja beberapa hari lagi, rembulan akan muncul.”

Awan kecil bersorak riang mendengar jawaban dari mama dan dalam hati dia berkata, “Tuh kan, Mama selalu dapat menjawab segala pertanyaanku.”

Que serra serra

Beberapa hari kemudian, awan kecil melihat sesuatu yang kecil serta bersinar terang dan awan kecil pernah bertanya kepada mama mengenai sinar tersebut, mama berkata bahwa itu adalah bintang, jumlah mereka ratusan.

Terkadang awan kecil menghitung mereka satu persatu tetapi tentu saja mereka terlalu banyak untuk dihitung dan sebelum awan kecil selesai menghitung mereka, dia telah tertidur karena kelelahan. Terkadang awan kecil lupa angka selanjutnya, dan dia bertanya kepada mama tetapi awan kecil jadi lupa sampai di mana dia menghitung bintang-bintang tersebut.

Mama hanya tersenyum manis kepada awan kecil ketika awan kecil mulai terlihat kebingungan. Lalu mama akan mengajak awan kecil untuk menikmati indahnya kerlipan bintang dan jika mereka beruntung mereka akan melihat bintang jatuh. Ketika bintang jatuh melintas di hadapan mereka, awan kecil lupa dengan kebingungannya dan dia akan terburu-buru mengucapkan berbagai macam harapan kepada bintang jatuh.

Sore itu matahari mengucapkan selamat tinggal kepada awan kecil dan mulai tenggelam, awan kecil mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kepada matahari yang sudah menyinari bumi di siang hari.

Awan kecil terpaku melihat betapa indahnya matahari tenggelam dan langit di sore hari itu, dia melihat tanpa bergerak dan tidak bertanya apa pun kepada mama. Setelah matahari tenggelam, awan kecil membalikkan badan dan dia melihat rembulan. Awan kecil melompat-lompat dengan riang gembira. Tetapi rembulan tidak bundar seperti yang pernah dia lihat sebelumnya dan untungnya mama ada di samping awan kecil, “Mama, kenapa rembulan tidak bundar seperti yang pernah aku lihat?”

“Awan kecil, rembulan sedikit demi sedikit setiap hari akan bertambah besar lalu menjadi bundar dan bersinar dengan terangnya.”

“Oh baiklah Mama, aku akan memperhatikan rembulan setiap hari dan aku akan berbincang-bincang dengannya, aku ingin mendengarkan cerita darinya.”

Malam itu awan kecil berbincang-bincang dengan rembulan dan setiap hari awan kecil memperhatikan bentuk rembulan yang sedikit demi sedikit mulai membundar. Dan awan kecil akan menyelesaikan percakapannya dengan rembulan ketika mama memanggilnya untuk tidur.

Foto Ist

Kehilangan mama

Keesokan paginya, awan kecil bangun dengan senyum yang indah, lalu dia memanggil mama. Mama tidak terlihat pagi itu, tetapi awan kecil tahu biasanya mama sedang pergi melakukan sesuatu jadi awan kecil bermain sendirian, melihat ke bumi dan menyimpan ratusan pertanyaan yang akan dia tanyakan kepada mama.

Tetapi sampai sore hari mama tidak kembali dan awan kecil mulai kebingungan. Awan kecil bertanya kepada angin, bertanya kepada burung-burung, dan bertanya kepada matahari tetapi mereka juga tidak tahu ke mana mama pergi. Hingga malam tiba, mama belum juga kembali dan rembulan pun muncul.

“Rembulan sahabatku, apakah kamu melihat Mama? Sejak pagi ketika aku bangun dari tidurku, Mama sudah tidak ada di sampingku. Aku sudah bertanya kepada angin, burung-burung, dan matahari tetapi mereka tidak tahu ke mana mama awan pergi,” tanya awan kecil.

Rembulan berkata, “Awan kecil, kemarin malam ketika engkau tidur, aku terjaga dan menyinari bumi dengan sinarku, ada awan besar yang menutupi diriku sehingga aku tidak melihat dengan jelas ke mana Mama pergi, tetapi kemarin malam aku mendengar bunyi hujan. Setelah hujan berhenti dan awan besar yang menutupiku tertiup angin, aku tidak melihat Mama di sampingmu, aku ingin memberitahukanmu tetapi karena engkau tertidur begitu pulas, aku tidak membangunkanmu.”

Awan kecil menjadi sangat sedih, setiap hari dia menunggu dan berharap mama akan kembali. Perjalanan awan kecil menjadi sendirian, dan setiap dia melihat awan-awan lainnya, dia akan bertanya jika mereka melihat mama. Tetapi tidak ada yang melihat mama. Suatu hari awan kecil sedang termenung berharap keajaiban akan datang dan mengembalikan mama. Tiba-tiba, awan kecil mendengar namanya dipanggil dan kejauhan.

“Awan kecil, awan kecil, apakah kamu tidak melihat Mama?”

“Mama, Mama ada di mana? Aku sudah mencari Mama ke penjuru langit. Mengapa Mama meninggalkanku sendirian?” Awan kecil mulai menangis dan melihat ke sekelilingnya mencari sumber suara tersebut.

“Awan kecil, jangan menangis, Mama selalu bersamamu. Jika kamu bisa mendengar suara ini, itu berarti Mama tidak pernah meninggalkanmu. Mama selalu ada bersamamu.”

“Tapi Mama, bagaimana mungkin Mama ada bersamaku? Aku tidak melihat Mama.”

“Awan kecil, pejamkan matamu dan rasakan detak jantungmu. Bernapaslah dengan penuh kesadaran, kamu akan melihat Mama di sana.”

Lalu awan kecil memejamkan matanya dan mengikuti petunjuk mama. Awan kecil merasa sedikit lega mengetahui bahwa mama tidak pernah meninggalkannya.

“Awan kecil, sekarang bukalah matamu, lalu lihat ke sungai kecil yang mengalir anggun di bumi. Dapatkah kamu melihat Mama di sana?”

Awan kecil membuka matanya dan melihat ke bawah ke sungai kecil yang mengalir anggun. Untuk waktu yang lama, awan kecil tidak berkata apa pun. Dia hanya mengamati sungai kecil itu, dan tiba-tiba dia berkata, “Mama, aku melihatmu, aku melihatmu. Terima kasih Mama, aku tahu Mama tidak akan pernah bisa meninggalkanku. Aku tahu Mama, malam itu Mama awan berubah menjadi hujan dan menjadi tetesan air lalu mengalir bersama sungai kecil ini. Mama, ini sama seperti permainan berubah wujud yang sering kita lakukan, meskipun aku berubah wujud menjadi gajah tetapi Mama selalu dapat mengenaliku sebagai si awan kecil.”

Awan kecil merasa sangat bahagia sudah menghabiskan banyak waktu bersama mama, tidak pernah sedetik pun ada momen kebahagiaan yang tidak dia nikmati bersama mama. Awan kecil juga tahu bahwa suatu saat dia juga akan seperti mama yang berubah ke wujud lain dan awan kecil sangat bahagia bahwa dia tidak akan pernah hilang.


*Penulis, seorang biksuni 

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *