• Friday, 22 November 2024
  • Surahman Ana
  • 0

Foto: Ngasiran

Minggu (3/11/2014), ratusan umat Buddha berkumpul di Vihara Ratanavana  Arama, Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, untuk merayakan Kathina. Acara dihadiri oleh lima Bhikkhu Sangha serta diikuti oleh umat Buddha dari berbagai daerah meliputi Jakarta, Cikarang, Bekasi, Karawang, Temanggung, Jepara, Semarang, Surabaya, dan Pati.

Bangunan Dhammasala serta candi yang megah di komplek vihara ini, menjadi daya tarik untuk dikunjungi bahkan oleh warga umum. Terlebih saat perayaan hari besar, kehadiran warga umum semakin menambah kemeriahan acara. Para pedagang yang berjejer di depan gerbang utama komplek juga turut mewarnai perayaan ini.

Acara diawali dengan puja bakti yang dilanjutkan denan pesan Dhamma oleh Bhante Jagaro asal Cilacap. Meski hujan deras sempat turun menjelang pesan Dhamma, umat tetap khidmat mengikuti acara hingga selesai. Bhante menjelaskan bahwa perayaan Kathina mempunyai keistimewaan tersendiri di antara empat hari besar Agama Buddha lainnya, dimana dalam perayaannya harus dihadiri bhikkhu.

“Utamanya bhikkhu yang sukses menjalani masa vassa. Karena Kathina sejatinya merayakan para bhante yang selesai menjalani masa vassa. Berbeda dengan perayaan agama Buddha yang lain, tanpa bhikkhu bisa diselenggarakan,” terang bhante.

Dalam agama Buddha, tradisi ini mengikuti musim di India yang mempunyai tiga musim salah satunya musim hujan atau masa vassa. Pada musim hujan, para bhikkhu wajib menjalani masa vassa, berdiam di satu tempat selama tiga bulan. Selama vassa ini, para bhikkhu tidak diperkenankan pergi meninggalkan tempat berdiam, kecuali karena keadaan sangat penting sebagai contoh saat ibunya sakit, itu pun tidak diperbolehkan lebih dari tujuh hari. Setelah tiga bulan, masa vassa telah usai yang ditandai dengan upacara pavarana, tradisi mengundang satu sama lain untuk menyatakan diri akan kesalahan yang dilakukan selama tinggal bersama.

“Pavarana menjadi bukti bahwa dalam masa kathina tidak hanya tinggal satu bhikkhu, tetapi banyak bhikkhu yang tinggal di satu tempat. Dan momen ini sekaligus menjadi sarana berkumpulnya para bhikkhu baik yang muda maupun yang sepuh, sehingga menjadi ajang untuk saling asah, asih, dan asuh,” lanjut bhante.

Lebih lanjut bhante menjelaskan, setelah menjalani vassa dan melaksanakan pavarana para bhikkhu mendapatkan lima manfaat, salah satunya berhak menerima persembahan Kathina. Kathina sendiri berkaitan dengan prisitiwa jubah, maka persembahan utamanya adalah jubah. Hal ini karena di jaman Sang Buddha masih sangat sulit mendapatkan kain untuk membuat jubah, berbeda dengan jaman sekarang.

Namun demikikan, bhante juga menerangkan bahwa umat juga bisa mempersembahkan kebutuhan pokok para bhikkhu lainnya termasuk jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Selain itu, juga ada kelengkapan lain seperti jarum dan benang, untuk menyulam jubah. Kebutuhan lain yang bisa dipersembahkan juga bisa berupa kebutuhan mandi para bhikkhu.

Bhante menjelaskan lebih dalam, hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam berdana adalah harus didasari dengan keyakinan. Menurut bhante, berdana tidak harus yang besar dan berharga apalagi mahal. Berdana sekecil apapun yang didasari dengan keyakinan akan membuahkan pahala yang besar.

“Yakin tentang apa? Keyakinan akan pencapaian Sang Buddha dan hukum kamma ajaran Sang Buddha. Hukum kamma ini hukum tabur tuai, berdana berarti sedang menabur yang nantinya juga akan menuai. Jadi jangan meremehkan sekecil apa pun perbuatan baik karena juga akan dituai, sebaliknya jangan meremehkan sekecil apa pun perbuatan buruk karena itu juga akan dituai.”

Bhante juga menekankan, pada saat berdana agar berpikir berdana kepada Sangha, bukan kepada pribadi bhikkhu. Tidak cukup hanya dengan keyakinan, berdana juga harus dilandasi dengan sila yang baik. Cara mempersembahkan harus dengan cara yang baik, dipersembahkan dengan tangan sendiri dan  penuh rasa hormat serta sopan.

“Yang ketiga, berdanalah dengan ketenangan, samadhi. Yang terakhir, sebelum berdana jagalah pikiran tetap bahagia, saat berdana juga tetap dijaga harus bahagia, dan setelah berdana tetap jaga kebahagiaannya. Tiga hal ini akan berpengaruh pada kualitas dana dan juga buahnya,” pungkas bhante.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *