• Monday, 22 January 2024
  • Surahman Ana
  • 0

Foto     : Surahman Ana

Candi Borobudur, yang telah ditetapkan sebagai destinasi wisata religi umat Buddha dunia, semakin mendapat perhatian melalui upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada peziarah. Salah satu langkah signifikan adalah penyelenggaraan Seminar Ikonografi Borobudur oleh Yayasan Dharmayatra Nusantara (Daya Nusa), bekerja sama dengan Ehipassiko Foundation di Rumah Ketela, Dusun Ngaran, Borobudur, Magelang, pada Minggu (21/01/2024).

Pembicara utama dalam seminar ini adalah Handaka Vijjananda, seorang ahli Ikonografi Borobudur dan Penerjemah Kitab Suci Tripitaka. Acara yang diikuti oleh lebih dari 130 peserta dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta ini melibatkan pemandu wisata, pelaku wisata, budayawan, dan masyarakat umum lintas iman.

Selain menjadi forum bagi pemandu wisata, seminar ini juga menarik perhatian masyarakat umum. Panitia acara, Suparatno, menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme peserta. “Antusias peserta begitu luar biasa, dan saya bersyukur acara ini sudah terlaksana dengan lancar meskipun hujan. Jadi, antusias masyarakat akan Borobudur sebagai kebajikan tanpa sekat agama, masih terpatri pada mereka, dan mereka masih mencintai Borobudur,” ujarnya.

Peluncuran buku Kitab Karmavibhanga Sutra terjemahan otentik Sansekerta-Indonesia juga menjadi salah satu momen penting dalam seminar ini. Suparatno menekankan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari seminar ini menjadi bekal utama bagi para pemandu di Kawasan Borobudur.

Yayasan Dharmayatra Nusantara, yang didirikan pada November 2023, hadir sebagai respon terhadap meningkatnya minat peziarah ke Borobudur. Yayasan ini, yang diketuai oleh Bhante Ditthi Sampanno, bertujuan untuk menyediakan pemandu religi resmi dan khusus, memfasilitasi para peziarah yang ber-Dharmayatra ke Candi Agung ini.

Seminar Ikonografi Borobudur bukan hanya bagian dari upaya Yayasan Dharmayatra Nusantara untuk memberikan pengetahuan kepada pemandu, tetapi juga sebagai langkah awal dari serangkaian kegiatan di Borobudur dan area Jawa Tengah. Handaka Vijjananda, dalam seminar, menyoroti keistimewaan Candi Borobudur, terutama melalui evolusi ikonografi pratima Buddha dan relief Karmavibhanga.

“Kenapa Candi Borobudur istimewa dibandingkan dengan monumen Buddhis lainnya di duniaini? Yaitu 2.672 reliefnya, bukan besarnya, bukan luas kompleksnya, bukan materialnya, tapi reliefnya yang banyak sekali yang tidak terdapat pada situs Buddhis lainnya di dunia. Ini bisa direkorkan lagi sebagai situs dengan relief terbanyak di dunia,” terang Handaka.

Selain penjelasan ikonografi, Handaka Vijjananda juga membahas buku-buku yang dibagikan kepada peserta, termasuk Karmavibhanga Sutra dan Legacy of Love dari Ehipassiko Foundation. “Judul buku Legacy of Love artinya warisan cinta. Kenapa memakai judul ini, karena kalau kita perhatikan Borobudur itu memang warisan atau pusaka, terus kenapa cinta, karena fokus tema relief-relief Borobudur itu tentang cinta kasih, kasih sayang, welas asih,” ujar Handaka.

Seminar ini menandai langkah positif dalam memajukan pemahaman tentang Borobudur dan memberikan landasan bagi pelayanan yang lebih baik kepada peziarah. Dengan demikian, Borobudur dapat terus menjadi destinasi religi yang memikat bagi umat Buddha dunia.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *