Yogetsu Akasaka, seorang pria Jepang berusia 37 tahun, kini menjadi perhatian netizen gara-gara unggahan video YouTube-nya pada bulan Mei lalu yang berjudul “Heart Sutra Live Looping Remix” di mana ia merekam dirinya beatboxing untuk sebuah musik meditasi. Yang unik, ada pendarasan Sutra Hati dalam bahasa Jepang, dan ada pula nyanyian tenggorokan khas Tibet yang keluar dari mulutnya.
Akasaka yang merupakan biksu aliran Zen itu sempat mengatakan kepada Vice Magazine bahwa dia tidak merekam video itu untuk mendapatkan perhatian online, atau untuk menunjukkan bakat uniknya.
“Bukannya saya ingin mendapatkan perhatian untuk keunikan saya, saya hanya ingin melanjutkan hasrat saya terhadap musik,” katanya. “Dengan cara yang sama seseorang memainkan gitar atau drum, saya sendiri hanya pemain [musik] biasa,” katanya, seperti dilansir Nextshark, Senin, 6 Juli 2020.
Dengan mendapat perhatian yang meluas ke luar negeri, biksu tersebut mengatakan kepada South China Morning Post, “Saya benar-benar terkejut ketika menyebar ke negara-negara Asia lainnya, kemudian AS dan Eropa; Saya mengucapkan mantra dalam bahasa Jepang. Karena saya punya banyak pengikut, saya sudah mulai streaming langsung dalam bahasa Inggris – mungkin hanya sekitar 20 persen dari follower saya adalah orang Jepang,” katanya.
Menggabungkan beatboxing dan menyanyi tenggorokan adalah sesuatu yang belum pernah terlihat di tempat lain. Terlebih mengingat bahwa yang terakhir adalah bentuk nyanyian khusus untuk para biksu Buddha Tibetan.
Beatboxing telah menjadi hasrat Akasaka sebelum ia menjadi seorang biarawan. Itu dimulai pada 2005 ketika seorang teman memperkenalkannya kepada beatboxer Jepang Afra dan memberitahunya bagaimana membuat musik hanya menggunakan mulutnya.
“Saya benar-benar terkejut bahwa orang-orang dapat melakukan hal-hal seperti itu, jadi saya tertarik untuk mencobanya. Dan kemudian saya menyadari, saya cukup pandai dalam hal itu,” ungkap sang biksu.
Dia juga pernah bepergian dan mengamen di jalan-jalan di Jepang, Australia, dan AS. Kemudian, pada 2015, Akasaka mengikuti jejak ayahnya yang menjadi seorang biarawan.
“Biasanya di Jepang, orang menjadi biksu karena keluarga mereka tinggal di kuil. Tetapi bagi ayah saya, dia hanyalah orang normal yang memutuskan untuk menjadi seorang biarawan,” kata Akasaka. Ia merasa terinspirasi, dan memutuskan ingin berhasil seperti ayahnya yang saat ini menjabat sebagai kepala biara di sebuah kuil di Prefektur Iwate.
“Saya selalu mencintai musik dan ingin melanjutkan hasrat saya bahkan setelah menjadi seorang biarawan,” kata Akasaka, yang juga seorang aktor teater sebelumnya. “Karena itulah saya memutuskan untuk menerima beatboxing lagi.”
Dia mengatakan dia awalnya sedikit khawatir karena ini adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, di luar tradisi. Namun ia mengaku bertujuan untuk mematahkan kesalahpahaman tentang agama Buddha.
“Saya pikir di Jepang, orang sering mengaitkan agama Buddha dengan pemakaman, dan Sutra memiliki sedikit citra negatif dan sedih,” kata Akasaka.
“Saya memiliki penggemar yang mengatakan kepada saya bahwa mereka bisa tidur nyenyak dan bersantai karena video beatboxing saya, yang benar-benar menakjubkan,” tambah Akasaka.
Ia merasa terhormat dapat menggabungkan bakatnya dengan keyakinan agamanya, yang ternyata mampu memengaruhi banyak orang di berbagai belahan dunia.
Penasaran bagaimana aksi biksu itu melakukan beatboxing? Simak dalam video di bawah ini:
[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=nvIGCMhjkvw&feature=youtu.be” width=”560″ height=”315″]
Deny Hermawan
Editor BuddhaZine, penyuka musik, film,
dan spiritualitas tanpa batas.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara