Tanggal 3 Oktober 2018, Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi) genap berusia 42 tahun. Magabudhi berdiri pada tanggal 1976 di Bandung, Jawa Barat, dengan nama awal Mapanbudhi (Majelis Pandita Buddha-dhamma Indonesia).
Bhikkhu Jayamedho, dalam bukunya Menapak Pasti; Kisah Spiritual Anak Madura menyebutkan bahwa berdirinya Mapanbudhi adalah awal berkibarnya bendera Theravada di Indonesia. Beberapa tokoh yang tercatat dalam pendirian organisasi ini adalah Mahapandita Karbono, Mahapandita Vidyadharma, Mochtar Rasyid, Hudoyo Hupudio, Djamal Bakri, dan Ratna Surya Widya.
Pada tahun 1995, Mapanbudhi berganti nama menjadi Magabudhi (Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia). Perubahan nama ini berdasarkan saran dari Budi Setiawan yang saat itu menjabat sebagai Direktur Urusan Agama Buddha, Kementerian Agama RI dengan alasan penyeragaman serta memperjelas identitas.
Merayakan ulang tahun 42 berkibarnya bendera Theravada di Indonesia, Magabudhi menggelar syukuran. Acara ini diselenggarakan di Wisma Narada, Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jakarta, pada Sabtu (6/10/2018). Dalam acara yang dihadiri oleh ratusan anggota Magabudhi, Bhikkhu Sangha, dan organisasi Buddhis lain, juga digelar peluncuran buku Sejarah Singkat Agama Buddha Theravada di Indonesia; Sejak abad kedua puluh.
Buku Sejarah Singkat Agama Buddha Theravada di Indonesia; Sejak Abad kedua puluh, merekam perjalanan panjang agama Buddha mazhab Theravada di Indonesia. Theravada masuk di Indonesia sejak datangnya Bhante Narada Thera dari Ceylon, Srilanka, tanggal 4 Maret 1934.
“Bhikkhu Narada adalah bhikkhu Theravada pertama yang datang ke Indonesia sejak 450 tahun setelah agama Buddha pernah berjaya di Nusantara,” tulis Dharmanadi Chandra, Ketua Umum Magabudhi dalam kata pengantar buku tersebut.
Atas jasa Bhante Narada yang menyebarkan agama Buddha Theravada kini melahirkan tokoh-tokoh agama Buddha di Indonesia. “Jasa Bhikkhu Narada melahirkan tokoh-tokoh agama Buddha sangat besar, hingga saat ini agama Buddha Theravada telah berkembang ke seluruh pelosok Indonesia,” tulisnya.
Baca juga: Dharmanadi Chandra Terpilih Menjadi Ketua Umum Magabudhi Periode 2016-2021
Saat ini anggota dan kepengurusan Magabudhi telah menyebar ke berbagai provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia. Jumlah anggota yang terdiri dari pandita dan upacarika kurang lebih mencapai 3.900 orang. Melihat perkembangan dan peran Magabudhi membantu Sangha dalam membina umat Buddha, Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Subhapannyo memberi apresiasi tinggi kepada para pandita Magabudhi.
“Kebesaran Magabudhi bukan karena kuantitas anggotanya, namun karena kiprah nyata di masyarakat. Untuk itu kualitas anggota Magabudhi (yang terdiri dari pandita dan upacarika) harus ditingkatkan, tingkah laku harus dijaga karena anggota Magabudhi adalah teladan umat,” tutur Bhante Subbhapannyo dalam sambutannya.
Sementara itu, dr. Ratna Surya Widya yang merupakan salah satu pendiri mengatakan saat ini Magabudhi sudah diakui oleh banyak kalangan Buddhis. “Semakin banyak orang Buddhis yang mau jadi anggota, dulu hanya pegawai, petani, dan pedagang kecil yang mau jadi anggota. Sekarang manajer perusahaan, direktur, pemilik perusahaan, orang kaya sudah mau jadi anggota,” tulisnya melalui pesan singkat kepada BuddhaZine.
Meskipun cita-cita saat didirikan belum sepenuhnya tercapai namun eksistensi dan peran Magabudhi saat ini sudah sangat mewarnai perkembangan agama Buddha. “Saat ada kasus Buddha Bar contohnya, para anggota MAGABUDHI turun ke jalan berdemonstrasi bersama seluruh umat Buddha, termasuk saya sebagai ketua majelis (saat itu),” pungkasnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara