Pemilu legislatif sebentar lagi, tapi masih bingung mau pilih calon legislatif (caleg) yang mana karena kenal saja tidak? Atau malah apatis melihat parlemen periode lalu yang kinerjanya buruk dan penuh dengan korupsi?
Karenanya, pada Sabtu (15/3/2014), Forum Umat Buddha untuk Bangsa dan Negara menyelenggarakan talkshow bertema “Pilihan Politik Umat Buddha” di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta. Talkshow yang dimoderatori oleh Isyanto, direktur eksektutif Nagarjuna Institute, dan Sekjen KASI Bhikkhu Dhammakaro sebagai keynote speaker ini menghadirkan lima caleg Buddhis yang hadir sebagai narasumber.
Siapa saja mereka? Mereka adalah Eddy Sadeli, Ernawati Sugondo, Eddy Setiawan, Heriandi, dan Heriyanto. Bahkan Eddy Sadeli dan Ernawati saat ini masih tercatat sebagai anggota parlemen.
Yang paling senior adalah Eddy Sadeli, seorang pengacara yang merupakan anggota Komisi III Bidang Hukum, Ham dan Keamanan DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat. Mengingat usianya sudah menginjak 74 tahun, kini ia perlahan mulai mundur dari dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI utusan DKI Jakarta. Menurutnya, tugas di DPD lebih ringan daripada DPR.
Eddy Sadeli juga dikenal sebagai Dharmaduta. Terjun di dunia politik bukan hal baru baginya, karena ia telah terjun sejak tahun 1965-an. Bahkan ia pernah sampai masuk penjara karena dianggap menentang pemerintah. “Agama Buddha paling takut politik,” ujarnya. Dan memang benar. Ia juga menyayangkan umat Buddha yang terlalu nrimo, “Trima aja. Ini karma saya.” Termasuk ketika berhadapan dengan situasi yang merugikan umat Buddha, padahal bisa dilawan.
Sebagai orang Tionghoa yang berada di Komisi Hukum, Eddy Sadeli juga terlibat dalam penyusunan produk-produk hukum untuk menghilangkan diskriminasi terhadap golongan Tionghoa.
Berikutnya adalah Ernawati Sugondo (72), anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Demokrat yang kembali mencalonkan diri untuk Dapil 9 Jakarta Barat: Tambora, Cengkareng, dan Kalideres, dengan nomor urut 5. Ia tercatat menjadi anggota DPRD DKI Jakarta selama dua periode sejak tahun 2004.
Selama ini banyak ia terlibat dalam masalah kependudukan, terutama yang dialami oleh rakyat kecil. Ia bercerita bagaimana ia sering mengurusi umat Buddha yang justru di KTP-nya tertulis bukan agama Buddha. Ia juga sering membantu umat Buddha yang tidak mampu ketika meninggal dunia untuk mengurus rumah duka dan membeli peti mati.
Tiga nama berikutnya adalah anak muda yang baru kali ini ikut serta. Mereka mewakili golongan generasi muda yang idealis.
Eddy Setiawan, lama dikenal sebagai aktivis muda Buddhis melalui Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi). Ia mencalonkan diri sebagai anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk Dapil 10 Jakarta Barat: Taman Sari, Grogol Petamburan, Kebon Jeruk, Kembangan, dan Palmerah, nomor urut 8. Saat ini ia bekerja sebagai peneliti Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI).
Ia adalah representasi dari aktivis yang idealis, demo bukanlah hal asing baginya, termasuk ketika mendemo Buddha Bar. Pada awalnya ia ikut baksos sewaktu mahasiswa tahun 1995. Ternyata yang ikut baksos orangnya itu itu lagi. Kemudian ia bersama rekan-rekannya mengadakan program pemberdayaan masyarakat, tapi tetap saja miskin. Dari situlah ia sadar bahwa penyebab kemiskinan adalah kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada petani.
Ketidakadilan terhadap umat Buddha dan Tionghoa juga membuatnya prihatin. Karenanya ia kemudian memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Ia ditentang habis-habisan oleh keluarga dan teman-teman yang tidak memahami tujuannya. “Ada 84 ribu jalan untuk mengenal Dharma, termasuk dari politik,” cetus Eddy Setiawan.
“Dari politik, kita akan tahu bahwa kebenaran dan keadilan harus dibela. Kalau seorang Buddhis tidak menegakkan kebenaran dan keadilan, di mana dia mempraktekkan Dharma? Pada saat seorang Buddhis menjadi calon legislatif, dia harus menegakkan kebenaran dan keadilan. Apa pun harganya, nyawa pun taruhannya,” tegas Eddy Setiawan.
Heriandi, sama seperti Eddy, juga merupakan alumni Hikmahbudhi dan dicalonkan juga oleh PKB untuk menjadi DPRD DKI Jakarta dengan Dapil 3 Jakarta Utara: Penjaringan, Pademangan, dan Tanjung Priuk, nomor urut 5. Saat ini ia adalah pengusaha muda di bidang garmen, juga tercatat sebagai Wakil Ketua DPW PKB DKI Jakarta.
Pengalaman sebagai aktivis semasa mahasiswa juga membawanya untuk ikut memperjuangkan aspirasi rakyat. Sebagai pengusaha yang cukup sukses di usia muda, ia merasa dirinya sudah berkecukupan sehingga menjamin jika kelak terpilih tidak akan menjadikan posisinya sebagai wakil rakyat untuk memperkaya diri.
Yang terakhir adalah Heriyanto. Pengacara muda ini mencalonkan diri sebagai anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Gerindra untuk Dapil 3 Jakarta Utara: Penjaringan, Pademangan, dan Tanjung Priuk, nomor urut 8.
Heriyanto membuat sebuah pernyataan yang menarik. Ia bertanya kepada para hadirin siapa saja yang pernah golput. Ia tidak memungkiri banyak orang yang apatis dengan pemilu, karena selama ini kesan yang muncul adalah berorientasi pada kepentingan calon. “Kita selalu merasa pemilu itu tentang dia (caleg/capres –red), bukan tentang kita. Kita tidak pernah merasa pemilu, dan politik secara umum, adalah kepentingan kita,” ujar Heriyanto.
Masalahnya, kursi yang ada, kalau bukan orang baik yang mengisi, maka akan diisi oleh orang jahat. Karenanya Heriyanto berpesan, “Jadilah pemilih yang cerdas! Pilihlah demi Anda, bukan demi saya. Rasakanlah memiliki saham negeri ini!”
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara