Pada musim penghujan lalu di bulan Februari, ada tiga vihara di Semarang dan Temanggung, Jawa Tengah yang rusak karena tanah longsor. Salah satunya adalah Vihara Mahanama yang terletak di Dusun Semanding, Desa Candi Garon, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Namun berkat kerjasama umat Buddha Vihara Mahanama, bhikkhu Sangha dan para donatur, Vihara Mahanama kini sudah berdiri kembali dengan bangunan yang lebih kokoh dan indah.
Sabtu (12/09), lebih dari 2000 umat Buddha menjadi saksi ‘kelahiran kembali’ Vihara Mahanama. Umat melakukan prosesi sebelum upacara peresmian dengan berjalan kaki dari Vihara Vidyasasana menuju Vihara Mahanama.
Umat berbaris rapi mengiringi sarana puja, rupang Buddha, hasil bumi, barisan para bhikkhu dan umat Buddha tua-muda dari berbagai daerah di Jawa Tengah berjalan lebih dari 3 km menelusuri jalan pegunungan yang naik turun menuju Dusun Semanding.
“Hari ini adalah hari yang sangat berbahagia bagi kami umat Buddha Vihara Mahanama. Vihara kami telah jadi dan sekarang kami tidak takut kalau vihara kami longsor,” ujar Setiawan, panitia peresmian vihara.
Acara peresmian ini juga dihadiri oleh 9 bhikkhu Sangha termasuk Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia Bhikkhu Jotidhamo. Hadir pula Bupati Semarang Mujirin, Pembimas Buddha Jawa Tengah Sutarso, Kapolsek Sumowono, Lurah Candi Garon, dan tokoh lintas agama.
“Pada tahun 2014, vihara yang dulu lantainya sudah pecah-pecah, pondasinya sudah putus dan pada bulan Fabruari 2015 terjadi bencana tanah longsor bersama dua vihara lainnya. Oleh sebab itu Sangha Theravada Indonesia (STI) bersama dengan PATRIA Jawa Tengah mengkoordinir para donatur untuk membangun kembali vihara ini dengan mencari lokasi yang baru,” ujar Bhikkhu Cattamano, koordinator pembangunan Vihara Mahanama.
“Saya berharap, vihara yang bagus ini bisa digunakan untuk puja bakti setiap setiap malam, dan dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial Buddhis,” tambahnya.
Di Dusun semanding sendiri terdapat dua vihara yaitu vihara Tantrayana dan Theravada. Dengan konsep minimalis dan elegan, Vihara Mahanama yang baru ini dibangun di atas tanah seluas 27 x 9 meter persegi dengan luas bangunan 12 x 9 meter.
“Jumlah penduduk Dusun Semanding saat ini ada 140 kepala keluarga, dan yang beragama Buddha Theravada ada 45 kepala keluarga, sementara Tantra 30 kepala keluarga, namun sejauh ini kami hidup rukun baik dengan yang berbeda agama maupun intern agama Buddha,” jelas Setiawan.
Sementara itu Bhikkhu Jotidhammo mengajak para umat untuk hidup menjadi bhikkhu. “Umat Buddha di Jawa Tengah itu sangat banyak dan terletak di gunung-gunung, sementara bhikkhunya sangat sedikit. Jadi kadang kita kewalahan dalam membina umat. Jadi, Bapak dan Ibu apabila anaknya ada yang ingin jadi bhikkhu, jangan dilarang,” ujar Bhante disusul dengan riuhnya tawa umat.
“Seperti di Candi Garon ini, ada bhikkhu putra daerah yaitu Bhikkhu Khemadiro. Umat Buddha sangat beruntung punya putra daerah seorang bhikkhu karena beliau sangat memperhatikan pembangunan daerahnya,” tambahnya.
Sementara itu Bupati Semarang yang telat hadir mengapresiasi kerja keras para bhikkhu yang banyak melakukan pembinaan umat di daerah-daerah terpencil. “Saya berharap pembinaan ini bukan hanya sebatas pembangunan fisik saja, tapi juga ada pembinaan secara ekonomi,” ucapnya.
“Tadi saya datang terlambat, dan melihat jalan ini sudah rusak parah, dan saya catat nanti jalan akan diperbaiki,” ia berjanji.
Acara peresmian diakhiri dengan penandatanganan prasasti, pemotongan pita, dan pembukaan pintu vihara untuk yang pertama kalinya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara