Ratusan guru dan pelajar buddhis nusantara mengikuti peringatan Waisak, Jumat (27/5). Acara hybrid ini diselenggarakan Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) dan Pelajar Buddhis Nusantara. Acara offline berlangsung di Vihara Hemadhiro. Sementara itu, panitia menyediakan kegiatan online melalui zoom serta disiarkan langsung di saluran Youtube Humas PERGABI. Para peserta terlihat antusias. 600 peserta mengikuti via zoom dan 150 pelajar mengikuti di youtube.
Sukiman, Ketua Umum PERGABI, mendorong para guru pendidikan Agama Buddha untuk meneladani semangat Bodhisattva dalam memerdekakan semua makhluk dari penderitaan. Menurutnya, guru yang merdeka akan melahirkan pelajar-pelajar Buddhis yang merdeka. Merdeka dari ketidaktahuan, merdeka dari keterbelakangan, dan merdeka untuk memerdekakan orang lain.
“Merdeka dari ketidaktahuan, guru pendidikan Agama Buddha harus berjuang untuk menjadi guru yang kompeten dan literate. Guru yang mumpuni dalam kompetensi keilmuan dan pedagogik, serta cerdas dan bijaksana dalam berliterasi. Merdeka dari keterbelakangan, guru pendidikan Agama Buddha harus berjuang untuk menjadi yang terbaik dan terdepan di tempat tugasnya masing-masing. Dapat menyingkirkan rasa minder dan merasa kecil atau minoritas di sekolah dengan menunjukkan kinerja yang maksimal. Merdeka untuk memerdekakan, guru pendidikan Agama Buddha harus berjuang menjadikan siswa-siswanya pelajar Buddhis yang tangguh, berilmu, berkarakter, dan berjiwa Bodhisatwa,” jelasnya.
Pesan Waisak sesi pertama diberikan oleh Bhante Khanit Sannano yang menekankan kepada para guru untuk mengembangkan sifat-sifat luhur dalam mendidik murid-muridnya. “Waisak mengingatkan pesan Guru Agung bahwa jangan berbuat jahat, tambahlah kebajikan, sucikan hati dan pikiran. Kepada para guru seluruh nusantara harus dipenuhi dengan cinta kasih, kasih sayang, simpati hati, dan keseimbangan batin yang disebut sebagai Vihara Brahma. Para guru harus mengembangkan Vihara Brahma ini, karena guru adalah mewakili dari Ibu dan Ayah di rumah tangga, yang titip kepada guru untuk mendidik anak-anak para perumah tangga. Tanggung jawab guru besar sekali,” jelasnya.
Sementara Bhante Dhammasubho dalam pesan Waisaknya menjelaskan makna berlindung kepada Triratna. “Buddha sama dengan ilmu yang adanya di pikiran, Dhamma sama dengan pernyataan kebenaran adanya di ucapan, dan Sangha sama dengan tindakan adanya pada perbuatan. Jadi makna berlindung kepada Buddha, Dhamma, Sangha artinya berlindung kepada pikiran, ucapan, dan perbuatannya sendiri. Seseorang akan menjadi mulia atau hina tergantung dari apa yang dipikirkan, apa yang diucapkan, dan apa yang dilakukan. Itulah makna berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha,” papar bhante.
Lebih lanjut bhante menyampaikan bahwa Sang Buddha juga dinyatakan sebagai guru para dewa dan manusia serta pembimbing semesta. Oleh karenanya menurut bhante, ajaran Sang Buddha adalah lengkap baik bagi umat awam, bagi para bhikkhu, dan termasuk bagi negara. Mengutip pernyataan Sang Buddha, bhante menjelaskan bahwa suatu bangsa akan utuh apabila rakyatnya tidak melupakan sejarah nasional bangsanya, jika rakyatnya tidak meninggalkan sastra dan budaya nasional atau budaya sendiri, dan para pemimpinnya malu berbuat jahat dan takut akan akibat perbuatan jahat.
“Sekarang konteks pesan di atas dengan kita di Indonesia. Bagaimana kita bertanggung jawab atas keberadaan bangsa dan negara serta Buddha Dhamma di Bumi Indonesia ini. Ada lima hal yang mesti harus dicatat dan diingat yaitu; pertama Indonesia memiliki ideologi nasional yaitu Pancasila, kedua Indonesia memiliki kebangsaan nasional Bangsa Indonesia, ketiga Indonesia memiliki bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia, keempat Indonesia memiliki budaya nasional yaitu budaya kearifan lokal, kelima Indonesia memiliki budaya spiritual dalam bentuk prihatin atau tirakat yang dalam bahasa umum adalah pengendalian diri,” pungkas bhante.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan amisa puja kepada segenap bhikkhu yang hadir langsung di Vihara Hemadhiro. Untuk menutup rangkaian Waisak, panitia menyuguhkan pertunjukan seni seperti wayang kulit dengan lakon Tri Suci Waisak oleh Ki Eko Prasetyo, Nyanyi bareng lagu Buddhis oleh para guru dan pelajar buddhis, serta pertunjukan beragam kesenian daerah dari berbagai provinsi di Indonesia. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara