Salah satu yang menarik dari rangkaian acara Dhamma Camp KOMPAS DHAMMIKA di Kebumen, Waduk Sempor (6-8/7) adalah BZ Talk bersama BuddhaZine yang berbalut pertunjukan musik Astakosala Volk.
Media Dhamma
Acara ini dipandu oleh Andre Sam (Redaktur BuddhaZine). Tak tanggung-tanggung, dalam sesi ini menghadirkan dua pembicara yang merupakan pentolan BuddhaZine: Sutar Soemitro (pemimpin sekaligus pendiri BuddhaZine) dan Ngasiran (wartawan senior BuddhaZine).
Selain mereka, turut hadir juga tamu istimewa yakni Kang Zaim, seorang santri dan penulis buku. Mengawali acara sarasehan, Astakosala Volk melantunkan dua buah lagu yang diangkat dari kakawin Jawa kuno yang dipadukan dengan musik modern.
Penampilan Astakosala menarik perhatian ratusan peserta yang hadir dan mendapatkan apresiasi dari peserta. Tepuk tangan para peserta menghangatkan udara malam Waduk Sempor.
Sutar Soemitro sebagai pembicara pertama bercerita tentang perjuangannya mendirikan dan mengembangkan BuddhaZine. Pria asli Kebumen ini, menyampaikan bahwa anak-anak desa pun bisa berkarya di tingkat nasional. “Pembaca BuddhaZine tidak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia,” kata Sutar mengawali pembicaraan. Sutar mendirikan BuddhaZine sejak tujuh tahun silam. Prestasinya dalam mengembangkan Buddha Dhamma mendapat perhatian dari para peserta.
Sutar berbagi pengalaman dan tips kepada peserta Dhamma Camp supaya generasi muda Buddhis menjadi generasi yang produktif dan bermanfaat. Meskipun berlatar belakang orang kampung dan baru mengenal internet di umur 23 tahun, namun ia bisa mendirikan situs berita Buddhis yang berbasis internet.
“Saya mulai merintis BuddhaZine tahun 2011 dan pada awalnya saya tidak tahu sama sekali tentang web. Ibarat seperti orang ingin membuat pesawat tapi tidak mengerti sama sekali tentang pesawat, tetapi kalau kita mempunyai pengetahuan secara umum, kita bisa mencari orang-orang yang mempunyai kemampuan membuat pesawat.
“Sama halnya dengan saya, saya tidak tahu caranya membuat website, tapi saya tahu orang-orang yang ahli membuat website, saya tahu orang yang bisa jadi fotografer, saya tahu orang yang bisa buat video, dan saya tahu orang yang pandai dalam marketing. Akhirnya saya menggabungkan kekuatan dari orang-orang ini untuk mendirikan BuddhaZine.
“Justru kemampuan seperti itu, yang menurut saya saat ini lebih berharga, yaitu bagaimana cara menggabungkan semua kekuatan yang ada menjadi satu untuk menciptakan sebuah karya yang nantinya bisa memberikan manfaat untuk banyak orang,” tutur Sutar.
[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=jLATnhOq0SA&feature=youtu.be” width=”560″ height=”315″]
Dimulai dari mimpi
Setelah sesi pembicara pertama, untuk menambah semaraknya acara, Astakosala membawakan sebuah lagu dan dilanjutkan sesi pembicara kedua yaitu oleh Zaim yang akrab dipanggil Kang Zaim. Pria separuh baya asli Kediri ini pernah belajar tentang ajaran Buddha selama hampir enam tahun di Plum Village Perancis.
Semenjak mulai tertarik dan belajar ajaran Buddha hingga sekarang, Kang Zaim sudah berkeliling Eropa untuk memperdalam pengetahuan tentang ajaran Buddha. Awal pembicaraan, penulis buku berjudul “Secangkir Teh dan Sepotong Ketupat” ini menceritakan bagaimana dirinya yang juga berlatar belakang orang kampung bisa menjelajah hingga Perancis.
“Sewaktu saya masih SMP dan mengikuti pelajaran sejarah, saya melihat ada gambar Menara Eiffel. Sejak itu saya selalu memandangi gambar Menara Eiffel dan melibatkan konsentrasi saya, hingga dalam khayalan saya nampak sangat nyata bahwa saya berdiri tepat di depan menara Eiffel. Dua puluh tahun kemudian saya bisa ke Perancis”, jelasnya saat membuka pembicaraan.
Melanjutkan ceritanya, Kang Zaim menunjukkan bahwa apa yang diraihnya berawal dari mimpi, mimpi yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan semangat tanpa padam sampai tercapai apa yang diimpikannya. Dengan kata lain Kang Zaim mengajak para generasi muda peserta Dhamma Camp untuk berani bercita-cita dan berani memperjuangkannya hingga cita-cita tercapai.
Baca juga: Dhamma Camp Kebumen Penuh dengan Kegiatan Seni Budaya
“Untuk teman-teman yang ada di sini, walaupun hidup di kampung sebagai wong ndeso, jangan pernah takut untuk bermimpi. Jangan takut untuk bercita-cita, seperti apa yang telah dikatakan Bung Karno, gantungkan cita-citamu setinggi langit! Dari sebuah cita-cita tersebut kita bisa mendapatkan semangat untuk terus maju,” lanjutnya. Setelah memberikan motivasi kepada peserta Dhamma Camp, selanjutnya Kang Zaim menyampaikan apresiasi dan harapannya terhadap kegiatan Dhamma Camp.
“Untuk teman-teman panitia, ke depan mungkin acara Dhamma Camp bisa dikasih wadah untuk bakat temen-temen peserta selain bidang musik. Contoh, mungkin yang suka menulis bisa dikasih workshop tentang menulis dan yang suka bidang lain dikasih workshop sesuai bidang bakatnya,” tambah Kang Zaim menutup pembicaraan.
Inspirasi dari desa
Sesi terakhir sarasehan diisi oleh seorang wartawan senior BuddhaZine asal Jepara yang sekarang menetap di Temanggung. Selain sebagai wartawan, Ngasiran juga sebagai pemimpin Forum Muda-mudi Buddhis Temanggung. Alumni STAB Nalanda, Jakarta ini aktif sebagai penggerak kegiatan-kegiatan muda-mudi Buddhis di Temanggung, Semarang, dan Kendal.
“Penyelengaraan kegiatan pemuda Buddhis Temanggung selalu ramai karena memang di Temanggung muda-mudinya banyak. Dan yang lebih penting kegiatan anak muda harus dengan konsep kekinian yang memang disukai oleh anak muda.
“Karena bagi saya, kegiatan anak muda tidak bisa monoton, hanya kegiatan di vihara; pujabhakti, meditasi, dan mendengarkan ceramah Dhamma. Harus ada terobosan-terobosan baru yang lebih menarik, sebagai contoh seperti acara malam ini, sharing Dhamma berbalut musik dan budaya,” tutur Ngasiran mengawali pemaparannya.
Ngasiran menyampaikan harapannya atas Dhamma Camp di Kebumen, ”Kami berharap apa yang telah kami lakukan di Temanggung ini bisa menjadi inspirasi bagi muda-mudi Buddhis di Kebumen dan sekitarnya. Kami juga berharap acara Dhamma Camp yang selanjutnya bisa bertambah banyak pesertanya dan menjadi wadah yang lebih besar bagi pertumbuhan dan kemajuan muda-mudi Buddhis di Kebumen dan sekitarnya,” tutur Ngasiran di akhir sesi.
Sebelum acara berakhir, Andre Sam selaku moderator mengajak peserta meditasi sejenak. Sesi meditasi dipandu oleh Kang Zaim, lampu dimatikan, suasana menjadi lebih hening, dan di ujung meditasi, seluruh peserta melimpahkan doa untuk Kang Sutar agar lekas sembuh seperti sedia kala.
Kang Sutar, merasa sangat-sangat berterima kasih atas doa dan meditasi yang dilimpahkan kepadanya, rasa haru menyelimuti atmosfer ruangan. Ia belum pernah merasakan kualitas doa dengan orang sebanyak ini. Biasanya, doa bersama hanya dilakukan bersama keluarga, tetapi kali ini, meskipun tidak saling kenal, tetapi kekuatan cinta kasih yang diberikan padanya, sungguh membantu dalam pemulihan kesehatannya.
Acara ditutup oleh Kang Zaim yang mempersembahkan lagu Hum Amitabhaya dan sebuah lagu Serat Wedhatama yang dibawakan oleh Astakosala Volk.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara