Sejumlah 53 tokoh agama dari negara-negara di ASEAN, diantaranya Jo Priastana yang mewakili komunitas Buddhis Indonesia berkumpul bersama, bertukar pikiran dalam pertemuan dan seminar “The First Interfaith Dialogue on Religious Tolerance” yang berlangsung di Ayutthaya, Thailand, pada tanggal 24-29 September 2014 lalu. Pertemuan ini merupakan pertemuan yang pertama kali diselenggarakan oleh Mahachulalongkorn-rajavidyalaya University (MCU) yang bekerjasama dengan The National Office of Buddhism dan Tourism Authority of Thailand.
Tujuannya adalah untuk mengupayakan suasana damai yang kondusif diantara komunitas ASEAN dalam bentuk ‘religious tolerance’ melalui Interfaith Dialogue of Religious Leaders for Peace in ASEAN Community. Peserta pertemuan adalah para pemimpin dan cendekiawan dari 9 dari 10 negara anggota ASEAN, yaitu: Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Cambodia, Laos, Filipina, Myanmar, dan Vietnam. Sedangkan Brunei Darussalam hanya diwakili oleh dua orang yang tidak mewakili pemerintahnya.
Jumlah total peserta pertemuan dalam acara yang digelar pertama kali itu sebanyak 53 orang, diantaranya wakil dari Indonesia, yaitu: Prof. Dr. B.S. Mardiatmadja, SJ (STAB Nalanda, Jakarta), Balwant Singh Rahal atau Ben Rahal (utusan Kaum Sikh, Jakarta), I Putu Gede Suyoga, ST, MSI (utusan Universitas Hindu, Denpasar), Dr. M. Amin Nurdin, MA (STAB Nalanda dan utusan dari Universitas Islam Negeri, Jakarta), Mohammad Monib, MA (STAB Nalanda, Jakarta dan Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace/ICRP), Jo Priastana, MA (STAB Nalanda, Jakarta), Ariya Karta Wijaya, BA. (STAB Nalanda, Jakarta), dan Dr. Ardi Kaptiningsih, MPH (STAB Nalanda, Jakarta).
Selain acara utama yang mendengarkan pandangan dan aspirasi dari para peserta mengenai masalah pluralisme agama dan kehidupan beragama yang toleran, acara juga diisi dengan melakukan kunjungan ke berbagai tempat ibadah, seperti vihara dan tempat ibadah agama Buddha, gereja (St. Joseph Church) dan masjid yang berada secara berdampingan di suatu wilayah. Kunjungan ke berbagai tempat ibadah memberikan gambaran adanya kehidupan beragama yang toleran yang telah diterapkan sejak lama di Thailand khususnya di propinsi Ayutthaya.
Pembukaan acara yang menampilkan panel berbagai pandangan tokoh agama Kristiani, Islam, Hindu, Sikh, dan Buddha. Panel yang dipimpin oleh President of the Los Angeles Buddhist Union diadakan di Mahachulalongkornrajavidyalaya University pada tanggal 26 September 2014. Acara ini dihadiri oleh pihak Universitas, Thailand Prime Minister Office, dan National Office of Buddhism.
Pembukaan dan sambutan tentang religious tolerance disampaikan oleh Rektor MCU, yang diikuti oleh perwakilan ASEAN yang menekankan pentingnya toleransi beragama di wilayah ASEAN, mengingat ada kecenderungan kericuhan antar-agama dan antar-sekte agama yang mengganggu kehidupan beragama yang damai.
Seminar masing-masing peserta diadakan pada tanggal 27 September 2014 di Hotel Classic Kameo, Ayutthaya, dibuka dengan sambutan dari Gubernur Ayutthaya. Dalam mengawali diskusi kelompok, peserta mendapat masukan tentang Religious Tolerance dari Asian Muslim Alliance Network (AMAN). The First Interfaith Dialogue on Religious Tolerance Ayutthaya menghasilkan “Ayutthaya Declaration” berisikan prinsip-prinsip toleransi kehidupan beragama untuk masyarakat agama ASEAN hidup berdampingan secara damai dan saling memahami.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara