Sekitar 1966-1967, bersama sahabat dan para sesepuh di Jepara, Mbah Kasboe merupakan salah satu tokoh kebangkitan agama Buddha di Jepara dan juga seorang tokoh politik yang cukup terpandang.
Tokoh karismatik
Beliau adalah murid Sekolah Rakyat (SR). Aktif di bidang politik dan menjadi orang kepercayaan pemerintah yang sudah tentu sedikit banyak mempunyai pengaruh di kalangan masyarakat.
Sebelum memeluk agama Buddha, sebagai orang kepercayaan pemerintah, beliau mempunyai tanggung jawab dalam mengelola padi pemerintah, juga kayu pemerintah. Selain itu, beliau menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang Tionghoa.
Di sela-sela kesibukannya, sudah menjadi kebiasaan ketika istirahat siang beliau selalu memberikan petuah-petuah kehidupan kepada para pegawai sembari menikmati makan siang. Meskipun belum memeluk agama Buddha, namun beliau sudah banyak belajar dan mengetahui sejarah agama Buddha di Jepara.
Makam Mbah Kasboe
Kisah pendirian vihara di Sima
Satu waktu Mbah Kasboe dengan beberapa sesepuh di desa berkumpul dan membicarakan tentang agama Buddha. Akhirnya muncul ide bagaimana membangkitkan dan memelihara agama Buddha yang dulu pernah ada di Jepara.
Kemudian mereka mendirikan sebuah kegiatan ngaji yang bertempat di rumah Mbah Kasboe dengan mengundang Mbah Kalam sebagai pembabar Dharma. Karena Mbah Kalam, lebih senior dalam belajar dan mendalami Buddhadharma, beliau juga sahabat Mbah Kasboe.
Baca juga: Percaya Ramalan Darmagandhul, Umat Buddha Jepara Yakin akan Berkembang Pesat
Dari kegiatan ngaji yang rutin ini, akhirnya rumah Mbah Kasboe dizinkan sementara menjadi tempat kebaktian umat Buddha sebelum ada vihara.
Selanjutnya bukan hanya untuk kebaktian, tetapi juga sebagai tempat urusan perkawinan umat, baik itu untuk melangsungkan acara pemberkahan perkawinan maupun mengurus surat-surat perkawinan.
Setelah beberapa waktu umat Buddha semakin bertambah, sekitar 1975, umat Buddha dari tiga desa yaitu, Mblingoh, Senggrong, dan Ngguwo mengadakan pertemuan.
Dari hasil pertemuan tersebut akhirnya didirikanlah sebuah vihara di Sima, yang kemudian diberi nama Vihara Sima Kalingga. Vihara tersebut digunakan oleh umat sedesa Mblingoh.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara